All Chapters of Kedatangan Kembali Sang Pewaris Raja Naga!: Chapter 81 - Chapter 90

'Deo Cahyo...' Bintang bergumam, lalu dia mengingat nama Deo Listiana. Mengetahui akar permasalahannya, dia mulai berdiri lalu menatap kearah ibu mertua dengan santai."Ibu mertua, tidak perlu marah marah... Lagi pula, aku memang memiliki perseteruan dengan keluarga Deo... Jadi apa mau datang kemari?""Hmmmpp! Tadinya hanya ingin berkunjung saja... Tapi setelah melihat wajahmu, pencarianku selama beberapa bulan ini akhirnya tak sia sia! Bintang kekalahan Deo Listiana waktu itu, adalah aib bagi keluargaku! Sekarang aku ingin membalas kekalahannya!"Bintang tersenyum tipis, dia menatap Ibu Tia dengan penuh kepercayaan dirinya. Namun Deo Cahyo segera duduk dihadapan Bintang. Dia segera berkata, "dia juga tak mempermasalahkannya... Kalian jangan mengangguku!"Mulai menjentikan jarinya, sosok pelayan Deo Cahyo mulai memasuki ruangan. Namun wajah dari Cahya memburuk, dia mengetahui bagaimana cara Deo Cahyo bermain. Licik, banyak strategi, dan selalu melihat kartu dari cara dia mempermainkan

Semua hanya diam tak bersuara. Tapi berbeda dengan Deo Cahyo. Dia berteriak gila ketika melihat lengannya terlepas dari tubuhnya. "Arrrrghh! Ka-kamu..." Deo Cahyo meringis menahan rasa sakit yang tak tertahankan. Bintang tersenyum kecil, "untung aku tidak mengambil nyawamu, jujur saja. Aku malas untuk membunuh... Deo Cahyo, kelak jika bertemu denganku, kamu harus segan padaku. Mengingat kamu berhutang satu nyawa kepadaku..." Mendengar hal ini, Deo Cahyo segera menatap kesal kearah Danta. "Danta apa yang kamu lihat?! Bunuh dia! Aku ingin mengganti lenganku dengan nyawanya?!" Danta menelan ludahnya sendiri, dia tiba tiba berlutut sembari memberi hormat kepada Bintang. "Jendral Naga, aku tak berani?!" "A-apa..." Deo Cahyo membelalakan matanya. Dia tak menyangka, bahwa sosok Bintang ternyata adalah Jendral Naga yang namanya tengah bersinar? Kejutan ini terlalu tiba tiba. Hingga akhirnya dia tersadar dari luka yang sama di derita oleh Danta. "Ja-jadi lenganmu..." "Benar,

Tiga preman, yang sebenarnya ingin menggoda Dewi Perang menelan ludahnya sendiri. Tamparan barusan sangat kuat. Mereka telah salah memilih target!"A-aku..."Bintang dengan tatapan dinginnya mulai membuka mulutnya, "enyah dari hadapan kami, atau kamu akan merasakan sesuatu yang lebih dari tamparan barusan!""Ba-baik..."Ketiga preman jalanan segera meninggalkan keduanya. Hingga setelah beberapa saat berjalan berdampingan tanpa berkomunikasi dengan Dewi Perang. Keduanya tiba didepan toko pakaian yang cukup besar.Memiliki empat lantai, dan dihiasi oleh berbagai keperluan wanita. Bintang mulai menelan ludahnya. Dia masih memiliki emosi layaknya para lelaki pada umumnya."Sayang, bagaimana jika aku menunggumu diluar saja? Didalam toko semuanya wanita... Aku...""Diam lah dan ikuti aku..." Dewi Perang menggandeng tangan Bintang. Setelah memasuki toko pakaian Candi Langit. Seorang pelayan datang menemui keduanya dengan wajah yang sedikit berkerut."Apa yang nona ingin cari?"Dewi Perang

Bintang mengangguk, "kau kira aku tidak akan membayarnya?" Dia segera memberi pesan kepada Anya untuk membawa kartu rekening miliknya. Arka mendengus dingin, dia tanpa banyak bicara segera menelephone Dewi. Hingga untuk beberapa kali panggilan tak terjawab. Akhirnya matanya mulai bersinar. "Ha-halo nona Dewi..." "Ya ada apa? Kenapa kau spam telpon kepadaku? Apa ada masalah?" "Benar nona, di toko Candi Langit, seseorang tak ingin membayar puluhan pakaian yang telah di beli di lantai empat... Bahkan dia berani mengutuk, dan memaki nama nona di depan para tamu!" Dewi belum membalasnya, namun suaranya terdengar begitu jelas. "Oh apa kau bisa memberiku ciri ciri pengganggu itu?" "Wajahnya memang tampan, pakaiannya sederhana, namun dia terlihat seperti pandai berkelahi... Bahkan salah satu lengan adikku patah olehnya... Tapi, pakaiannya sederhana, mungkin dia seorang preman jalanan yang bergaya selangit!" "Ternyata hanya penganggu kecil... Aku tak perlu turun tangan, nanti ada oran

"Nei itu..." "Wanita di kediaman ini selain Anya..." Pak Diki terdiam, dia kemudian berkata, "jika menyinggung keluarga kuno Rahwana... Baiknya tuan muda pikirkan lagi, apa tuan muda tidak ing..." Ungkapan pak Diki terpotong. "Aku mengingatnya dengan baik... Bahkan kembaliku ke kediaman ini, juga akan mencari tahu, dalang dibalik kecelakaan yang melibatkan ibu, dan ayahku...," suaranya terdengar begitu dingin. "..." Pak Diki mengangguk, dia kemudian keluar dari aula pertemuan sembari meninggalkan nomor telephonenya. Mengunjungi ruangan papan penghormatan kepada kedua orang tuanya. Wajah Bintang terlihat begitu datar, seolah apa yang ingin dia ucapkan, akan segera menjadi kenyataan. "Ibu, ayah... Aku pasti akan memberi pelajaran kepada dua keluarga kuno itu untuk kalian..." Keluar dari ruangan, tiba tiba Kepala keluarga Sananta menyapa Bintang. "Jendral Naga... Ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan untukmu. Apa Jendral Naga memiliki sedikit waktu untuk membahas hal penti