Semua Bab Tante, Menikahlah Dengan Papa Galakku!: Bab 281 - Bab 290

 Wanita itu melepaskan masker di wajahnya, lalu menggelengkan kepala dengan pasrah. Alima sudah tahu maksud dari dokter Mira, dia mundur beberapa langkah air matanya mengalir keluar dengan deras.Alima segera menatap ke arah putranya dan menemukan pria itu masih duduk di tempatnya, seperti sudah tidak bernafas lagi. Dia mendapatkan dua cucu tapi malah kehilangan putranya, saat ini Alima sangat sakit hati dan membenci ketidakberdayaannya.Dokter Mira berjalan ke samping, perlahan-lahan melepaskan baju steril yang melekat di tubuhnya. Dia diam, wajahnya tidak berekspresi, kesedihan mengelilingi seluruh tubuhnya.Alexa berjalan ke samping berhenti melangkah dan bertanya, "Dokter, bagaimana dengan kondisi Olivia?"Mira menggelengkan kepala, karena telah sibuk dan hampir tidak tidur serta istirahat dengan baik, suaranya agak serak, "Kondisinya sangat parah, setelah pendarahan dia selalu koma. Kalau dalam waktu 72 jam masih belum sadar, maka kemung

 Bayu tidak dapat menolaknya, dia meminta perawat menggendong bayinya masuk ke dalam.Dua anak kecil baru selesai minum susu, sedang tidur dengan nyenyak. Perawat menempatkan kedua anak di ranjang Olivia dengan hati-hati. Melihat kedua anak kecilnya yang tertidur lelap, sudut bibir Olivia terangkat sebuah senyuman.Akhirnya dia dan Bayu memiliki anak, kedatangan dua bocah ini seolah-olah membuat semuanya menjadi sempurna. Bayu duduk di tepi ranjang dengan tangan memegang pipinya, pandangannya tertuju pada kedua anaknya."Kelihatannya mereka tambah besar dan tidak begitu jelek lagi, kenapa kemarin mereka begitu jelek?"Olivia memelototinya dan berpenampilan tidak senang, "Anak kecil memang begini akan membaik setelah tumbuh besar. "Mereka kalau mirip aku, seharusnya tidak akan terlalu jelek," Bayu berkata.Olivia tidak bisa berkata apa-apa dan memejamkan matanya tidak ingin berbicara dengannya, kemudian dia menatap fokus ke

  Kali ini Kinan tidak menolak, wanita itu masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan mereka sangat jarang berbicara, mobil berhenti di sebuah apartemen.  “Kamu tinggal di sini?” tanya Varen. “Iya, semenjak aku pisah dengan Wira, aku menyewa apartemen kecil ini.” “Kenapa tidak tinggal di rumah orang tuamu?” Varen lalu memegang kepalanya, dia merasa sudah terlalu banyak bertanya, tapi ucapan yang sudah keluar tidak mungkin ditarik lagi. “Papa selalu pulang dalam keadaan mabuk, aku terlalu malas untuk melihatnya. Makanya aku memutuskan untuk tinggal di sini. Apakah kamu mau mampir dulu?” Varen menggelengkan kepalanya, “Tidak usah, sudah malam. Istriku tidak akan bisa tidur jika aku tidak pulang.” Ucapan Varen mampu membuat Kinan kesal dan sakit hati, jika waktu bisa diput

Alexa mengira Varen akan menyetujuinya, seperti saat dia membantu di perusahaan. Namun tidak diduga, Varen sama sekali tidak memikirkannya dan langsung menolak, “Tidak boleh, kali ini aku pergi ke sana akan sangat sibuk. Aku tidak bisa mencari waktu untuk menemani kalian.”Walaupun sedikit kecewa, tapi kalau dipikir-pikir benar juga.“Kalau begitu kamu sendiri harus menjaga dirimu baik-baik yah.”“Tenang saja, aku bukanlah anak kecil lagi.“Kalau tidak sibuk ingat telepon aku.”“Baik!” Hari sudah gelap, mereka berdua berbaring di ranjang, bantal Alexa adalah lengan Varen. Tapi Alexa tidak bisa tidur dengan tenang, dia terus menatap dinding dalam kegelapan.“Kenapa belum tidur?” tanya Varen.Alexa dengan sedih menjawab, “Memikirkan besok aku akan tidur tanpamu, bagaimana aku akan memejamkan mata.”“Ini hanya sementara, jangan asal berpikir. Cepat tidur!”Alexa mengangguk lalu membalikkan badan menghadap Varen, merasakan nafasnya yang hangat, rasa kantuk pun menghampiri. Saat dia hampir

 “He, kamu pikir kami bodoh? Hanya sebuah hasil pemeriksaan ingin mengatakan kamu mengandung anak keluarga Dhananjaya? Sudah pergi bersama laki-laki lain selama bertahun-tahun sekarang masih datang meminta pertanggung jawaban dan mengusik keluarga kami,” Ellina berkata dengan geram.Kinan menghempaskan tangan satpam yang menahannya, mengangkat dagu dan dengan berani berkata, “Tidak apa-apa, kalau begitu tunggu setelah anak ini tiga bulan kita akan mengecek DNA-nya.”Kinan berkata begitu meyakinkan hingga membuat Ellina dan Rama merasa ragu. Rama berjalan kehadapan putranya dan berkata, “Apakah benar semua yang wanita itu katakan?”Dia hanya ingin mengetahui kenyataan, namun tidak memperhatikan perasaan menantunya, hati Alexa sedang meneteskan darah.“Suruh dia keluar!” Varen dengan mata memerah melototi Kinan, tangan yang memeluk Alexa pun bergetar, yang paling dia takutkan akhirnya datang juga.