Semua Bab Kesepakatan Balas Dendam: Bab 11 - Bab 20

Alicia dan Walter menyempatkan untuk berkeliling mall setelah berhasil membeli beberapa perabotan rumah tangga yang nanti akan langsung dikirimkan ke rumah mereka.Walter menghentikan langkahnya saat sadar Alicia tidak ada di sisinya. Walter melihat ke arah sekitar dan mendapati Alicia yang berhenti di tengah jalan dan menghadap ke salah satu outlet pakaian perempuan."Apa kamu menginginkannya?" tanya Walter mendekat ke arah Alicia."Tidak, ada sepupuku di sana," jawab Alicia menatap ke arah Walter."Kita memiliki banyak waktu. Jadi ayo menyapanya," ujar Walter menggenggam tangan Alicia dan menarik Alicia ke arah outlet pakaian itu.Alicia dan Walter mendekat ke arah sepasang kekasih yang sedang berbincang dengan seorang pelayan outlet itu. Alicia orang yang menyapa pertama kali. Membuat sepasang kekasih itu sedikit terkejut saat melihat keberadaan Alicia.Laki-laki dan perempuan itu adalah Dom dan Regina. Dom sendiri adalah anak dari Storm. Adik dari ayah Alicia."Oh, Tuan Muda dari

Walter masuk ke kamar setelah menjalani hari yang sibuk di kantor dan memberikan laporan kepada Sean. Hari yang sangat berat. Ia ingin langsung tidur di atas kasur, berharap besok pagi ia bisa bangun dengan kondisi tubuh sudah penuh dengan energi.Saat masuk ke dalam kamar, Walter melihat Alicia yang sedang duduk di tepi kasur dengan ekspresi mengantuk. Perempuan itu memaksakan diri untuk tetap tersadar dengan cara duduk di pinggir kasur. Sehingga jika ia tertidur saat menunggu kepulangan suaminya, ia akan jatuh entah itu ke atas kasur atau lantai dan membuatnya terbangun kembali."Kenapa kamu tidak tidur saja?" tanya Walter melepaskan jas miliknya dan berjalan menuju meja kerjanya."Aku menunggumu. Aku tidak mungkin tidur saat suamiku saja belum pulang," balas Alicia mengucek matanya."Aku tidak masalah jika memang kamu sudah tidur saat aku pulang. Aku sudah mengatakannya bukan? Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan. Makan saat kamu lapar. Minum saat kamu haus. Dan tidur saat kamu

Walter memandang ke seluruh tumbuhan yang tumbuh subur di sepanjang jalan menuju kediaman Storm Eugenia. Sesuai informasi yang diberikan oleh Dom saat itu ada banyak yang keluarganya ekspor ke luar negeri. Mulai dari buah dan daging hewan.Menyadari bahwa kediaman Storm berada di puncak bukit yang benar-benar dipenuhi oleh pohon-pohon besar membuat Walter merasa wajar jika Storm bisa mendapatkan kualitas buah dan daging hewan yang sangat baik."Masuklah. Kita akan berkeliling menggunakan mobil ini," ujar Dom membuka pintu mobil jeep yang sudah disediakan oleh ayahnya untuk mereka berdua."Berapa luas tanah yang kalian miliki di sini?" tanya Walter masuk ke dalam mobil."Sekitar dua ribu meter persegi. Itupun harus dibagi dua. Yang satu khusus untuk pertenakan. Dan yang kedua untuk perkebunan.""Aku dengar ada banyak pihak luar yang tertarik dengan ikan segar. Apa kalian tidak tertarik membeli kapal dan menyewa nelayan untuk itu?""Keluarga kami akhir-akhir sangat sibuk. Pesanannya ben

Pertemuan penting diadakan di salah satu ruangan VVIP di Natch Club. Walter membawa Dom. Sedangkan owner Natch Club, Natch Victor membawa salah satu penjaga yang berdiri tepat di belakang kursinya. Ini adalah hal yang mengejutkan karena bagi Natch, Walter adalah seseorang yang sedang dipuncak kejayaannya. Datang ke tempatnya sama saja dengan mempertaruhkan segala reputasi yang dimilikinya.Namun Victor sendiri pun yakin bahwa Walter datang bukan untuk berkunjung."Apa yang kamu inginkan? Apakah kita akan berbisnis? Atau kamu sedang mencari perempuan untuk menjadi istri simpananmu?" tanya Victor mengangkat sedikit kedua tangannya."Natch Victor. Aku rasa kamu memiliki nama yang bagus. Berapa lama kamu sudah menjalani bisnis ini?" tanya Walter menyilangkan kakinya."Ini bisnis turun temurun. Kakekku yang mendirikannya. Aku hanya meneruskan apa yang sudah disempurnakan oleh ayahku.""Apakah kamu pernah mendengarkan kalimat ini? Generasi pertama membangun. Generasi kedua menyempurnakan.

Sean menyenggol lengan Rias menggunakan sikunya. Rias melirik ke arah Sean dan mengangguk. Memberikan tanda bahwa ia juga menyadarinya.Mereka merasa bahwa ada yang mengikuti mereka sejak mereka keluar dari mini market. Mereka yang sedari tadi berjalan di trotoar jalan besar, kini masuk ke dalam gang kecil. Berjalan terus sampai jalan berakhir di sebuah bekas bangunan yang sudah lama tak berpenghuni."Sepertinya mereka sudah mulai bergerak," ujar Sean berbalik badan."Merepotkan sekali," keluh Rias melihat ada beberapa orang muncul membawa pisau."Haruskah aku memanggil Walter?""Aku lebih baik mati daripada harus meminta tolong kepada laki-laki mesum itu."Sean melirik ke arah Rias dan tertawa kecil. Harga diri Rias sangatlah tinggi. Bahkan dalam keadaan kurang menguntungkan seperti sekarang, Rias masih enggan untuk mengakui keberadaan Walter. "Apakah mereka orang-orang kiriman Keluarga Eugenia?" tanya Rias melemparkan ponsel miliknya ke tanah."Seharusnya, iya. Sepertinya mereka in