Semua Bab Obsesi Gila Suami Sahabatku: Bab 111 - Bab 120

“Tapi, sebelum itu, aku jelas tak bisa menyerangmu begitu saja,” Nathan masih bicara sendirian.Nathan melihat ke layar ponselnya, melihat bagaimana Jenna mengirimis pesan pada Letta dengan nomor barunya. Tidak tahu malu, berani mengirimkan pesan pada Letta setelah apa yang terjadi selama ini.(Aku mohon, Letta. Anggap ini kali terakhir kita bertemu! Setelahnya, aku takkan mengganggumu lagi!) Jenna mengirimi pesan dengan begitu memohon.Balasan Letta jelas membuat Nathan puas. Letta sekarang bisa mematikan sendiri rasa kasihannya pada seseorang yang sudah jelas menyakitinya tak sekali atau dua kali.(Aku rasa sudah tak perlu, Jenna. Terakhir kali kita bertemu, kamu membuatku menjadi santapan publik. Dan kurasa, persahabatan kita juga harus berakhir sekarang.)(Tidak, Letta. Kumohon. Sekali saja. setelahnya, aku akan benar-benar berhenti menemuimu, oke?)(Tetap tak bisa, Jenna. Maaf.)Nathan bisa menduga bahwa pasti setelahnya Jenna akan marah-marah di seberang sana. Nathan sudah duga

Letta melakukan seperti apa yang diminta. Saat milik Nathan sudah masuk ke dalam mulutnya, Letta berusaha memberikan service terbaiknya, menunjukkan kepada Nathan bahwa ia sudah pantas. Letta yang sudah mentok dengan rak buku di belakang sana, merasakan bahwa Nathan dengan paksa mendorong masuk miliknya sampai ke tenggorokan. Kedua tangan Letta bahkan memegang pinggang Nathan karena merasa kesulitan bernapas. “That’s nice! Letta!” seru Nathan sambil menahan kepala Letta yang sudah mulai melawan. Letta berusaha mendorong milik Nathan yang semakin ke dalam rasanya. Bahkan, saat bergerak dalam mulutnya membuat Letta sampai meneteskan air mata. “Ukhhh, Uggh!” Letta merasakan cairan panas masuk ke dalam tenggorokannya dengan begitu mulus, membuat Letta sampai hampir tersedak. Nathan cukup puas, namun ia memperlihatkan raut wajah yang sedikit menyayangkan bahwa Letta nyaris mau melepaskan miliknya dari dalam mulut Letta. “Yah, cukup. Tapi, aku masih merasa belum puas,” ucap Nathan. Na

Meski Letta tampak senang mendengar tawaran Nathan, tak dapat dipungkiri bahwa dia sedikit merasa tak bisa begitu saja menerimanya. Mereka hanya sepasang kekasih, yang kebetulan sudah melampaui batas. Kalau sampai tinggal bersama, Letta merasa itu terlalu berlebihan.“Hm? Apa tak sebaiknya tak usah? Kita belum ada ikatan resmi. Tak baik rasanya kalau kita tinggal bersama,” jawab Letta.“Kenapa tidak, Darling? Kita saling mencintai. Kamu sangat mencintaiku, begitupun aku padamu. Sudah sepantasnya kita tinggal bersama, kan?” Nathan berusaha meyakinkan Letta.Letta masih punya akal sehat. Ia lebih tak suka kedepannya kalau ada banyak omongan tidak menyenangkan yang datang dari orang luar, dan malah membuat Letta merasa tak senang.“Haha… aku rasa…. Tak perlu,” Letta merasa canggung menjawabnya.Nathan merasa sedikit tak terima. Miliknya yang masih tertancap di dalam milik Letta itu mendorong lebih kuat ke dalam sampai membuat Letta merasa milik Nathan menembus lebih dalam daripada biasan

Letta yang melihat Jenna sudah tak keluar lagi hanya bisa merasa terheran. Semudah itu melenyapkannya? Ke bawah tanah ruangan kafe itu saja? kenapa Letta merasa ini sedikit mustahil, mengingat bahwa tak mungkin ada sesuatu berjalan semudah itu.Nathan segera menggerakkan mobil, berjalan pergi dari sana setelah melihat Jenna terseret.“Setelah ini, Jenna akan dibereskan di sana. Kamu mungkin akan melihatnya dalam kurun waktu satu atau dua kali dalam 6 bulan. Mungkin dia akan bersama seorang pria, atau di bawa oleh para pria seperti tadi juga,” tutur Nathan.Letta hanya bisa menoleh melihat ke arah Nathan. Nathan menyeringai besar karena merasa itu adalah hal yang bagus bagi dia dan Letta pastinya.“Setelah ini, kita ke mana lagi?” tanya Letta.“Tentu saja merayakan kemenangan kita! Lihatlah, sekarang takkan ada yang mengganggu kita, bahkan takkan ada yang berani mengusikmu!” seru Nathan.Nathan terlihat berbeda bagi Letta. Cara dia merespon masalah, dan cara dia menyikapi apa yang ter

Semenjak tinggal di rumah Nathan, Letta merasakan setengah rasa dalam dirinya seperti perlahan menghilang. Mungkin ia bisa jadi diri sendiri selama tak ada Nathan di rumah.Namun, saat ada Nathan, Letta merasa seperti ia tak bisa melakukan apapun dengan bebas. Sudah hari ke berapa ini ia tinggal di sini. Tetapi, Letta merasa Nathan benar-benar dekat dengannya hanya saat ada maunya saja.‘Apa Nathan memang begini dulu? Apa dia juga seperti ini pada Jenna?’ batin Letta yang kini merasa sedikit bimbang.Saat sedang merapikan pakaian, Letta melihat kembali lemari Nathan yang penuh dengan pakaian yang rapi. Tak ada yang mencurigakan, dan tak ada yang membuat Letta merasa aneh.Namun, saat berpindah membersihkan ruang kerja Nathan yang sudah kelihatan berdebu, Letta merasa ada yang janggal. Ada banyak barang yang asing bagi Letta. Bahkan, bisa terhitung bahwa dia jarang melihat barang-barang yang ada di dalam sana. Seperti sengaja disembunyikan dari Letta.‘Apa-Apaan semua ini?’ batin Lett