Terjebak Gairah Pria Idiot

Terjebak Gairah Pria Idiot

last updateLast Updated : 2025-04-28
By:  LullabyOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
131views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di tengah terpaan musim dingin, Seren Eira menemukan pria tampan yang tergeletak di jalanan. Pria itu hampir membeku terbungkus selimut salju. Dengan belas kasih, Seren membawanya pulang dan memberinya nama "Theron", karena dia bilang tidak memiliki nama. Theron bukanlah pria biasa. Meski parasnya begitu tampan, dia dianggap "idiot" atau "setengah-setengah" oleh orang-orang sekitar. Sampai suatu malam, segalanya berubah. Theron yang polos dan lugu tiba-tiba berubah drastis. Pria itu memancarkan aura mengerikan yang tak pernah Seren bayangkan. Seperti predator yang membuka mata setelah tidur panjang. "Siapa kau?" gumam Seren gemetar. "Tak ingat? Padahal wajah ini seharusnya sulit kau lupakan." Mata Theron berbinar dengan ekspresi asing yang terlihat untuk pertama kali. Mulut yang biasanya sedikit terbuka seperti orang bodoh, kini membentuk lengkungan seringai kuat. "Pergilah." Menyaksikan sosok asing yang ada dalam diri pria itu, Seren merasa bulu kuduknya berdiri. "Ke mana aku akan pergi? Apa kau ingin membuang 'lintah' yang telah menghisapmu selama ini? Bukankah kau sangat senang saat aku menjilatmu hingga kering?"

View More

Chapter 1

Bab 1. Keinginan Kotor

Seren membenamkan diri di kursi santai sambil menelan ludah. Pipinya memerah dan tenggorokannya kering. Udara musim dingin masih menggigit, tapi kulitnya justru terasa terbakar.

Buku majalah di genggamannya hanyalah kedok, karena dari balik halaman bergambar, matanya malah menyelinap ke sosok pria raksasa yang tergeletak di atas karpet tebal di dalam kamarnya.

“Kendalikan dirimu, Seren,” desisnya nyaris tak terdengar.

Seren bukan tipikal wanita yang mudah sekali terpengaruh, tapi hasratnya tiba-tiba menjalar liar. Dan kini, keinginan cabulnya menggerogoti logikanya bak tikus kelaparan. Helaan napas dalam-dalam pun tak mampu meredakan panas yang seolah membakar kulitnya.

Terkejut dengan suara napas Seren, Theron mengangkat kepala. Rambut hitam pria itu berantakan, matanya jernih dan menatap polos, kontras dengan tubuh berototnya bagai gladiator. Tatapannya begitu lugu, seperti anak anjing yang tersesat, membuat Seren merasa dirinya seperti sampah terburuk di dunia.

“Tidurlah lagi, Theron. Aku baik-baik saja,” ujar Seren melambaikan tangan seolah tak terjadi apa-apa.

Theron mengangguk patuh. Pipinya mengembang saat dia merebahkan kepala kembali ke lantai. Tapi Seren tercekik rasa bersalah.

'Wah, bagaimana aku bisa memikirkan hal tidak bermoral pada anak sebaik itu?'

Beberapa bulan lalu, Seren menemukannya tergeletak di tumpukan salju, nyaris beku, dengan napas tipis seperti bisikan terakhir dari seseorang yang sudah menyerah pada dunia. Tak ada identitas, tak ada nama, hanya tubuh luka-luka dan sepasang mata kosong.

Bukannya menelepon penjaga kota atau membiarkannya jadi es batu, Seren dengan segala impulsifnya malah memutuskan untuk membawanya pulang. Dia merasa ada sesuatu yang sangat familiar pada diri pria itu. Seperti menatap dirinya sendiri di hari ketika dia juga ditinggalkan dunia.

Seren menatap Theron yang patuh merebahkan kepala di karpet tanpa pernah bertanya 'kenapa' seolah setiap ucapannya adalah hukum.

Seumur hidup, Seren dilatih untuk menjadi boneka. Tersenyum ketika diperintah, diam ketika dilukai. Keluarga mewahnya mengukirnya jadi pilar kesempurnaan. Sampai suatu hari, mereka menemukan pilar itu retak lalu membuangnya ke salju.

Persis seperti Theron.

Dan begitulah, Theron tinggal bersamanya hingga saat ini. Mereka berdua bernasib sama. Dua jiwa yang terbuang, sama-sama menggenggam kesepian, sama-sama terluka. Tapi sekarang, pria itu justru menjadi duri sekaligus bunga di hidup Seren.

Gairah terlarang yang kini menguasai Seren begitu menyiksa. Hasrat untuk menyentuh, menggenggam, merasakan kulit pria itu, dan menjinakkannya hingga tak berdaya.

'Ya ampun! Tidak! Itu dosa!' Tapi ...

Bibir Theron tampak tebal, lembap, seolah diciptakan untuk menggoda. Seren mengutuk diri sendiri saat matanya terpaku pada garis mulut Theron yang sempurna. Pandangannya tertarik pada lekuk bibir pria itu yang merah alami dan keinginannya semakin liar.

