Nyonya Hana bangkit susah payah, kaki hampir tidak bisa menopang tubuh. Ia berjalan tertatih ke meja, mengambil pulpen dengan tangan gemetar. Ujung pulpen bergetar di atas kertas, meninggalkan bekas tinta sedikit belepotan sebelum tanda tangan dibuat susah payah.Tanda tangan hampir tidak terbaca, goresan tidak teratur karena tangan gemetar. Namun itu cukup. Peter mengambil formulir, melipatnya rapi, memasukkan ke saku jas.Lalu ia berbalik menghadap perawat senior yang berdiri dengan wajah tegang. Wanita paruh baya itu menatap Peter dengan tatapan penuh hormat, tangan siap dengan clipboard."Siapkan ruang bedah. Cepat," kata Peter dingin namun tegas.Perawat mengangguk cepat, berlari menuju koridor. Suara sepatunya menggema di lantai marmer, semakin menjauh hingga menghilang di balik pintu ganda menuju bagian operasi.Peter menatap paramedis di samping brankar. Pria muda itu menatap balik dengan mata lebar, menunggu instruksi dengan napas tertahan."Hubungkan ventilator cadangan. Sek
Terakhir Diperbarui : 2025-11-07 Baca selengkapnya