All Chapters of Derita Istri yang Difitnah Mandul: Chapter 61 - Chapter 70

"Ada masalah, Nak?" tanya Risma sembari menatap anaknya lekat-lekat. "Sikap Mama balik lagi kayak dulu, Bu." Intan berterus-terang. Wajahnya berubah sedih. "Ibu tahu kan gimana sikap Mama yang sebenarnya selama ini ke aku?" Risma menghela napas. "Kamu yang sabar, ya, Nak?" Hanya itu yang dia ucapkan. Intan ingat dulu waktu pertama kali melihat sikap Mama Mira, ibunya tidak suka dan tidak menyetujui pernikahan mereka. Bahkan sampai awal pernikahan pun, ibunya tidak begitu suka dengan besannya itu, bahkan kepada Bima, menantunya sendiri. Namun, sejak Intan memenuhi kebutuhannya dan kedua anaknya yang lain, lambat laun kekesalan ibunya terhadap keluarga suaminya berkurang. Kadang Intan merasa ibunya mengorbankan dirinya untuk kehidupan yang lebih baik. "Dan ibu tahu apa yang menyebabkan Mama Mira nggak pernah suka sama aku dari awal?" tanya Intan kemudian. Dan pertanyaan itu malah membuat ibunya terdiam. "Karena dia nggak tahu siapa ayah kandungku, Bu. Sampai detik ini aku sendiri p

"Menantu Mama gimana maksudnya, Ma?" "Ya, menantu Mama. Calon istri keduanya Bima." Mira menjawab enteng sembari bersidekap dada. Dada Intan serasa dihantam palu bertubi-tubi, sesak, perih, sakit tak terdefinisikan. Antara syok juga tidak menyangka. "Mama nggak serius, kan, Ma?" Intan beharap ibu mertuanya hanya bercanda. "Kamu lihat muka saya sekarang lagi main-main? Saya emang mau menggantikan posisi kamu dari dulu. Dan Maya itu orang yang tepat untuk menggantikan posisi kamu." Intan lebih terkejut lagi mendengar semua penjelasan itu. Dia lantas menggeleng dan memegang tangan mamanya. "Mama pasti bercanda, kan, Ma? Mama nggak mungkin mau menggantikan posisi aku, kan?" Mati-matian Intan menahan air matanya. Mira menghempaskan tangannya yang digenggam Intan. "Terserah kamu mau percaya atau nggak. Yang harus kamu tahu saya nggak main-main dengan ucapan saya untuk mencarikan Bima istri baru. Dan orang yang tepat itu adalah Maya. Dan saya udah eneg liat muka kamu di rumah ini." Int

Sore itu, Bima pulang ke rumah. Begitu memasuki ruang keluarga, Bima mendapati mamanya sibuk memainkan ponsel dengan wajah terlihat kesal. Bima berjalan menghampiri mamanya sembari menggulung lengan kemejanya. "Sore, Ma ... lagi ngapain? Cemberut aja mukanya." Bima coba menyapa. Mira menoleh sekilas menatap anaknya yang kini duduk di sisinya. "Udah pulang kamu?" tanyanya retoris kembali menatap layar ponselnya. Bima mengintip layar ponsel ibunya. "Kirain ngapain? Cuman main game?" Mira melirik anaknya sekilas. "Ngilangin stres." "Lagian mama tuh stres kenapa, sih, Ma? Ada masalah apa? Semua masalah perusahaan aku kok yang handel." "Istri kamu itu yang bikin stres," jawabnya ketus tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. "Kenapa lagi, sih, Ma? Perasaan Intan salah terus di mata Mama." "Memang dia salah, kok." Bima diam saja. Dia yakin sebenarnya Intan tidak berbuat kesalahan. Bima sendiri pun tahu bagaimana tabiat ibu kandungnya itu. "Kamu tahu nggak kesalahan istri

"Ma, Mama apa-apaan, sih, Ma?" Bima langsung saja melempar tanya pada mamanya yang masih sibuk bermain game di ponsel. Mira mendongak heran. "Apa-apaan, apa maksud kamu?" "Intan udah cerita semuanya sama aku, Ma." Bima berterus-terang saja. "Cerita apa, sih?" Mira masih cuek saja dan tetap berkutat pada ponselnya. "Mama jangan pura-pura nggak tahu gitu, Ma. Aku udah tahu semua yang terjadi tadi siang waktu aku nggak ada." Mira lalu mendongak menatap anaknya. "Istri kamu ngadu apa memangnya?" "Mama mau menjodohkan aku dengan Maya, kan, Ma?" Bima bertanya dengan tenang, memastikan. Dan detik berikutnya, Bima bisa melihat ibu mertuanya terdiam. Bahkan jari-jarinya berhenti menyentuh layar ponsel. "Kenapa diam, Ma?" tanya Bima lagi. Mira pun kembali menatap anaknya, wajahnya masih terlihat tenang. "Kamu duduk dulu, dong. Kita bisa bicarakan ini baik-baik." Mendengar itu, Bima pun duduk di samping ibunya. "Yang Mama lakukan ini demi kebaikan masa depan kamu, Bima. Supaya kamu

"Mischa, kamu habis ini mau ke mana?" tanya Mira pada anak bungsunya di tengah sarapan seperti biasa. Di sana juga ada Bima dan Intan. Namun, Mischa malah terdiam setelah sejak tadi hanya mereka berdua yang bicara, mengisi keheningan. Intan dan Bima yang melihat Mischa terdiam saling lirik. Sampai detik ini, Mira belum tahu masalah yang pernah menimpa Mischa. Masalah yang membuat reputasi Mischa sebagai seorang selebgram terkenal hancur secepat kedipan mata. Dan bagaimana penyelesaian masalah itu? Sampai detik ini Intan masih belum tahu. Malas juga dia mencampuri urusan adik iparnya yang tidak ingin dicampuri itu. Dan semenjak itu, Mischa sering menghabiskan waktu di rumah, pernah sesekali keluar. Namun, tidak sesering dulu. Dan Intan tak tahu dia pergi ke mana. "Mama perhatikan belakangan ini, selama beberapa bulan terakhir ini kamu nggak sesibuk biasanya. Aktivitas kamu agak berkurang, ya?" tanya Mira lagi melihat anaknya malah diam. Mischa tak langsung menjawab, membuat keh