All Chapters of Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan: Chapter 51 - Chapter 60

Ashraf menatap tajam gadis yang kini melangkah masuk ke ruangannya. Langkah Mia ringan, santai, dan senyumnya sangat manis, seolah tidak menyadari aura dingin yang terpancar kuat dari pria di hadapannya. Namun, bukan senyum itu yang membuat Ashraf terpaku, melainkan keberadaannya. Mata Ashraf menyipit, dingin, dan penuh ketidaksukaan. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan suara rendah, tapi sangat dingin, membuat ruangan seketika terasa menegang. Mia berhenti di depan meja kerja Ashraf, tetap dengan senyumnya. “Mulai hari ini aku akan magang di sini, Kak Ashraf. Jadi … aku ditugaskan menjadi sekretaris pengganti Kakak,” ujarnya ceria, seolah tidak peduli dengan sorot mata tajam yang ditujukan padanya. Wajah Ashraf langsung mengeras. Rahangnya mengatup, matanya menyala karena marah yang ditahan. Ia memalingkan wajahnya sekilas ke arah Arnold yang masih berdiri di dekat meja. “Arnold,” ucap Ashraf tegas. “Keluar. Sekarang. Bawa dia juga.” Arnold terdiam. Ragu. Ashraf ba

Sebuah kafe bergaya modern minimalis di tengah kota menjadi tempat makan siang pilihan Ashraf dan Ayu siang itu. Tempatnya nyaman, tenang, dan penuh aroma kopi yang bercampur dengan wangi pasta dan rempah dari dapur terbuka. Mereka duduk di meja dekat jendela besar, dengan cahaya matahari yang hangat menyinari sisi wajah Ayu. Ashraf baru saja menyerahkan menu kembali ke pelayan setelah mereka memesan makanan. Ia masih memandangi Ayu dengan tatapan sulit ditebak, antara tenang, protektif, dan sedikit menyimpan rasa waspada setelah kejadian tadi. Tidak lama, seorang pelayan datang dengan membawa pesanan Ayu dan Ashraf. Ia menaruh pesanan itu di atas meja dan mempersilakan Ayu dan Ashraf untuk menikmatinya. “Terima kasih,” ucap Ayu pada pelayan itu. “Sama-sama. Permisi.” Pelayan itu membungkukkan setengah badannya, lalu pergi dari sana. Ayu menyesap lemon tea miliknya pelan, berusaha mencairkan suasana yang sedikit aneh sejak mereka tiba di kafe itu. “Terima kasih … udah ngajak ma

Rapat baru saja selesai. Ashraf melepas dasi dan merapikan lengan jasnya yang sejak tadi membuatnya gerah. Ia melirik jam tangan di pergelangan kirinya. Hampir pukul enam sore. “Bagaimana Arnold, apa Ayu masih di kantor Papa?” tanya Ashraf sambil terus melangkahkan kakinya. “Maaf, Pak, saya juga tidak tahu.” Ashraf mendengkus. Tanpa membuang waktu, ia segera keluar dari ruang rapat, berjalan cepat ke parkiran basement. Hatinya sedikit berdebar, membayangkan Ayu yang mungkin sudah lelah menunggu. Mobil hitamnya melaju menembus lalu lintas sore yang mulai padat. Tak sampai tiga puluh menit, ia sudah tiba di depan gedung kantor Papa Galih. Ashraf turun dan berjalan ke arah pos keamanan. Matanya menelusuri area sekitar, namun tidak menemukan sosok Ayu. “Di mana dia? Apa dia sudah pulang,” tanyanya saat mendapati kantor yang mulai sepi. “Selamat sore, Pak Ashraf, Anda mencari seseorang?” tanya seorang sekuriti yang tidak sengaja lewat. Ashraf mengangguk. “Saya mencari istri Saya, P

Pagi harinya, sinar matahari perlahan menerobos masuk melalui celah tirai kamar, menciptakan semburat cahaya hangat di dinding. Ayu menggeliat pelan di atas ranjang, matanya terbuka perlahan. Ia menoleh ke samping dan mendapati tempat tidur sebelahnya kosong. Dahi Ayu berkerut. Ashraf ke mana? pikirnya. Ia pun bangkit dari tempat tidur, mengambil cardigan tipis yang tergantung di kursi dekat meja rias, lalu berjalan keluar kamar. Saat sampai di dapur, aroma harum roti panggang dan telur orak-arik langsung menyambut hidungnya. Ia mendapati punggung Ashraf yang sedang sibuk di depan kompor, mengenakan celemek bergambar ayam lucu yang sering ia pakai. Ayu memiringkan kepala, heran sekaligus geli. “Kamu ngapain di sana?” tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur. Ashraf menoleh, tersenyum hangat melihat istrinya berdiri di ambang pintu. “Oh, kamu sudah bangun? Aku lagi buat sarapan buat kamu.” Ayu menatap Ibu Mona, Neta dan Shifa yang ada di sisi lain dapur yang juga sedang m

Ayu menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di perusahaan papanya. Ia memarkirkan mobil di basement tempat biasa ia memarkirkan mobilnya. Dengan waspada Ayu keluar dari mobil, melihat ke sekeliling takut jika di sana sudah ada dua bodyguard yang ditugaskan Ashar. Namun, ia bisa bernapas lega ketika tidak ada tanda-tanda dari kedua bodyguard itu. Ayu masuk ke lobby. Sesekali ia tersenyum dan membalas sapaan dari beberapa karyawan papanya. "Selamat pagi, Bu Ayu." "Pagi," jawab Ayu sembari tersenyum ramah. Di sisi lain, Nathan yang sedang berbicara dengan rekan kerjanya menoleh saat mendengar suara Ayu. Ia tersenyum ketika melihat wajah Ayu yang mengukir senyum ramah pada setiap orang. Dengan segera, ia berpamitan pada rekan kerjanya dan berjalan menyusul Ayu yang sudah berdiri di depan pintu lift yang masih tertutup. "Selamat pagi, Ayu." Sapaan dari arah belakang membuat Ayu yang sedang menunggu pintu lift terbuka menoleh dan melihat Nathan yang sedang berjalan ke arahnya deng