Home / Romansa / Gairah Liar Pembantu Lugu / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Gairah Liar Pembantu Lugu: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

Bab 71

Pagi hari sekali, ponsel Valdi berdering, mengganggu keheningan kamar dan tidur lelapnya. Valdi menghela napas panjang, sedikit terganggu dengan suara ponselnya yang terus berbunyi. Dia melirik ke samping, melihat Mayang yang masih terlelap memeluk lengannya dengan manja.Namun, suara dering ponsel itu tak kunjung berhenti. Valdi dengan hati-hati melepaskan lengannya dari pelukan Mayang, agar tak membangunkannya. Ketika dia mengambil ponsel di meja, dilihatnya nama yang tertera di layar: Pak Haji Hamdani, pemilik tanah yang baru saja dia beli."Ada apa ini pagi-pagi begini?" gumam Valdi sambil mengerutkan dahi.Valdi menggeser tombol hijau dan menerima panggilan itu. "Iya, pagi, Pak Haji. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan nada sopan meski masih setengah mengantuk.
last updateLast Updated : 2025-05-02
Read more

Bab 72

Wajah wanita itu terlihat datar dan tidak bersemangat, seolah-olah pikirannya melayang jauh, tidak terlibat dalam riuhnya hajatan di sekitarnya. Valdi merasa ada sesuatu yang berbeda tentangnya—seperti ada cerita yang tersimpan di balik tatapan kosongnya.Pak Haji, yang duduk di samping Valdi, tampak belum menyadari bahwa perhatian Valdi telah teralihkan. Mereka tetap melanjutkan obrolan ringan tentang rencana pembangunan villa dan tanah lainnya. Namun, Valdi tak bisa sepenuhnya mengabaikan wanita yang berdiri di kejauhan itu. Pandangannya tertahan pada sosoknya, dan dalam benaknya, pertanyaan tentang siapa wanita itu mulai muncul."Ehmmm, maaf Pak Haji, kalau boleh tahu, yang di dekat Ibu Sulastri, yang pakai gamis warna pastel itu siapa ya?" tanya Valdi dengan nada penuh rasa penasaran, tak bisa menahan diri untuk bertanya.
last updateLast Updated : 2025-05-03
Read more

Bab 73

Valdi tidak menekan. Ia hanya tersenyum kecil, seolah memberi ruang bagi Indah untuk tetap menyimpan pertanyaannya sendiri. Suasana di bawah pohon itu tetap hening, diiringi hanya oleh desir angin yang menyapu pelan dedaunan di atas mereka. Untuk sesaat, Valdi memalingkan pandangannya, memberinya waktu. Tapi jauh di dalam pikirannya, ia merasakan sesuatu—semacam jeda tak biasa dalam pertemuan ini, seolah ada sejarah yang belum ditulis tapi entah bagaimana sudah pernah dijalani.Ketika tatapan mereka kembali bertemu, tak ada kata-kata yang mendahului. Hanya keheningan yang perlahan mencair, hingga akhirnya Valdi bersuara, suaranya tenang namun sarat kepedulian."Indah, gimana kabarnya?" tanya Valdi pelan, matanya penuh perhatian.Indah masih menunduk, dan terlihat jelas ia sedang meremas-remas tangan lainnya, s
last updateLast Updated : 2025-05-03
Read more

Bab 74

Valdi tersenyum sambil sedikit berkelit. "Sebetulnya bukan masalah tertarik atau nggak, Pak," katanya sambil tertawa kecil. "Saya nggak tega aja melihat kondisi Indah seperti ini."Pak Haji mengangguk paham, matanya memancarkan rasa terima kasih yang tulus. "Terima kasih kalau begitu, Pak Valdi. Semoga Indah bisa cepat pulih," ujar Pak Haji, namun tiba-tiba dia teralihkan oleh tamu lain yang datang mencari dirinya."Pak Valdi, saya tinggal dulu ya. Ada tamu yang nyari," pamit Pak Haji, berdiri dan menepuk pundak Valdi."Silakan, Pak," jawab Valdi, melihat Pak Haji berjalan menjauh untuk menyambut tamu lainnya.Setelah Pak Haji pergi, Mayang yang duduk di sebelah Valdi tampak sedikit bingung. "Mas, yang psikiater itu siapa? Kok Mas bilang tadi ada psikiater di rumah?" tan
last updateLast Updated : 2025-05-03
Read more

Bab 75

Valdi dan Mayang melepaskan ciuman mereka, tatapan keduanya bertemu, dan tanpa banyak kata, mereka setuju. Dalam keheningan yang penuh dengan gairah, mereka bergerak menuju kamar Valdi yang memiliki ranjang king size, seolah menyiapkan tempat yang lebih luas untuk melanjutkan permainan ini.Di atas ranjang yang luas itu, Valdi terlentang, menikmati pemandangan yang ada di hadapannya. Celine dengan gerakan sensual menaiki tubuh Valdi, memperlambat setiap momen saat ia perlahan-lahan memasukkan batang Valdi ke dalam liang kewanitaannya. Setiap inci membawa desahan yang dalam dari bibirnya, tubuhnya menyatu sempurna dengan Valdi di bawahnya.Sementara itu, Valdi memposisikan Mayang di atas wajahnya, vagina pinknya kini berada dalam jangkauan lidah Valdi yang lincah. Mayang menggeliat, tubuhnya merespons sentuhan lidah yang penuh gairah, mendesah lembut ketika Vald
last updateLast Updated : 2025-05-04
Read more

