Ivy terdiam sebentar sebelum tertawa kecil, “Hah, kok jadi gemas, sih.” Seren menyadari bahwa tatapan Ivy tak pernah benar-benar lepas dari sosok Theron. Bahkan Ivy, yang baru masuk, tampaknya sudah terkena efek dari pesona pria lugu itu. “Baiklah, Ivy. Tugas pertamamu adalah bantu aku di dapur menyiapkan bahan untuk makan siang." Ivy mengangguk penuh semangat, "Siap, Kak Seren!" Namun, sebelum pintu dapur sempat menutup, suara langkah pelan menghentikan Seren. Theron mendekat dengan gugup dan ragu-ragu. “Seren ... aku ... mau keluar sebentar,” katanya seperti sedang berbisik. Seren mengangkat alis, “Keluar? Mau ke mana?” Theron menunduk, tangannya menggenggam ujung celemek, “Ada yang harus kulakukan. Tapi ... aku balik nanti.” Seren memandangnya sebentar. Wajah pria itu terlalu bersih dari niat bohong. Dia tidak mencurigainya. Rumah lama Theron—warisan dari pamannya yang baru meninggal beberapa bulan lalu—hanya berjarak dua blok dari sini. Sejak kehilangan satu-satunya keluarga
Last Updated : 2025-04-26 Read more