Semua Bab Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel: Bab 511 - Bab 520

Arena pembantaian masih dipenuhi bau darah hijau yang sangat menyengat. Ribuan tubuh Orc Level C bergelimpangan di seluruh area, membentuk tumpukan mayat yang sangat mengerikan.Peter berdiri di tengah dengan postur yang sangat tegak, Pedang Naga Emas sudah kembali ke sarung di pinggang. Napasnya keluar dengan sangat teratur, tidak ada tanda kelelahan meski baru saja membantai seribu monster sendirian.Tiga Hunter yang tersisa berdiri di belakang dengan jarak sekitar sepuluh meter. Mereka menatap Peter dengan ekspresi yang sangat kompleks, campuran antara kagum, takjub, dan sedikit takut.Salah satunya, Hunter berambut cokelat pendek bernama Darius, melangkah maju dengan gerakan yang sangat hati-hati. Ia membungkuk sedikit saat berbicara, menunjukkan rasa hormat yang sangat besar."Dr. Davis," katanya dengan nada yang sangat sopan."Loot sudah terkumpul. Bagaimana cara pembagiannya?"Peter berbalik menghadap mereka dengan ekspresi yang sangat tenang. Ia berjalan menuju tumpukan item y

Kabut menebal semakin parah.Jarak pandang berkurang hingga hanya tiga meter. Udara terasa sangat lembap, menempel di kulit seperti lendir yang tidak bisa diusap.Di kejauhan, sekitar lima ratus meter dari posisi mereka, siluet struktur bangunan mulai terlihat samar. Mausoleum besar dengan atap kubah yang sebagian sudah runtuh, dinding batu hitam penuh lumut dan retakan.Di puncak kubah, lonceng angin kecil tergantung dengan tali yang sudah lapuk. Angin bertiup dengan sangat pelan, membuat lonceng berbunyi dengan nada yang sangat samar.Ting. Ting.Bunyi yang sangat lembut, hampir tidak terdengar, tapi cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri. Seperti panggilan kematian yang mengundang mereka masuk.Peter berhenti tiba-tiba, tangan terangkat memberi isyarat untuk diam. Ketiga Hunter langsung berhenti, tubuh menegang dengan sangat refleks."Ada apa?" bisik Darius dengan nada yang sangat hati-hati, hampir tidak bersuara.Peter tidak menjawab. Matanya menatap ke arah pepohonan pinus berlum

"Boss monster di dalam sangat kuat. Level S minus, mungkin bahkan Level S penuh. Kalian tetap di perimeter. Jaga pintu keluar. Jangan masuk ke dalam berapapun yang terjadi."Ia menatap setiap wajah dengan mata yang sangat tajam."Jika aku jatuh, lari. Jangan tunggu. Jangan coba selamatkan. Lari secepat kalian bisa dan keluar dari portal ini."Ketiga Hunter menatapnya dengan ekspresi yang sangat kompleks. Takut, khawatir, tapi juga percaya."Kami mengerti, Dr. Davis," kata Darius sambil mengangguk dengan gerakan yang sangat serius.Peter mengangguk, lalu berbalik menghadap pintu masuk. Ia menarik napas dalam, lalu melangkah masuk ke dalam kegelapan dengan gerakan yang sangat tenang.Cahaya redup rawa perlahan menghilang di belakangnya. Kegelapan menelan tubuhnya dalam sekejap, hanya bunyi langkah kaki yang menggema di koridor batu.Tok. Tok. Tok.Koridor sangat panjang dengan dinding batu hitam di kiri kanan. Udara terasa sangat panas, berbeda total dengan dinginnya rawa di luar. Bau b

Arena amfiteater masih dipenuhi uap panas yang naik dari celah-celah lantai batu. Bau belerang sangat menyengat, bercampur dengan aroma karbon terbakar dari sisa pertempuran dengan Cerberus.Di berbagai sudut, puing-puing batu berserakan. Lingkar rune kuno yang terpasang di lantai berkedip dengan cahaya merah yang semakin redup, seolah mengakui bahwa tuan lama sudah pergi dan tuan baru sedang berdiri di tengah arena.Peter Davis berdiri di atas lantai batu yang retak dengan postur yang sangat tegak. Di belakangnya, tiga kepala Cerberus yang tertebas mulai terurai menjadi abu cahaya, perlahan memudar dan terbang tertiup angin panas dari retakan magma.Keringat masih membasahi wajahnya, napas keluar dengan teratur meski baru saja menyelesaikan pertempuran yang sangat intens. Tangan kanan masih menyentuh pegangan Pedang Naga Emas yang tersarung di pinggang.Di depannya, Yamamoto Daigo melangkah maju dengan gerakan yang sangat santai namun penuh ancaman. Empat prajurit Taiyang mengikuti d

Yamamoto melesat maju dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Tubuh seperti bayangan hitam yang meluncur di atas lantai, tidak menyentuh tanah.Katana menebas dari atas ke bawah dengan kekuatan yang sangat besar.WUSH!Peter mengangkat Pedang Naga Emas ke atas, menahan tebasan dengan posisi bertahan.Klang!Benturan kedua menciptakan gelombang yang jauh lebih kuat. Lantai di bawah kaki Peter retak dengan pola seperti jaring laba-laba, kedalaman retakan mencapai beberapa sentimeter.Krak! Krak! Krak!Tapi Peter tidak terdorong sedikitpun. Ia berdiri dengan postur yang sangat kokoh, kaki tertanam kuat di lantai.Yamamoto menarik katana, lalu menyerang lagi dari samping. Peter menghindar dengan gerakan yang sangat minimal, hanya menggeser tubuh beberapa sentimeter.Katana meleset, memotong udara kosong.WUSH!Peter balik menyerang, pedang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tebasan horizontal ke arah pinggang Yamamoto.Slash!Yamamoto melompat mundur, menghinda