All Chapters of Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal: Chapter 11 - Chapter 20

Bino, masih lama nggak sih? Berat tau ini kardusnya,"rajuk Riri sedikit kesal.Setya menoleh dengan alis terangkat. "Sabar. Gue yakin tadi ada di sini."Riri mendengus semakin kesal. "Kalau sampai nggak ketemu, gua timpuk lo pake kardus ini, Bin.""Ck, sabar napa. Awas aja kalau dijatuhin. Itu isinya obat-obatan pecah belah tau," ucap Setya sambil menyunggingkan sedikit senyumnya.Setya menutup tasnya, lalu menepuk-nepuk saku celananya. Namun, sebelum ia bersilat lidah, terdengar suara lain dari belakang yang membuatnya terdiam seketika."Dek, kunci mobilmu ada di saku belakang," ujar Yuzha sambil berjalan mendekat, sambil menggandeng lengan Kinan.Setya langsung membeku. Riri mengerjap, lalu dengan gerakan dramatis melirik ke arah saku belakang celana laki-laki itu.Tanpa banyak bicara, Riri meletakkan kardus di tanah, tangannya sedikit sakit, karena

Riri mulai menyalakan sepeda listriknya, lalu melaju pelan, membawa Kinan pulang.Yuzha masih terdiam diparkiran, sampai akhirnya Riri menghilang dari pandangan. Setelah itu, ia nampak menghembuskan napas berat, baru kembali lagi ke IGD.Begitu ia tiba di pintu IGD, Revan, dokter jaga yang saat itu bertugas bersama Yuzha, segera menghampirinya. "Lu mending istirahat dulu aja, Zha. Muka lu pucet banget.""Mana bisa? Pasien lagi banyak gini, nggak mungkin gua bisa istirahat," gerutu Yuzha sedikit ketus."Bisa, Mas. Bener kata Mas Revan, mendingan Mas istirahat aja dulu. Pasien juga tinggal beberapa lagi yang belum ditanganin. Ini mah, Mas Revan sendiri juga bisa. Lagian, Setya ada di sini kok, stanby dulu untuk sementara," timpal Setya.Yuzha kembali menarik napas panjang, lalu mengangguk. Tanpa banyak bicara, ia masuk ke ruangannya dan menjatuhkan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Dahinya bertumpu

Setelah bersiap-siap, Riri dan Kinan pun pamit dahulu kepada Juna, membiarkan anak itu kembali sendiri di rumahnya. Setelah itu, barulah keduanya berangkat ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Kinan terlihat gelisah. Jemarinya mencengkram erat pinggiran kaos Riri sementara kepalanya sesekali bersandar."Kenapa, Sayang?" tanya Riri pelan.Kinan menggigit bibirnya. "Takut Papa nggak ngizinin."Riri tersenyum lembut. "Papa kamu sayang banget sama kamu. Kalau kamu jelasin baik-baik, pasti Papa akan ngerti."Meski masih ragu, Kinan mengangguk pelan.Begitu tiba di rumah sakit, mereka pun langsung menuju ke IGD. Setya dan Revan masih di sana, terlihat tengah mengobrol santai. Saat melihat Kinan datang, Setya langsung menghampiri."Hei, keponakanku yang cantik. Udah mendingan?" tanyanya sambil mengusap kepala gadis kecil itu."Mendingan, Oom. Papa kemana?" tanya Kinan sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling IGD.Tak lama, Yuzha pun keluar dari ruangannya sambil menenteng jas serta tas

Revan yang merasakan bahwa Yuzha sedikit cemburu, memilih untuk segera beranjak. Ia lebih memilih untuk pergi dari hadapan mereka berdua, dari pada membuat suasana menjadi sedikit tidak enak.Sementara itu, Riri memilih untuk mendekat dan segera menggendong Kinan saja, meskipun pada akhirnya di ambil alih oleh Yuzha tanpa berkata apa-apa. Ketiganya pun segera melangkah menuju parkiran sepeda tempat dimana Riri menyimpan sepeda listriknya.Saat suasana mulai hening, Riri kembali melirik ke arah Yuzha, dan berniat menggodanya. "Mas cemburu ya, kalau liat aku sama dokter Revan?" tanyanya, suaranya terdengar sedikit menggoda.Yuzha terdiam sejenak, lalu membuang wajahnya ke samping dan menggeleng pelan. "Nggak!" jawabnya ketus, meskipun ada sedikit rona merah di wajahnya.Riri terkekeh melihat reaksi Yuzha yang seperti itu. Rasanya sedikit gemas, persis seperti saat dulu ia berbicara terakhir kalinya dengan Setya, delapan tahun lalu. Tapi, sebelum sempat, Yuzha bereaksi lebih lanjut, Rir

Setelah selesai makan malam, Riri pun segera mengajak Juna dan juga Kinan untuk bermain ke jembatan seperti yang diminta Juna tadi.Di jembatan, Kinan merasa sangat senang, karena di sana ada istana balon, jadi mereka bisa bermain di sana. Sambil menunggu kedua anaknya bermain, Riri memutuskan mencari cemilan, seperti telur gulung, lumpia basah, dan juga es tropical. Setelah itu, baru lah ia kembali lagi kepada anak-anaknya.Tak lama, ponsel Riri bergetar menandakan ada sebuah notifikasi masuk. ["Paketnya udah nyampe, Kak. Aku titip di satpam ya."]Dari abang ojol.Setelah puas bermain, barulah Riri mengajak kedua anaknya untuk pulang. Sepanjang perjalanan, ia mencuri pandang ke arah Kinan yang kini terlihat jauh lebih ceria di banding tadi pagi sebelum ia menjemputnya. Demamnya sudah mulai run, wajahnya juga terlihat lebih segar, dan senyum kecil selalu menghiasi bibirnya.