"Karena aku yakin...kali ini, aku bisa membuatnya jatuh cinta. Dengan caraku sendiri."Tatapan Angga terlihat kosong menatap papan catur di depannya, tapi ada kilau tekad yang mulai menyala di balik matanya. Perlahan, ia tersenyum—senyum tipis yang sederhana, tapi sarat makna. Senyum itu bukan sekadar gerak bibir, melainkan pernyataan diam tentang keberanian dan harapan. Leon, yang duduk bersandar santai di seberangnya, menoleh sambil menaikkan satu alis. Ia tidak langsung menanggapi, seolah memberi ruang untuk atasannya mencerna perasaannya sendiri. Lalu, dengan gaya santai khasnya, ia mengangkat bahu. "Zaman sekarang, siapa sih yang tidak bisa mengeluarkan seratus ribu dolar?" katanya dengan nada bercanda, walau ada sindiran halus di dalamnya. "Tapi kamu malah duduk di sini, termenung, main catur sendirian, menunggu keajaiban jatuh dari langit. Seperti tokoh drama di film tahun 90-an."Angga tertawa kecil, tapi tawa itu terdengar hambar. Lebih seperti usaha menertawakan luka yang b
Terakhir Diperbarui : 2025-05-12 Baca selengkapnya