Ajmal tak bergeming, meskipun moncong senjata itu telah menempel tepat di ubun-ubun kepalanya."Silahkan tembak saya, Tuan. Jika memang Tuan tidak berkenan dengan pengabdian saya," ucapnya penuh keyakinan. Kairo menyeringai miring. Ternyata anak ini berani juga menantang kematian yang berada di depan mata. "Apa jaminannya kalau kamu tidak akan pernah mengkhianatiku lagi, Ajmal?""Nyawaku," sahut cepat remaja tanggung itu tanpa ragu. Kali ini ia mengangkat wajahnya, dan manik hitam polos namun penuh dengan kegetiran hidup itu dengan berani menatap balik netra awan badai kelabu milik Kairo.Serta-merta Kairo pun menjauhkan hand gun dari kepala Ajmal. "Baiklah. Kuberi kau kesempatan kedua. Sekarang bantu aku memapah lelaki itu di sana," titah Kairo sambil menunjuk ke arah Kaivan dan menyimpan hand gun di balik sakunya."Shukran, lak sayidi (terima kasih, Tuan)," Ajmal menyunggingkan senyum tipis sambil berdiri dan melangkah ke arah Kaivan yang masih pingsan.Kairo tidak langsung mend
Last Updated : 2025-05-12 Read more