Obsesi Gila Suami Sahabatku

Obsesi Gila Suami Sahabatku

last updateLast Updated : 2025-08-01
By:  Dek itaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
316views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Nathan secara Agresif mendekati Letta secara terang-terangan. Letta berusaha menjaga jarak, tetapi Nathan bertindak nekad. Jenna yang tak peduli membuat Nathan semakin leluasa melakukan aksinya. Makin lama, Letta tenggelam pada pengkhianatan ini. Selain menguntungkannya demi pengobatan adiknya, Letta terjebak pada hubungan tidak sehat yang membuatnya dikendalikan.

View More

Chapter 1

Pinjaman Uang

“Nathan, kenapa melihatku seperti itu?” ucap Letta lirih.

Saat ini, Letta tengah terperangkap di kediaman sang sahabat, Jenna. Niatnya, siang ini dia ingin meminjam uang pada Jenna untuk membayar hutang keluarganya pada rentenir. Namun sialnya, begitu sampai di rumah Jenna, wanita itu justru tidak ada di rumah. Padahal, sebelumnya Jenna mengatakan ia ada di rumah.

Lebih sial lagi, Letta justru dihadapkan dengan Nathan, suami Jenna, yang kali ini bersikap cukup aneh padanya.

Sejak Letta datang, pria itu sudah menatapnya dengan aneh. Bahkan, terlihat seperti ingin memangsa Letta. Padahal, biasanya tidak pernah seperti itu.

Pria itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan Letta, dan terus menatapnya dengan aneh.

“Nathan, kira-kira Jenna akan pulang pukul berapa?” tanya Letta lagi.

Nathan tampak menghela napas ringan, lalu menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tahu, Letta. Dia pergi sejak pagi dan tidak ada kabar lagi.”

Letta terdiam sejenak, lalu berkata, “Begitu ya? Kalau gitu aku pamit saja. Maaf mengganggu waktumu.”

Namun, saat Letta baru berbalik dan melangkah, suara Nathan menghentikannya.

“Letta, bukankah kamu ingin meminjam uang saat ini juga? Kenapa malah pergi?” tanya Nathan tanpa basa-basi.

Letta terkejut mendengarnya. Ia hanya menceritakan itu kepada Jenna mengenai apa yang tengah ia alami. Apa Nathan membaca pesan yang Letta kirim kepada Jenna pagi tadi?

“Berapa yang kamu butuhkan?” tanya Nathan lagi.

Saat itu juga, Letta kembali berbalik dan menatap Nathan sejenak lalu menundukkan kepalanya. “Tidak perlu, Nathan. Aku akan meminjam dari Jenna saja nanti.”

“Letta, Jenna adalah istriku, meminjam uang padanya juga sama saja meminjam padaku, kan?” Nathan menatap Letta cukup lama.

Letta kembali terdiam.

Secara tidak langsung, yang dikatakan Nathan memang benar, mengingat mereka ada sepasang suami istri. Namun, bagi Letta tetap tidak enak jika meminjam uang pada Nathan.

“Kamu benar, tapi tidak usah tidak apa. Aku akan menunggu Jenna atau meminjam pada orang lain saja,” kata Letta akhirnya.

“Letta, aku tahu kamu membutuhkannya segera. Siapa yang bisa meminjamimu 80 juta dalam waktu singkat? Aku ragu ada yang bisa melakukannya jika bukan orang dekatmu,” ujar Nathan yang kembali membuat Letta menelan ludah karena lagi-lagi Nathan mengatakan sesuatu yang benar.

“Aku akan memberikan uang itu sekarang, Letta. Tapi, aku juga ingin minta tolong satu hal padamu,” kata Nathan lagi, karena Letta tak kunjung bersuara.

Letta menatap Nathan dengan penuh selidik. Selama ini, ia hanya mengenal Nathan seadanya, tidak pernah terlibat urusan yang cukup jauh secara pribadi. Namun, kedekatannya dengan Jenna membuat mereka cukup sering bertemu.

“Apa itu?” tanya Letta akhirnya.

“Tolong buatkan aku makanan. Aku sangat lapar karena sejak pagi belum makan. Jenna tidak membuat makanan untukku,” jelas Nathan dengan apa adanya.

