บททั้งหมดของ Perjanjian Panas dengan Kakak Muridku: บทที่ 411 - บทที่ 420

Eve baru sampai di depan Apartemennya. Ia baru saja ingin pergi. Tapi Nicholas mencegahnya. Menarik pinggannya dan mencium bibirnya. Setelah percakapan yang cukup dalam, Eve menurut apa kata Nicholas. Ia tidak akan meninggalkan apapun untuk menjadi istri pria itu. Mereka juga baik-baik saja. percakapan itu diakhiri dengan makan malam bersama di sebuah hotel. Lalu Nicholas mengantarnya pulang. Eve memejamkan mata—ciuman mereka semakin dalam. Sampai ia kehabisan napas. Nicholas melepaskannya. Dengan napas mereka yang sedikit terengah. Dahi mereka menyatu. “Aku mencintaimu, babe. Jangan berpikir yang tidak-tidak.” Eve mengganguk kecil. “Aku juga mencintaimu, Nic.” Nicholas mendekat—untuk yang terakhir ia mencium pipi Eve. Eve tersenyum. “Hati-hati.” tangannya terulur mengusap rahang Nicholas. “Aku ingin bersama kamu.” Nicholas menarik pinggang Eve lagi. memeluknya dengan erat. “Aku tidak sabar kita bisa tinggal satu rumah.” “Oh ya…” Nicholas melepaskan pelukann

“Tunggu.” Eve merogoh ponselnya. “Sebentar,” ucap Eve. Nicholas menunggu Eve yang membuka ponsel. Sampai Nicholas harus pergi ke bawah lebih dulu. “Babe aku harus ke bawah dulu. barang-barangku sudah datang.” “Oke.” Eve mengangguk. “Segera ke bawah setelah selesai,” ucap Nicholas sebelum benar-benar meninggalkan Eve. Eve mengangguk—ia masih memeriksa ponselnya. ada pesan yang tidak bisa ia abaikan. Tentunya pesan dari Seniornya. Apalagi kalau bukan di suruh menggantikan shif. Eve memutar bola matanya malas. Namun ia juga menyanggupi permintaan dokter senior itu. Eve mengembalikan ponselnya ke dalam tas. Ia menatap pintu—ingin sekali melihat ruangan dibalik pintu tersebut. Tapi apakah ia akan mempertahankan kata kejutan untuknya? Eve menggeleng pelan—ia mendekat, baru saja tangannya menyentuh pintu tersebut. Nicholas berteriak memanggilnya. “Aku yakin desainnya sangat bagus,” setelah bergumam, Eve pergi. menyusul Nicholas yang sudah berada di bawah. Eve sege

“Kalau masih ingin berkencan, tidak usah memanggilku,” ucap Bastian dengan kesal pada Brayson. “Siapa yang bilang kita berkencan. Maksudnya belum!” Brayson menatap Sheril. “Dia temanku.” “Oh hallo.” Sheril beranjak dari duduknya. “Aku akan pergi untuk mengurus obat-obatmu.” Brayson tersenyum dan mengangguk. “Kau yakin akan pulang sekarang? Aku lihat kau begitu betah di sini.” “Sebenarnya masih ingin di sini, tapi dokter di sini dan juga Eve.. mereka bilang aku boleh pulang.” Bastian memutar bola matanya malas. Ia menarik kursi dengan kasar—hingga duduk di samping ranjang Brayson. “Kenapa kau begitu kesal. bertemu mantan?” “Bagaimana tidak bertemu?” Bastian menyipitkan mata. “Jangan-jangan kau sengaja memanggilku ke sini saat ada dia?” “Mana ada?” Brayson menggeleng. “Aku tidak tahu kalau kalian akan datang bersamaan seperti tadi. Dia juga hanya sebentar ke sini untuk menyuruhku pulang.” Bastian mengusap rambutnya pelan. “lagipula kenapa kau memanggilku? Kau tidak ta

Flashback… Beberapa bulan sebelum kejadian. “Nicholas bilang dia ingin segera menikahi Eve. tapi aku tidak yakin Eve adalah wanita baik-baik. apalagi sering ditinggal oleh Nicholas bekerja.” Shopia, ibu Nicholas yang berada di dalam sebuah ruangan. “Dia?” tanya seorang detektif swasta. Ini dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh Shopia adalah tentang bagaimana seluk buluk calon menantunya. Nicholas tidak memberinya akses untuk dekat dan menyelediki sendiri bagaimana calon menantunya. Maka dari itu, ia sendiri yang akan menyelidikinya. Detektif swasta sudah menerima foto Eve. wanita yang tengah tersenyum dengan menggunakan jas dokter. “Dia terlihat seperti wanita baik-baik,” ucap detektif. “Hanya terlihat? kita belum tahu sampai kau menyeledikinya sendiri.” “Bagaimana dengan suami anda? Jika saya menyelidiki tanpa pengetahuan suami anda, saya takut perusahaan akan terkena dampaknya.” “Dia tidak tahu. Tapi aku jamin, jika kau bisa menyelidikinya dengan benar, s

Semua terdiam mendengar suara Eve. “Saya minta maaf..” Eve memejamkan mata. “Saya bersalah karena saya memang menjalin hubungan dengan pria lain saat bersama Nicholas.” “Babe..” keluh Nicholas saat Eve melepaskan genggaman tangan mereka. “Saya memang tidak pantas bersama Nicholas.” Eve mengangkat kepalanya. “Dari awal memang saya tidak pantas bersama Nicholas. Saya tidak bisa memenuhi ekspektasi kalian sebagai menantu idaman.” “Maka dari itu, saya akan mundur. Saya akan memutuskan pernikahan ini.” Eve memandang Nicholas. “Kita harus berhenti di sini. Maaf aku menyakiti kamu.” Ayah Eve menghela napas pelan. Kemudian memeluk putrinya dari samping. “Ayo pulang,” lirihnya. Hanya itu—hanya ajakan pulang. Tanpa kata-kata memarahi dicampur dengan nada tinggi. Ayah Eve menatap putrinya sebentar—kemudian menatap kedua orang tua Nicholas. “Maafkan putri saya.” “Tunggu!” Shopia berdecih. Kemudian bersindekap. “Kalian pikir hubungan ini berakhir begitu saja?” tanyanya. “Kali