'Bagaimana rasanya jika aku mencium bibir itu? Jika kuubah kenaifannya menjadi napas terengah-engah?'

“Astaga! Aku sudah gila." Seren tanpa sadar berteriak dan kembali mengejutkan Theron.

Mata Theron yang polos dan tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya yang besar itu tampak kebingungan. Di sisi lain, mata itu begitu jernih dan indah. Semakin melihatnya, maka akan terdorong untuk terus melihatnya.

"Oh, maaf jika aku terlalu berisik. Aku sungguh tidak apa-apa, Theron. Jangan khawatir."

Theron yang awalnya berkedip dengan ekspresi bingung, segera terlihat lega setelah mendengar jawaban Seren. Sementara Seren yang menatap Theron sedang meminum segelas susu dengan ekspresi polos, merasa semakin bersalah.

Sayangnya, logika tak mampu melawan hasrat. Tanpa mengetahui pertarungan iblis batiniah dalam diri Seren, Theron malah menggerakkan bibirnya tanpa sadar dan menjilat sisa susu di ujung mulut. Melihat itu, Seren hampir menjerit.

'Dia sialan! Beraninya melakukan itu di depanku!'

Bibir Seren yang kemerahan hampir berdarah karena digigitnya hingga bengkak. Kukunya menancap ke telapak tangan sampai nyaris berdarah. Akal sehatnya berada di ambang kehancuran.

Ketampanan Theron memang terlalu memukau. Tulang pipa tinggi, hidung mancung, rahang tajam, semuanya terlihat seperti kutukan dewa. Jika saja wajahnya jauh lebih jelek, mungkin Seren bisa lebih tenang. Bahkan para aktor papan atas takkan mampu menyainginya.

Namun, di balik semua itu, ada kenyataan pahit. Theron bukan pria normal. Dunia menyebutnya 'idiot'. Tapi bagi Seren, pria itu hanya terlalu polos dan terlalu canggung dalam membaca situasi. Dia memang berbeda, tapi tidak pernah sampai pada titik 'idiot' seperti yang mereka katakan.

Tapi bukan itu masalah terbesarnya.

Pandangan Seren secara tak sadar terhenti pada selimut tipis yang mulai bergeser dari tubuh Theron. Sedikit saja, tapi cukup untuk memamerkan guratan otot-otot keras di bawah kulitnya yang seolah dipahat oleh dewa perang.

Dada bidang, perut sixpack yang terbagi sempurna, kulit kemerahan yang berkilau. Semua itu memaksanya mengingat fakta memalukan. Dia belum pernah melihat tubuh pria lain seumur hidupnya. Dan Theron, dengan segala kenaifannya, tidak sadar sedang memamerkan "senjata" mematikan itu.

'Sial! Kenapa sejak pagi kau harus terus-menerus menempel padaku?! Dia yang memicu pikiran kotorku!'

Seren malah menyalahkan Theron yang hanya duduk manis di karpet. Logikanya terpelintir. Jika pria itu tak terus mengikutinya hari ini, mungkin pikirannya takkan sepanas ini.

Tapi, siapa yang peduli?

Theron bahkan tidak akan pernah tahu apa yang sedang dia lakukan. Cukup satu perintah “cium aku,” maka pria itu akan melakukannya tanpa bertanya. Godaan itu menggelitik sumsum Seren yang semakin goyah.

Selama ini, dia yang selalu jadi gadis baik. Anak manis yang terlalu patuh meskipun pada akhirnya dibuang oleh keluarganya.

Tapi di sini, dengan pria ini, dialah yang memegang tali. Di matanya, ketaatan Theron adalah cermin dari dirinya dulu. Patuh dan tak berdaya. Bedanya, kali ini dialah yang berkuasa.

Dan ini semua membuat Seren merasakan kepuasan tersendiri. Setelah sekian lama menjadi yang terbelakang dan tak pernah didengar, kini ada seseorang yang mau mendengarkannya, bahkan sangat patuh kepadanya.

Pria ini ... terlalu sempurna untuk jadi sasaran. Namun, juga terlalu manis untuk dilewatkan.

Apalagi situasinya mendukung. Kafe di lantai bawah tutup. Emma dan Joanna sedang libur. Tak ada yang akan mendengar erangan, lenguhan, ataupun teriakan. Tak ada yang akan tahu. Di luar jendela, salju turun deras dan menyelimuti dunia dalam diam. Isolasi sempurna.

Seren berpikir, jika dia memang sudah sejauh ini, lebih baik diselesaikan dengan cepat. Biarlah dosa ini jadi symphony pertama dari kehancuran. Dan Theron, dengan mata biru polosnya, akan jadi kerusakan yang paling manis.

Akhirnya, setelah bertarung cukup lama dengan iblis batiniah yang terus berbisik kepadanya dengan sungguh-sungguh, Seren melipat majalah yang sejak tadi hanya menjadi kedok, dan memanggilnya dengan suara serak seperti bisikan dosa.

“Theron ....”

Mata biru keabuan pria itu berkedip polos, “Ya, Seren?”

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status