All Chapters of Si Hebat Jack Morland : Chapter 191 - Chapter 200

Garric tidak bisa lagi menahan amarahnya.Dia mengangkat tangannya dan meninju wajah Jack.Namun, sayangnya pukulannya dapat ditangkis Jack dengan sangat mudah dan bahkan pemuda itu mencengkeram tangan Garric dengan sangat kuat sehingga pria itu tidak dapat bergerak bebas.Tentu saja Garric sangat terkejut dengan tindakan sepupu jauhnya itu."Kau ... apa yang kau lakukan?" Garric berkata dengan kemarahan yang kuat.Jika itu adalah orang lain, dia akan sangat takut menghadapi Garric yang sedang marah.Pria itu lebih terlihat seperti singa yang sedang marah daripada manusia biasa.Garric terlihat sangat menakutkan tetapi pemuda itu tidak terlalu menakutkan bagi Jack.Bahkan, ia merasa Garric tidak sekuat yang ia bayangkan. Dia memiliki sisi lemah yang berusaha keras untuk disembunyikan.Sayangnya Garric tidak berhasil menyembunyikannya dari Jack."Lepaskan aku, sialan!" Garric berteriak dengan gusar.Pria itu benar-benar hanya ingin melepaskan diri dari Jack.Dengan santai Jack menjawab

Annelisse Goldman, yang sepertinya sudah menduga kakaknya akan mengajukan pertanyaan seperti itu, segera mengangkat wajahnya dan menatap Eric dengan tatapan menantang."Eric, pertunanganku dengannya hanya tinggal menunggu waktu. Lalu, bagaimana denganmu? Kau seharusnya sudah menikah. Tapi apa yang terjadi sekarang? Kau bahkan tidak punya pacar dan sekarang kau menyuruhku bertunangan?" Annelisse bertanya dengan alis terangkat.Eric tertawa kecil ketika ditanya seperti itu. "Hei, kita sedang membicarakan tentang hubunganmu, tentang hubungan cintaku. Kenapa kau mengungkitnya sekarang, Anne?"Annelisse mengangkat bahunya dengan santai, "Oh, tentu saja kita harus membicarakannya karena ayah dan ibu sangat ingin kau menikah. Jadi, daripada kau membicarakan hubunganku dengan Jack yang sekarang sudah jelas dan tinggal menunggu waktu saja untuk meresmikannya, lebih baik kita bicarakan hubunganmu sendiri."Eric mendengus sebal dan segera bangkit dan menjulurkan lidahnya seperti anak kecil pada

Garric tiba-tiba menyadari bahwa meskipun dia meledak dalam kemarahan sekarang, dia mungkin tidak akan mendapatkan apa-apa.Dia sudah mengenal orang tuanya dengan sangat baik dan dia tidak yakin apakah orang tuanya akan benar-benar mendengarkannya.Dia telah hidup sejak kecil dengan orang tuanya yang mendidiknya dengan cara seperti itu, jadi kali ini dia mencoba menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya meskipun dia sudah terlalu lelah.Namun, dia masih belum menemukan cara untuk keluar dari lingkaran setan itu sehingga mau tidak mau pemuda itu akhirnya mencoba untuk tetap menunduk kepada orang tuanya untuk tetap berada di zona nyamannya.Garric mengangkat kepalanya perlahan dan menjawab, "Jack bukanlah anak ingusan seperti yang kau katakan, Ayah. Dia sangat licik dan sepertinya dia tahu kelemahanku. Tapi, Ayah. Ibu, kalian berdua tidak perlu khawatir karena aku tidak akan menyerah begitu saja.""Ini hanyalah langkah pertama dan kegagalan ini tidak berarti kita akan kehilangan lang

Namun, hal itu tidak terduga. George tidak merasa takut atau tertekan dengan perkataan rekan kerjanya yang pernah bekerja di keluarga Morland tersebut.Sebaliknya, George malah tertawa terbahak-bahak seolah menertawakan perkataan Damian.Damian melotot dengan jengkel dan dengan kemarahan yang luar biasa yang ia rasakan, ia berkata, "Kamu berani menertawakanku? Apa kau benar-benar lelah hidup?"George berhenti tertawa dan sekarang memelototi seniornya."Aku harus tetap hidup karena ini untuk membalas semua yang telah Tuan Hugh lakukan untukku. Dan ... tadi kau mengatakan bahwa kau sepertinya memiliki kekuatan untuk menyingkirkanku. Jika aku boleh bertanya, siapakah kau dan apakah kau memiliki hak untuk mengusirku dari rumah ini ketika pemilik rumah ini mempercayakan hal yang begitu besar kepadaku?"Damian menggertakkan gigi karena tidak bisa lagi menahan amarahnya. Tanpa berkata apa-apa, Demian meninju George tepat di bibir bawahnya, menyebabkan luka.George sekali lagi tertawa hingga

"Apa yang sebenarnya kau harapkan dari aku?" Ralph balik bertanya dengan ekspresi yang kini tidak sedingin sebelumnya.George menyeringai, "Kupikir kau akan memukulku karena aku berani membuat temanmu menyaksikan kebrutalanmu oleh beberapa orang. Lagipula, kelakuan buruknya sudah diketahui oleh banyak orang dan akan jarang ada orang yang mau berbicara dengannya setelah ini."Ralph juga menyadari hal itu, namun tujuannya bertemu dengan pemuda itu bukan untuk membalas dendam."Oh, kau terlalu berprasangka buruk terhadapku, George. Untuk apa aku membalas dendam kepadamu? Sudahlah, kau terlalu banyak berpikir. Sebaiknya kau beristirahat sekarang karena besok tuan muda itu pasti akan membutuhkanmu lagi. Jangan sampai karena kau kurang istirahat, pergerakan Tuan Muda jadi terganggu akibat kau," kata Ralph dengan nada serius.George menghela nafas dan tidak bisa lagi membantah. Namun, sebelum ia menutup matanya, ia menyempatkan diri untuk berkata, "Aku tidak akan membiarkan Tuan Muda disentu