All Chapters of Cintaku Mati Bersama Kontrak yang Usai: Chapter 101 - Chapter 110

Mengingat terakhir kali hampir bertemu dengan Carlos saat makan di luar, kali ini Tamara mengusulkan pada seniornya untuk makan di restoran sekitar saja. Jacob sudah mencari referensi dan ada beberapa pilihan restoran dengan ulasan yang bagus.Mereka berdua makan masakan khas lokal yang dominan rasanya lebih ringan. Saat hendak membayar, Tamara sebenarnya berniat untuk mentraktir, tapi Jacob menolak dan berkata sambil tersenyum, "Lain kali saja gantian kamu yang traktir aku.""Menurutku ...." Tamara baru saja mau bicara, tapi tiba-tiba terdengar suara dari samping, "Pak Jacob?"Mendengar suara yang cukup familier itu, Tamara langsung terdiam. Kemudian, dia buru-buru berbalik dan berkata bahwa perutnya terasa kurang nyaman. Jacob awalnya ingin ikut menyusul, tetapi orang yang menyapanya sudah mendekat. Jadi, dia hanya bisa membalas dengan sopan, "Halo.""Ternyata benar Pak Jacob. Namaku Ihsan, asisten dari Direktur Utama Grup Suratman," kata Ihsan sambil tersenyum.Kemudian, dia menoleh

Awalnya Tamara menolak, tapi rekan kerjanya malah menjawab dengan penuh keyakinan, "Kita ini satu tim, kamu juga baru bergabung. Kalau nggak cepat menyesuaikan diri, kamu bakal memperlambat kerjaan kami!""Ini kesempatan untukmu belajar! Kalau kamu nggak bisa berbaur dalam kerja tim dan nanti kami kehilangan bonus gara-gara kamu, apa kamu yang mau ganti rugi?"Tamara menatap mereka dengan dingin. Tak disangka, baru hari pertama saja dia sudah diserang seperti ini. Namun, mereka semua sejajar dengannya dalam struktur kerja. Kenapa dia harus menerima perlakuan seperti itu?"Aku bahkan belum resmi terlibat dalam kerja tim kalian. Dari mana kalian tahu aku bakal jadi beban? Kalau ini kesempatan belajar, kamu pikir kamu atasanku sampai bisa kasih tugas sesukamu?" Tamara membalas dengan tenang.Rekan kerja yang tadinya tampak galak, kaget karena wanita yang terlihat mudah ditindas ini ternyata bisa melawan. Namun, dia tetap mendengus dan berkata, "Ya, untuk jaga-jaga saja. Soalnya kamu masih

Tiba-tiba, Carlos marah besar. Dia melempar ponselnya hingga membentur lantai, lalu menghantam meja kayu dengan tinjunya sekuat tenaga. Beberapa map dokumen di atas meja ikut bergetar keras.Carlos tadinya mengira Tamara hanya menggunakan ancaman cerai untuk memaksa dirinya meminta Tamara kembali. Namun sekarang, tiba-tiba muncul pria lain di sekeliling Tamara dan dia bahkan mengatakan surat itu sah dan benar-benar sudah ditandatangani Carlos.Sepertinya Tamara masih marah padanya sehingga sengaja berkata seperti itu. Apalagi, dia sampai menyuruh pria lain hanya untuk menyulut emosi Carlos?Wajah Carlos semakin muram dan matanya penuh amarah. Kemudian, dia menggertakkan gigi dengan geram dan kembali menghubungi pihak kepolisian. Dia berniat melacak posisi Tamara dan langsung menyusul ke tempatnya.Sayangnya, begitu panggilan tersambung, dia malah diberi tahu bahwa laporan orang hilang sudah dibatalkan. Carlos tercengang dan langsung bertanya, "Siapa yang mengizinkan pencabutannya? Aku

Bagaimana mungkin Tamara bisa berpindah hati ke pria lain? Bagaimana bisa dia melakukan itu?Bukankah Tamara yang duluan mencintai dirinya? Kalaupun Tamara hanya ingin membuatnya cemburu, bukankah sekarang tujuannya sudah tercapai? Lalu, kenapa dia tidak langsung kembali saja? Sampai kapan Tamara mau terus bersikap seperti ini?Mata Carlos tampak merah dikuasai amarah. Kedua tangannya saling menggenggam erat, buku-buku jarinya memucat karena terlalu kuat mencengkeram.Saat itu, Ihsan masuk ke ruangan. Dia melihat bahwa Carlos tidak sedang bekerja dan hanya menatap layar komputer dengan emosinya tampak jelas. Sebelum Ihsan sempat bicara, dia mendengar Carlos mulai bergumam dengan ragu."Aku nggak pernah tanda tangan. Sebenarnya dari mana datangnya dokumen itu?""Ihsan, menurutmu apa mungkin Tamara yang meniru tanda tanganku? Kadang aku memang bawa dokumen pulang ke rumah, dia pasti pernah lihat tanda tanganku!"Ihsan menatap Carlos yang masih terus menyangkal, bahkan berusaha menghapus

"Aku sama sekali nggak tahu ada kebocoran gas saat itu! Aku jarang masak, kamu juga tahu. Kalau aku tahu, mana mungkin aku ninggalin Tamara dan cuma bawa Verona pergi?""Kalau begitu, silakan simpan penjelasan itu untuk Nyonya. Kalau dia masih mau mendengarkannya," ujar Ihsan sambil menghela napas."Berarti aku masih ada harapan, 'kan? Aku bisa jelaskan semuanya ke Tamara!" Mata Carlos langsung berbinar dan terlihat agak bersemangat.Ihsan membatin, 'Kemungkinan besar sih nggak ada harapan lagi. Bukankah sudah jelas tadi Nyonya pergi dengan sangat tegas? Dia sudah benar-benar patah hati.'Namun, Ihsan mengingat Tamara pernah mengatakan sebuah kalimat klasik, "Carlos cuma mau dengar apa yang ingin dia dengar saja".Oleh karena itu, Ihsan hanya bisa memaksakan senyum dan menjawab, "Coba saja, Pak. Setidaknya kalau Bapak sudah berusaha, Bapak nggak akan menyesal.""Aku pasti nggak akan biarkan penyesalan terjadi! Asalkan aku minta maaf dan jelaskan semuanya dengan baik ke Tamara, dia past