“Mereka itu adalah pasangan yang baru menikah, sementara kita menikah sudah puluhan tahun, malu sama Rambut yang sudah memutih. Dulu juga papa melakukan hal yang sama.”
Sekeluarga tertawa dengan sangat bahagia, seperti mereka tidak ada beban yang harus dipikul.
“Tidurlah di sini, besok baru kembali ke rumah. Anak-anak juga sudah lelah!” Rama mengingatkan pada mereka.
Setelah makan malam dan naik ke atas, Alexa meletakkan koper Varen ke pinggir, “Pergi mandi air hangat dulu, setelah bepergian jauh pasti sangat lelah. Aku akan melihat Kai dan Aerin di kamarnya.”
“Baik!” Varen masuk ke kamar mandi, berdiri di bawah shower air hangat. Membiarkan air hangat mengguyur tubuhnya, menenangkan diri selama satu bulan membuat hatinya tidak begitu berat lagi. Saat dia melihat Alexa di bandara, di hatinya selain perasaan rindu, tidak ada pemikiran lain lagi.
Rasa bersalah, seiring berjalannya waktu su
“Suutsss.” Varen menutup mulut Alexa dengan jari telunjuknya, “Semua sudah berakhir, tidak ada lagi yang perlu ditanyakan.”“Tapi aku ingin tahu.”“Pada awalnya aku menyuruh Bayu untuk menyelidiki semuanya, sebelum aku dan dia bertemu dengannya di club, dengan siapa saja Kinan sempat berinteraksi.”“Aku tidak pernah meragukan cara kerja Bayu, dia meretas CCTV yang ada di apartemen Kinan. Mulai dari pintu gerbang, lorong, hingga CCTV yang tepat di depan kamar Kinan. Ada satu yang mencurigakan, seorang wanita berpakaian petugas laundry masuk ke unit apartemen Kinan menggunakan kunci cadangan.”“Bayu mencurigai gerak-gerik wanita ini, dia lalu mencari tahu siapa wanita ini sebenarnya. Wanita ini memanglah petugas laundry yang sudah biasa datang dan keluar masuk di kamar Kinan. Tapi petugas laundry ini dibayar oleh Adelia untuk memasang camera di setiap sudut kamar Kinan.&
Varen terkejut, “Iya, bagaimana kamu bisa tahu?”“Kalau menemukannya, apa yang akan kamu lakukan?”“Menyuruhnya pergi membawa anaknya dan jangan pernah menginjakkan kaki di kota ini. Bila perlu melenyapkannya agar tidak mengganggu kita lagi.”“Bagaimana kalau dia tidak setuju? Apa kamu akan benar-benar membunuhnya?” Alexa mengangkat kepala dengan wajah tanpa ekspresi menunggu jawaban suaminya.“Jika itu memang yang harus aku lakukan, maka aku akan melakukannya demi kamu dan keluarga kita.”“Bagaimana mungkin aku akan membiarkanmu melakukan hal seperti itu? Tidak peduli anak itu milikmu atau bukan, dia tetap adalah sebuah nyawa yang tidak bersalah. Jangan mencarinya lagi, jika aku sudah memutuskan untuk berada di sisimu, tidak peduli akhirnya seperti apa, aku tetap akan berusaha menerimanya. Tidak perlu karena ingin menjaga perasaanku dan sampai membuat wanita hamil begitu ketakutan.”Karena nasehat Alexa, Varen pun setuju. Setuju untuk tidak mencari Kinan lagi, dia memeluk istrinya da