Letta mengernyitkan dahinya. Selama ini ia tahu bahwa Jenna memang sangat sibuk dan sering meninggalkan rumah. Bahkan, terkadang sahabatnya itu juga meminta bantuan padanya untuk mengurus keperluan rumahnya, seperti menitip membeli beberapa bahan makanan, memasak sedikit untuk Nathan, dan menitip untuk mengantar pakaian kotor ke laundry.

“Kenapa kamu tidak pesan online, Nathan? Ini sudah hampir jam makan siang,” ujar Letta sedikit heran.

Tidak mungkin Nathan tidak punya uang atau kuota internet untuk memesan makanan secara online karena ia adalah seorang CEO.

“Kamu tahu kan aku tidak suka makanan yang dipesan online, kebanyakan hanya makanan cepat saji, tidak banyak pilihan untuk makanan rumahan,” jawab Nathan dengan santai.

Letta menghela napas. “Aku akan membuat makanan untukmu, tapi kamu tidak perlu memberiku uang itu, tidak apa.”

Namun, Nathan menggeleng dan berkata, “Aku tahu kamu sangat butuh uang itu saat ini juga. Kalau kamu tidak nyaman, anggap saja uang itu dari Jenna.”

Letta melirik jam dinding sekilas. Saat ini telah hampir pukul 12 siang, sedangkan rentenir itu mengatakan akan mendatanginya sekitar pukul 3 sore. Memang tidak ada banyak waktu lagi.

Letta menundukkan kepalanya, ia semakin merasa bimbang. Namun, rasanya memang ia tidak memiliki pilihan lain.

“Baiklah. Nanti, aku akan menyicilnya setiap bulan. Terima kasih,  Nathan,” kata Letta akhirnya. “Kamu ingin makan apa?”

“Apa saja.” Nathan tersenyum, tetapi senyuman itu justru terasa aneh di mata Letta.

**

Ketika Letta sibuk menyiapkan makanan untuk Nathan, pria itu justru tidak melepas pandangannya dari sosok Letta.

Selama pernikahannya dengan Jenna, Nathan hampir tidak pernah dilayani sebagai suami dengan baik. Jenna selalu sibuk dengan pekerjaannya di butik, melebihi kesibukan Nathan yang merupakan seorang CEO. Bahkan, untuk urusan ranjang pun terkadang Nathan harus memohon pada Jenna. Hal itu benar-benar membuat Nathan merasa frustasi.

Sebagai seorang pria, jelas Nathan ingin ia dilayani dengan baik sebagai seorang suami. Terlebih, ia juga telah memberi segalanya untuk Jenna.

Nathan menghela napas berat, lalu melangkah lebih dekat ke arah Letta yang masih sibuk memasak.

“Letta, aku sudah mentransfer uang itu ke rekeningmu,” kata Nathan sambil menunjukkan bukti pemindahan dana dari ponselnya.

Letta buru-buru menoleh. Ia tidak menduga jika Nathan akan langsung mengirim uang itu. Ia menatap Nathan dengan sedikit berkaca-kaca. “Terima kasih, Nathan. Kamu dan Jenna memang sangat baik.”

Nathan hanya mengangguk, lalu melangkah untuk mengambil segelas air minum.

“Tunggu sebentar lagi, makanannya akan segera matang. Aku membuat sup ayam, karena di kulkas hanya ada bahan-bahan yang pas untuk membuat sup ayam,” kata Letta lagi, lalu kembali fokus pada masakannya.

Di sela itu, Letta juga mulai menata piring dan mangkuk di mini bar yang ada di dapur rumah itu. Namun, yang tidak Letta sadari adalah sejak tadi tatapan Nathan tidak pernah lepas darinya.

Setelah menaruh gelasnya di tempat cuci piring, Nathan berdiri di samping mini bar itu sambil terus menatap Letta. Sudut bibirnya terangkat membuat senyum tipis, pikirannya melayang jauh.

“Letta, kenapa tidak kamu saja yang menikah denganku, ya?” ucap Nathan tiba-tiba.

Letta langsung menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengatur piring. Ia menatap Nathan dengan kebingungan juga keterkejutan. “Apa maksudmu?”

Tatapan mereka bertemu cukup lama.

Bukannya menjawab, Nathan justru tanpa sadar mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Letta. Namun, saat itu juga Letta langsung menarik tangannya.

“Nathan, kamu ini kenapa? Istrimu adalah sahabatku, kamu jangan seperti itu,” ucap Letta dengan tegas.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status