All Chapters of Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3: Chapter 41 - Chapter 50

Tentu saja Ponggewiso tidak mau diam pasrah saja ketika diserang. Dia tangkis serangan lawan dengan menyorongkan dua telapak tangan yang bertenaga dalam. Terjadi benturan dua tenaga dalam yang sama-sama tingkat tinggi. Terdengar suara ledakan keras. Kedua pendekar itu terpental ke belakang. Sangkanrapan terlempar ke belekang beberapa tombak. Ponggewiso terbanting ke belakang di tanah keras.Ponggewiso langsung bangkit dan langsung pasang kuda-kuda. Siap menghadapi serangan susulan yang mungkin dilakukan lawan. Sangkanrapan pelan-pelan bangkit dari kejatuhan dari semak belukar.“Ternyata Ponggewiso memiliki tenaga dalam luar biasa,” batin Sangkanrapan. “Sepertinya dia bukan sembarang pendekar. Dia bisa dipastikan seorang pendekar pilih tanding yang entah dari mana asalnya. Yang jelas, kalau dia bersedia, akan kujadikan senapati di Kerajaan Krendobum. Tapi kelihatannya dia tidak berminat. Penolakannya yang cepat, seolah-olah tanpa pikir panjang menunjukkan bahwa dia tidak bersedia menja

Lakseta terdiam selama beberapa saat. Dia juga masih bingung untuk melakukan apa sekarang. Yang jelas, dia ingin membantu Suro Joyo. Tapi..., bagaimana cara bisa membantu pendekar yang punya julukan Pendekar Kembara Semesta itu?“Kita cari keberadaan Suro Joyo dulu,” Lakseta memberikan jawaban singkat. “Setelah bertemu yang bersangkutan, barulah kita susun langkah selanjutnya.”“Sebuah pemikiran yang bagus,” sahut Sadrata. “Hanya saja, kita tidak tahu keberadaan Suro Joyo. Di mana Suro Joyo sekarang?”Lakseta kembali terdiam. Dia bertanya-tanya dalam hati, “Kalau belum bertemu Suro Joyo, belum bisa ditentukan apa yang mesti dilakukan. Tapi sampai sekarang, belum diketahui keberadaan Suro Joyo. Selama ini, sejak berpisah beberapa waktu lalu, tidak tahu kabar beritanya lagi.”“Dalam situasi sekarang, tidak mudah menemukan Suro Joyo,” lanjut Sadrata. “Suro Joyo jadi buronan Badas Wikatra. Pasukan Badas Wikatra tersebar di seluruh penjuru. Mereka bergerak secara diam-diam, rahasia, dan pe

Wajah Lakseta dan Sadrata terlihat menegang. Mereka merasa tegang karena merasa penasaran tentang rahasia besar apa yang akan dikatakan Brajawala. Selain itu, mereka juga was-was kalau nanti tiba-tiba Brajawala tersinggung lalu menyerang Lakseta dan Sadrata.Mereka bukan takut bertarung melawan Brajawala, tapi keduanya menyadari bahwa Brajawala bukan tandingan keduanya. Lakseta dan Sadrata merasa tidak akan mampu mengalahkan Brajawala. Dengan jurus paling hebat pun, yakni jurus yang mereka kuasai, belum tentu bisa mengalahkan Brajawala.Hampir semua pendekar di dunia persilatan mengakui bahwa Brajawala memiliki berbagai ilmu silat, ajian, dan kesaktian yang sulit dijajaki kedalamannya. Tidak mudah diukur sampai di mana ketinggiannya. Suro Joyo yang pernah bertarung melawan Brajawala mengakui dirinya bisa kalah kalau Pendekar Cincin Tengkorak itu bisa menguasai emosinya. Suro Joyo menceritakan pengalaman tersebut kepada Lakseta dan Sadrata pada waktu yang berbeda.Kalau sampai terjadi,

“Kita telah aman sekarang,” ucap Sadrata di sela-sela napas yang memburu. “Ayo tinggalkan tempat ini. Munculnya Brajawala membuat situasi jadi kacau. Pantai yang semula aman, damai, dan tenteram, berubah jadi ricuh. Pendekar yang satu ini memang tidak bisa ditebak apa maunya.”“Benar, Brajawala memang oleng otaknya sejak lahir,” Lakseta menanggapi. “Tapi heran..., mengapa dia bisa memiliki kehebatan yang bahkan melebihi orang normal pada umumnya? Kita dibuat pontang-panting oleh satu ilmu atau ajiannya yang bisa malih rupa sesuka hati. Dengan ajiannya ini, dia bisa berubah wujud semau sendiri, sehingga siapa pun lawannya, dibuat kerepotan.”Sadrata menggeleng-gelengkan kepala. “Baru kali ini aku dibuat kalang kabut oleh ulah seorang pendekar angin-anginan. Kalau saja Brajawala itu orang yang tidak oleng otaknya, pasti tidak akan berbuat seperti ini. Masa..., dia tiba-tiba berubah menjadi Suro Joyo, lalu dalam waktu cepat menjadi berbagai bentuk binatang buas dan mematikan. Kita tidak

“Suro Joyo?” gumam Sangkalpala, Gendrapati, dan Gantalsona hampir bersamaan.Gendrapati dan Gantalsona pasang kuda-kuda untuk berjaga-jaga kalau ada serangan dari sosok Suro Joyo. Sangkalpala terlihat tenang. Namun di dalam batin, tetap waspada.“Bisa saja dia jelmaan Badas Wikatra yang jago menyamar karena punya ajian malih rupa,” kata hati Sangkalpala. “Tapi bisa juga dia benar-benar Suro Joyo, bukan makhluk jadi-jadian. Kalau yang di depan pintu itu benar-benar Suro Joyo, kami bertiga bisa kerepotan. Memang Gendrapati dan Gantalsona jago silat pilihan Krendobumi. Namun Suro Joyo lebih dari sekadar jagoan silat, atau bela diri jenis lain. Suro Joyo ini legenda muda, legenda hidup.”Sangkalpala tahu diri. Dia bersama Gendrapati dan Gantalsona tidak akan mampu mengalahkan Suro Joyo. Meskipun mereka bertiga mengeroyok, tetap tidak akan mampu menandingi Suro Joyo. Pendekar Kembara Semesta yang telah malang melintang di dunia persilatan, sangat disegani kawan dan lawan.Walaupun Suro Joy