Suara Varen gemetaran, nadanya terdengar memohon, dia begitu berharap di saat yang begitu sulit ini, Alexa bisa berdiri bersamanya. Namun, Varen malah kecewa, Alexa tidak mengatakan apapun dan Kembali ke dalam apartemen. Hujan masih belum berhenti, Varen mengambil payung yang ada di tanah, menarik sepasang kakinya dengan putus asa berjalan pergi.Alexa bersandar dibalik pintu dan menangis dengan sangat sedih, dia mana mungkin tidak ingin menghadapi kesulitan ini dengan Varen. Tapi dia tidak bisa melewati batas yang ada di hatinya, itu bukanlah kesulitan biasa. Itu adalah harga dirinya yang terakhir sebagai seorang wanita.Kalau mengkhianati adalah sebuah keberanian, maka menerima rasa dikhianati memerlukan keberanian yang lebih besar. Orang yang mengkhianati memerlukan keberanian yang cukup sudah bisa. Tapi orang yang dikhianati diuji dengan ketahanannya, tidak begitu mudah seperti sebuah kecerobohan, tapi memerlukan waktu yang panjang.Tok… Tok…Pintu diketuk, Alexa menopang tubuhny
Selama lima hari berturut-turut dia selalu melakukan hal yang sama, setiap malam akan berdiri di bawah apartemen. Hanya melihat lampu kamar yang menyala saja hatinya sudah lega, itu artinya masih ada kehidupan di dalam sana.Kadang-kadang dia akan tidur sebentar di dalam mobil atau bahkan tidak bisa memejamkan matanya. Rumahnya sudah hilang dan pergi, bagaimana dia bisa tidur dengan tenang tanpa sebuah rumah.Alexa tahu dia sudah berdiri lima malam berturut-turut di bawah, tapi sekalipun Alexa tidak pernah turun untuk menghampirinya atau untuk sekedar bertanya. Bukan setiap kata maaf harus digantikan dengan tidak apa-apa dan bukan setiap hal harus dimaafkan dengan tersenyum.Malam ketujuh angin bertiup sangat kuat, walaupun jendela sudah ditutup juga masih terdengar suara hembusan angin. Tirai yang berwarna putih itu bergerak karena angin yang masuk dari celah jendela.Ale
Keesokan harinya Ellina datang dengan membawa pengasuh dan pelayan datang ke apartemen. Melihat wajah menantunya yang begitu lelah, dengan tidak tega memegang tangannya.“Alexa, jangan bersedih lagi. Kalau kamu terus seperti ini, tubuhmu tidak akan bisa bertahan lagi. Ingatlah, kamu masih memiliki anak yang membutuhkanmu. Jika kamu terus seperti ini, putraku akan hancur. Sekarang kehidupannya juga tergantung padamu, jika kamu lemah, wanita itu akan dengan mudah mengambil milikmu. Mama mohon, kuatkan hatimu.”“Maafkan aku, Ma.”“Anak bodoh, kenapa kamu mengatakan maaf? Yang seharusnya mengatakan maaf adalah kami, kami telah membuat kehidupanmu menderita.”Ellina lalu berkata pada pelayan untuk membawakan makanan kehadapan Alexa. Sejak pagi itu hingga detik ini, Alexa sama sekali belum menyentuh makanan.Pelayan meletakkan beberapa kotak makanan di hadapan Alexa, semua makanan itu adalah kesukaan Alex
Varen langsung memeluknya, mengalirkan air mata tidak tega. Ini adalah pertama kalinya dia menangis untuk wanita, meskipun saat Kinan meninggalkannya enam tahun yang lalu, dia juga tidak pernah menangis.Rasa sakit yang dia alami tidak sampai membuatnya meneteskan air mata, tapi sekarang dia malah tidak bisa menahan air matanya yang sangat berharga.Varen ingin menjelaskan kejadian malam itu, tapi dia tahu sebelum menjelaskannya dia harus lebih dulu menenangkan hati Alexa yang terluka ini. Seorang pria yang bertanggung jawab, bukannya buru-buru membela diri setelah terjadi masalah, tapi menanggung semua tanggung jawab.Tidak peduli jika malam itu dia dijebak atau tidak bersalah sekalipun, itu juga bukan alasan dia untuk membela diri. Saat ini bukan saatnya mengucapkan kalimat ‘Aku tidak bersalah’ melainkan sebuah kata ‘Maaf’. Maaf untuk semua rasa sakit ini, maaf atas semua kecerobohannya.Rama dan Ellina datang ke ka