All Chapters of Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan: Chapter 61 - Chapter 70

Suasana di dalam ruangan Ayu mendadak hening saat mendengar suara itu. Ayu langsung membalikkan badannya, dan betapa terkejutnya ia melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, Galih. Wajah pria paruh baya itu terlihat datar, tapi sorot matanya tajam, seperti sedang menganalisis situasi yang baru saja ia masuki. Ia melangkah masuk perlahan, tangannya menyilang di depan dada, menatap bergantian antara putrinya dan Ashraf. "Ayu," panggil Galih, suaranya berat namun tegas. "Kamu bisa jelaskan, ada masalah apa di sini? Dan kenapa Ashraf ada di sini?" tanya Galih dengan wajah rasa penasaran. Apalagi melihat ekspresi wajah menantunya yang terlihat seperti siap menerkam seseorang hidup-hidup. Ashraf yang semula terlihat penuh emosi, langsung mengubah ekspresi wajahnya, menundukkan kepala sedikit, mencoba bersikap hormat. "Maafkan saya, Papa. Ini hanya kesalah pahaman kecil antara saya dan Ayu." Galih menatap tajam ke arah Ashraf. "Kesalah pahaman kecil? Tapi tadi kamu mengatakan kalau kam

Keesokan harinya, Ayu mulai bersiap-siap untuk berangkat kerja. Namun, pagi ini hatinya tak semangat seperti biasanya. Pagi ini Ayu dengan malas bersiap-siap. Kalian sudah tahu alasannya. Ya, alasannya karena ia harus menjadi sekretaris pribadi suaminya. Ceklek! Pintu kamar mandi terbuka, membuat Ayu menatap ke arah cermin besar di depannya dan melihat keberadaan Ashraf yang baru saja keluar dari dalam sana. Begitu pula dengan Ashraf, ia menatap Ayu yang tengah bersiap-siap. Tatapan mereka berdua bertemu, membuat Ayu dan Ashraf saling tatap untuk beberapa saat sampai akhirnya Ayu memalingkan wajahnya, mengambil anting-anting dan memakainya. Ashraf hendak mendekat ke arah Ayu, tapi terhenti ketika ia mendengar suara pintu kamarnya dan Ayu diketuk. Tok ... Tok ... Tok ... "Ada apa?" tanya Ashraf ketika pintu mobil terbuka dan melihat Ibu Mona ada di sana. "Sudah waktunya sarapan, Tuan. Nyonya Sarah sudah menunggu," ucap Ibu Mona dengan hormat, kepalanya menunduk. "Baik. Bi

Ayu duduk di kursi kerjanya yang berada persis di depan ruangan Ashraf. Ia awalnya merasa tidak enak karena ternyata ia harus membuat Mia dipindahkan dari sana. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menurut karena itu semua sudah menjadi keputusan Ashraf dan itu tidak bisa diganggu gugat. Ayu mengembuskan napas panjang, merasa bosan dengan pekerjaannya saat ini. Ia memainkan bolpoin di tangannya, sambil menatap layar laptop yang hanya menunjukkan layar screen saver. Tidak lama, ia mendongakkan kepalanya ketika seseorang ada di depan meja kerjanya. "Maaf, Bu Ayu. Ini ada berkas yang harus Pak Ashraf tanda tangani, tolong berikan pada Pak Ashraf," ucap orang itu yang tidak lain adalah Arnold. "Dan, ini dokumen untuk rapat nanti siang." Ayu menatap dua map yang diberikan Arnold dengan kening berkerut, lalu beralih menatap Arnold. "Bukannya ... biasanya kamu yang menyerahkan semua dokumen ini sama Ashraf? Kenapa sekarang kamu menyerahkannya sama aku?" tanya Ayu bingung.

Malam baru saja turun ketika mobil hitam milik Ashraf perlahan memasuki halaman rumah keluarga mereka. Lampu teras menyala hangat, dan bayangan seseorang sudah terlihat menanti di ambang pintu. Begitu pintu mobil terbuka, Ayu turun lebih dulu, disusul Ashraf yang membawa tas kerjanya. Wajah keduanya tampak lelah, namun tetap tenang. “Oma ....” sapa Ayu pelan begitu melihat sosok perempuan tua berambut perak itu berdiri menunggu mereka di depan pintu. Oma Sarah tersenyum hangat, langkahnya pelan namun pasti menghampiri cucunya dan sang istri. “Kalian sudah pulang juga. Oma tadi sempat khawatir," ucap Oma Sarah. Ia lalu beralih pada Ayu "Ayu capek nggak hari pertama kerja jadi sekretaris Ashraf?” Ayu tersenyum kecil. Ia melirik sekilas ke arah Ashraf yang hanya mendengkus pelan, lalu menatap Oma Sarah kembali. “Sejauh ini, semuanya berjalan lancar, Oma,” jawabnya. Mata Oma Sarah berbinar. Ia menepuk tangan Ayu dengan penuh sayang. “Syukurlah, Oma lega dengarnya. Oma cuma takut kamu

Setelah mengantar kepergian Oma Sarah, Ashraf langsung menoleh ke arah Ayu yang masih berdiri di depan rumah. “Kita berangkat?” ucap Ashraf sambil menatap ke arah Ayu. Ayu mengangguk, lalu masuk untuk mengambil tas kerjanya milik Ashraf dan miliknya. Tapi, belum sampai ia masuk, Ibu Mona sudah datang dengan kedua tas milik Ayu dan Ashraf. "Ini, Nona," ucap Ibu Mona sembari mengulurkan tas milik Ayu. Ayu menerima tasnya dan tersenyum. "Terima kasih, Bu Mona." "Sama-sama, Nona," balas Ibu Mona. Ia juga mengulurkan tas milik Ashraf. "Kami berangkat dulu, Bu Mona." "Iya, Non. Hati-hati di jalan." Ayu mengangguk. Tidak lama, Ayu dan Ashraf pun berangkat menuju kantor. Di dalam mobil, suasana tenang, hanya terdengar suara mesin mobil. Hingga akhirnya Ashraf memecah keheningan, "Kamu kenapa? Kenapa daritadi diam terus?" tanya Ashraf yang sesekali melihat ke arah Ayu. Ayu menoleh, menatap sekilas ke arah Ashraf. "Nggak kenapa-kenapa," jawabnya yang kemudian kembali menatap ke luar