Semua Bab Tumbal Keluarga, Menikahi Pria Koma: Bab 11 - Bab 20

Keduanya mengobrol sepanjang sore dan akhirnya hubungan mereka mulai semakin akrab perlahan-lahan. Katie juga tidak lagi sekaku saat pertama masuk ruangan dan mulai menanyakan tentang kesukaan-kesukaan anggota Keluarga Hardaya.Hafiz menebak, mungkin dia sedang memikirkan untuk menyiapkan hadiah. Sebuah senyum ringan terangkat di sudut bibirnya."Keluargaku banyak sekali. Aku juga nggak hafal semuanya, harus pelan-pelan kuingat-ingat lagi. Begini saja, seminggu lagi aku sudah boleh pulang ke rumah. Nanti kita sempatkan pergi sama-sama untuk cari hadiah, sekalian aku tunjukkan beberapa tempat di kota.""Seminggu lagi keluar rumah sakit? Cepat juga ...." Katie menunjukkan ekspresi sedikit terkejut.Namun, mengingat dirinya masih belum mengenal lingkungan sekitar dengan baik, dia merasa usulan Hafiz cukup masuk akal. Oleh karena itu, dia pun mengangguk menyetujuinya.Matahari sudah mulai condong saat Miyano menyelesaikan urusannya dan datang menjemput Katie. Gadis itu pun melambai pada Ha

Katie merangkul Flora dengan lembut dan membenarkan poni yang berantakan di dahinya. Tiba-tiba, ibu Flora memuji Katie di hadapan semua orang."Aduh, hadiah yang satu ini pasti pilihan Katie, ya. Soalnya kalau Hafiz yang pilih, mana mungkin bisa pas sekali sama selera Flora? Dulu dia pernah ngasih apa, ya ... oh iya! Buku latihan sekolah sama guru tari pribadi. Sampe Flora marah dua bulan nggak mau manggil dia 'Kakak' lagi!"Mendengar hal itu, Katie refleks menoleh ke arah Hafiz dengan terkejut.Selama seminggu terakhir ini, dia sering ikut Miyano mengunjungi Hafiz di tempat pemulihan. Hampir setiap hari mereka mengobrol dari pagi sampai sore. Keduanya sama-sama tenang dan perbedaan usianya juga tidak jauh. Oleh karena itu, mereka jadi cepat akrab dan bisa membicarakan hal apa pun.Dalam bayangannya, Hafiz adalah pria yang tulus, sopan, cerdas, dan tenang.Tadi pagi saat mereka pergi berbelanja hadiah, Hafiz bahkan bisa mengingat semua preferensi anggota keluarganya dengan lancar dan m

Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa selama satu bulan menghilang, Katie ternyata bukan berada di rumah sakit, melainkan sedang sibuk menyiapkan pernikahannya!Di antara mereka, Markos yang sejak kecil tumbuh bersama Katie jelas jauh lebih panik dibanding Fadil. Sebelumnya, dia tidak pernah membayangkan kemungkinan bahwa Katie akan menikah dengan orang lain. Dalam pikirannya, dulu, sekarang, dan di masa depan, Katie hanyalah miliknya.Karena itu, Markos benar-benar tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia masih berusaha keras untuk menyangkal. "Om, Tante, jangan bercanda seperti ini .... Katie bahkan belum pernah bertemu Hafiz. Mana mungkin dia setuju untuk menikah dengannya?""Kami juga nggak tahu dia sedang pikir apa. Mungkin ... dia merasa kamu terlalu sayang sama Nayo, jadi ingin mengalah dan merestui kalian berdua?"Begitu kata "mengalah" terdengar, wajah Markos langsung pucat pasi. Fadil yang berada di sampingnya juga tidak jauh berbeda. Hanya saja saat menoleh pada Markos, tat

"Nayo, kasih aku satu hari saja. Tunggu aku bawa Katie pulang dulu, baru kita bicarakan lagi."Wajah Nayo perlahan memucat. Dia menggigit bibirnya erat-erat dan sorot matanya berubah tajam penuh tekad. Fadil masih berusaha menenangkannya, tapi Nayo sudah membuat keputusan. Dia langsung menarik tangan Fadil dan melangkah menuju pintu keluar bandara."Fadil, ayo kita temui Papa Mama dan batalkan surat adopsi. Lalu, kita langsung ke kantor catatan sipil buat daftar nikah!"Mendengar bahwa Nayo tidak sedang bercanda, Fadil awalnya terpaku. Namun setelah beberapa detik terdiam, rasa kagetnya digantikan oleh sukacita. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggandeng Nayo dan membawanya pulang.Setelah mendengar rencana itu, Alzham dan Senia pun ikut senang. Mereka segera membantu mengurus semua berkas yang diperlukan.Ketika buku nikah sudah di tangan, anak angkat pun resmi berubah status menjadi menantu. Alzham dan Senia sangat puas. Mereka bahkan langsung menghubungi Katie untuk "berbagi ka

Dalam perjalanan pulang, suasana di dalam mobil sunyi senyap. Hafiz tidak menanyakan apa pun. Dia hanya sibuk mengirim pesan ke Hotma dan mengatur ulang detail jalannya prosesi pernikahan esok hari.Selama satu bulan terakhir bersama, Katie tahu, dia tidak pernah menyinggung soal masa lalunya bukan karena tidak peduli, melainkan karena menghormati. Hafiz adalah tipe yang tahu menjaga batas.Dulu, Katie memilih untuk diam karena merasa masa lalunya terlalu kelam untuk diceritakan. Terlalu menyakitkan, terlalu sulit untuk dibuka kembali.Namun kini, melihat Hafiz masih mempersiapkan segalanya dengan begitu serius, hatinya tersentuh. Dia merasa, Hafiz berhak untuk tahu sebagian dari kisah itu.Malam itu setelah makan dan beristirahat, Katie mendatangi Hafiz, lalu menceritakan semuanya. Seluruh kepingan masa lalu yang pernah dia kubur dalam diam.Mungkin karena hatinya memang sudah benar-benar melepaskannya. Saat bercerita, nadanya terdengar tenang dan tatapannya sangat jernih. Seakan seda