All Chapters of Gairah Cinta Sang Dewa Perang: Chapter 51 - Chapter 60

Lana berbaring telanjang di tubuh Kai, rambut tebal gadis itu berombak di sepanjang dada Kai, dan napas yang hangat meniup dada telanjang pria itu. Sungguh ajaib mereka berhasil sampai ke tempat tidur, setelah gairah membabi buta yang menguasai mereka berdua. Baju mereka berserakan di lantai sekitar ranjang.Dan setelah percintaan yang panjang itu, tetap saja Kai merasa masih menginginkan gadis ini.Lebih, dan lebih banyak lagi.“Tadi itu sangat menakjubkan,” Lana memainkan jemarinya di atas rambut tipis yang tumbuh di sekitar dada Kai.Keduanya tersenyum puas setelah berhasil melebur bersama dalam sebuah percintaan panas yang sulit dikendalikan.“Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya bagiku. Jadi aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya dengan benar. Kalau aku menyakitimu—”“Stt… aku menyukainya, sangat. Itu adalah salah satu hal yang paling tidak ingin aku lupakan seumur hidup. Jadi berhentilah

“Si brengsek ini,” Louise mengumpat di depan pria itu.Louise tidak tahu kalau hanya dari sebuah malam pertama bisa membuat adiknya yang bodoh soal cinta dan perasaan itu berubah menjadi sosok yang sombong dan menyebalkan begini.“Sepertinya kau juga sudah yakin untuk menerima takdirmu sebagai penerus kerajaan,” ucapan Louise itu membuat ekspresi wajah Kai berubah muram seketika.“Itu… ”“Aku masih belum tahu,” lanjutnya.“Apa maksudmu dengan ‘masih belum tahu’?” Louise mengulang kalimat Kai dengan memberikan dua tanda petik lewat gestur jarinya.“Aku belum berpikir sampai ke sana.”“Sepertinya kali ini kau tidak punya pilihan lain. Semua orang di istana tahu kau melarikan diri di hari pertunangan, lalu kembali dan langsung menghabiskan waktu semalaman penuh bersama Lana. Apa kau pikir Raja Alastor tidak akan tahu? Sementara di istana ini

“Itu salah satunya.”“Aku tidak bisa membayangkan kalau kita benar-benar bertunangan.”“Tidak usah dibayangkan,” Louise melirik sekilas ke arah Lana yang sedang melihat ke samping untuk menikmati pemandangan.“Bagaimana kita akan menjalaninya kalau kita sama-sama tidak memiliki perasaan satu sama lain. Seumur hidup itu terlalu lama, kan?” kata Lana sembari menerawang jauh ke depan.“Ya. Pada akhirnya, adikku yang bodoh itu menyadari perasaannya dan kembali tepat waktu. Kalau tidak, aku pasti akan benar-benar kehilangan cara hidupku.”Louise menarik salah satu sudut bibirnya, membayangkan kengerian yang mungkin terjadi dalam hidupnya membuat rambut halus di lehernya merinding.“Terima kasih, Louise. Untuk semua hal yang telah kau lakukan untukku, dan untuk Kai. Kau benar-benar seorang kakak yang bisa kuandalkan.”“Apa itu sebuah pujian?”“Y

“Sepertinya mereka mencoba membuat kita kelelahan,” keluh Louise saat merasa jumlah vampir itu tak kunjung berkurang. “Kalau aku tidak salah hitung, jumlah yang berhasil kukalahkan saja sudah cukup untuk membuat warga satu kota sendiri,” sahut Julian tak kalah kesal. “Kapan ini akan berakhir,” Louise dan Julian masih sempat saling berkomunikasi di tengah pertempuran mereka. “Ini aneh. Tidak mungkin para vampir ini muncul tanpa induk. Mustahil mereka muncul dengan sendirinya dan membuat kekacauan di mana-mana. Atau… jangan-jangan…” mata Kai membelalak, seolah baru saja memahami situasinya. “Lana.” Pria itu langsung keluar dari kerumunan dan melesat secepat mungkin untuk kembali ke istana. “Ini pasti distraksi,” Kai berlari secepat yang dia bisa untuk mencapai istana, terutama Lana. Perasaannya tidak enak, dan instingnya seperti memberitahu kalau mungkin telah terjadi sesuatu pada Lana. Hal itu divalidasi dengan alamr pemberitahuan yang berasal dari kalung yang dia berikan pada L

‘Kakek takut kau akan sangat bersedih mengetahui kenyataanya. Kalau sebenarnya... marga ayahmu itu mengandung kutukan. Dan kakek sama sekali tidak ingin hal buruk yang menimpa seluruh Klan Frost akan menimpamu juga.’Raja Alastor memeluk Lana erat, menyalurkan perasaan sayangnya yang tidak dapat diukur dengan kata-kata. Dia sudah bersumpah akan melindungi Lana dengan seluruh kekuatannya dan tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada cucu kesayangannya itu. "Kakek, kalau begitu aku mau kembali ke kamar dulu. Aku lelah, ingin istirahat.”“Hm, beristirahatlah.” Kakeknya mengangguk tanpa curiga. Dia mengira Lana tidak tahu tentang pertempuran yang sedang terjadi di depan gerbang istana, dan dia tidak berniat memberitahu Lana akan hal itu. Biarlah anak-anak dari Klan Maverick itu yang menyelesaikannya.Setelah keluar dari ruangan kakeknya, Lana segera pergi menuju ke pintu gerbang. Dia tak lupa mengenakan jubah hitam andalannya tentu saja. Tidak boleh ada