Langkah Aluna tertahan di anak tangga kedua.“Astaga, Tuan! Apa yang kamu—”Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya sudah terangkat dari lantai. Angga, tanpa aba-aba, menggendongnya dengan satu gerakan mantap.“H-Hey! Turunkan aku!” pekik Aluna, kedua tangannya memukul pelan dada lelaki itu, tapi tak benar-benar berniat melawan.Angga tak menjawab. Tatapannya lurus, rahangnya mengeras seakan menahan sesuatu yang ingin ia ucapkan, tapi belum waktunya. Ia membawa Aluna melintasi ruang tamu, lalu menyusuri lorong sempit menuju kamar gadis itu.Begitu sampai, Angga membuka pintu dengan kakinya, masuk, lalu menutupnya dengan punggung.Aluna masih diam, matanya membulat, hatinya berdebar tak menentu. Baru saat Angga menurunkannya perlahan ke lantai, ia sadar bahwa napasnya tertahan sejak tadi.“Kamu kenapa sih?” tanya Aluna pelan, hampir seperti bisikan.Namun, Angga yang dikira Wijaya itu tak menjawab. Kakinya malah melangkah ke arah Aluna. Aluna mundur satu langkah, punggungny
Terakhir Diperbarui : 2025-05-08 Baca selengkapnya