Bab 76

Setelah beberapa hari memperhatikan Indah yang semakin sering menyendiri dan tampak termenung, Valdi merasa ada sesuatu yang tidak beres. Indah terlihat lebih pendiam, sering menghilang di tengah-tengah percakapan atau sekadar menatap jauh, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hal itu membuat Valdi berpikir keras, mencari cara untuk mendekati dan mengerti apa yang sedang terjadi."Apa mungkin dia butuh treatment khusus?" pikir Valdi, matanya tak lepas dari sosok Indah yang kini lebih sering menghabiskan waktu sendirian.Sambil duduk di sofa, Valdi menoleh ke arah Celine yang duduk di sebelahnya, sibuk dengan ponselnya. Dia berbisik, memastikan pembicaraannya tidak terdengar oleh orang lain. "Lin, loe udah ngobrol sama Indah?"Celine, tanpa mengalihkan pandangann
last updateLast Updated : 2025-05-04
Read more

Bab 77

Indah menggigit bibirnya, mencoba menahan suara yang semakin sulit dia kontrol, tapi desahannya tak bisa lagi dia bendung. "Ehmm… Mas… ahh…" gumamnya, suaranya pecah dalam bisikan penuh kenikmatan yang terlepas tanpa ia sadari.Setiap hisapan Valdi, dikombinasikan dengan remasan lembut yang semakin intens, membuat tubuh Indah semakin tidak karuan. Dia menggeliat di pangkuan Valdi, seolah mencoba menahan sensasi yang membanjiri tubuhnya. Tangannya refleks meraih lengan Valdi, memegang erat, mencoba mendapatkan pegangan di tengah gelombang kenikmatan yang semakin kuat.Jantungnya berdetak kencang, napasnya menjadi lebih berat, sementara tubuhnya merespons setiap sentuhan Valdi dengan cara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Desahan halusnya berubah menjadi desahan panjang yang sulit ia tahan, "Ahh... Mas..."
last updateLast Updated : 2025-05-04
Read more

Bab 78

Valdi menelan ludah, merasakan atmosfer di ruangan itu berubah drastis. Indah yang tadinya menangis di pangkuannya, kini berdiri dengan aura dominasi yang kuat, seolah-olah semua kendali kini berada di tangannya. Tatapan tajam dari Indah, ditambah cambuk halus yang kini ia genggam dengan tegas, membuat Valdi merasakan campuran antara ketegangan dan rasa penasaran yang membara."Ehmm..." gumam Valdi, mencoba merespons situasi yang tak terduga ini."Jawab, Valdi!" Suara Indah penuh perintah, menggelegar, memecahkan keheningan ruangan. Valdi terkejut, tapi juga merasa tertantang. Ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk mengikuti permainan ini."Tidak bisa jawab?" Indah menatapnya, lalu matanya dengan cepat menangkap sebuah cambuk halus yang tergantung di dekat dinding. Dengan gerakan cepat, dia mengambil camb
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more

Bab 79

“Kamu nakal, belum keluar ya?” Indah bertanya dengan nada menggoda, jemarinya bermain di atas kulit Valdi yang berkeringat, memperkuat suasana penuh kendali yang ia miliki.Valdi menatapnya, senyumnya samar, namun tubuhnya jelas berbicara lebih banyak. “Belum, Bu,” jawabnya dengan suara yang berat.Tatapan mata Indah menjadi lebih intens mendominasi yang semula bermain di sudut senyumnya kini sepenuhnya memenuhi ekspresinya. Ia naik kembali, membiarkan jari-jarinya menelusuri tubuh Valdi dengan pelan, Seolah tanpa perlu kata, Valdi tahu apa yang akan terjadi—tatapan itu cukup untuk memberi isyarat bahwa Indah belum puas.Indah, dengan gerakan yang menggoda, perlahan melepaskan dirinya dari batang Valdi, meninggalkan sensasi yang mengga
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more

Bab 80

Indah menggeleng pelan, malu. "Aku juga nggak tahu kenapa, Mas. Tapi semakin lama, semakin sering mimpiin Mas. Sampai akhirnya ketemu Mas Valdi. Makanya waktu itu... aku kepikiran mau nanya, apa kita pernah kenal sebelumnya?""Seingat Mas sih, kita memang belum pernah ketemu sebelumnya," Valdi mengkonfirmasi, dahinya sedikit berkerut, memproses informasi itu. Lalu, Valdi terlihat berpikir, rasa penasaran di matanya semakin membesar. "Mimpiinnya gimana?"Indah terlihat mencoba mengingat, mengerutkan keningnya sedikit. "Hmm... nggak terlalu ingat detailnya, Mas. Namanya juga mimpi... Nanti coba aku ingat-ingat lagi ya?" Indah mengangkat kepalanya lagi, menatap Valdi dengan tatapan yang kini dipenuhi kebingungan bercampur keajaiban. "Soalnya anehnya, setelah aku sama mas Valdi," Indah mengucapkannya dengan hati-hati, merujuk pada titik balik dalam hubungan mereka,
last updateLast Updated : 2025-05-05
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status