Semua Bab Ksatria Modern di Dinasti Lama: Bab 31 - Bab 40

Namun, pria yang ada di depannya ini. Tubuhnya kecil dan kurus, tingginya pun tidak jauh berbeda dengan dirinya, terlihat seperti kekurangan gizi.Kaisar Sinas tersenyum dan bertanya, "Kamu masih kekurangan uang, ya?"Evan dengan serius menjawab, "Aku ini orang yang nggak punya kekuasaan, nggak punya latar belakang, dan nggak punya apa-apa. Tentu saja aku harus bekerja keras untuk mencari uang."Kaisar Sinas melirik ke arah Putri Kesembilan, lalu berkata pada Evan, "Jangan merendahkan diri. Dengan bakatmu, kalau kamu ikut ujian dan jadi juara pertama, bisa jadi Kaisar akan menikahkanmu dengan Putri."Evan langsung menggelengkan kepala, "Tuan, jangan sembarangan bicara. Kalau sampai ini terdengar oleh Kaisar, aku bisa kehilangan kepala."'Aduh, meskipun kamu adalah Pangeran Felix, jangan asal bicara! Berdiskusi tentang urusan kerajaan adalah dosa besar, kamu itu bangsawan, sedangkan aku hanya rakyat biasa, jangan sampai kamu menyusahkanku,' dumel Evan dalam hati.Kaisar Sinas tertawa,

Ba ... bagaimana mungkin?Evan memikirkan segala kemungkinan, tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa puisi ini ternyata ditulis oleh Hasan.Kaisar Sinas memperhatikan reaksi Evan dengan asik."Bintang, kamu tahu siapa Hasan itu?" tanya Kaisar Sinas.'Tentu saja aku tahu, dia orang jahat yang licik dan keji,' pikir Evan dalam hati.Namun, dia berusaha tetap tenang dan berkata, "Tuan 'kan sudah bilang, dia juara ketiga ujian istana tahun ini."Kaisar Sinas mengerutkan bibirnya, dia sedikit terkejut. Evan ini memang pandai menyembunyikan ekspresinya.Tiba-tiba, mata Evan menyipit.Dia teringat suatu kejadian, malam sebelum dia pergi ke Kediaman Jenderal, dia berniat menulis sebuah puisi untuk diberikan kepada Jenderal Hadi, tetapi dia merasa tidak ada yang cocok, dan sepertinya ada puisi yang sangat mirip dengan ini.Benar, memang ada. Saat itu Evan hanya menulis dua baris.Sekarang Evan sadar bahwa setelah menulisnya, dia tidak membuang coretan itu. Pagi berikutnya, dia pergi ke Kediama

Kaisar Sinas dengan tenang berkata, "Hasan adalah kakak laki-laki Evan."Edo terkejut, lalu bertanya, "Maksud Yang Mulia puisi ini sebenarnya ditulis oleh Tuan Evan untuk membantu kakaknya?"Kaisar Sinas mendengus dingin, lalu berkata, "Kalau Evan ingin membantu Hasan, maka puisi ini nggak akan memiliki dua baris pertama yang begitu baik, sementara dua baris terakhirnya sama sekali nggak masuk akal."Wajah Edo berubah, dia bertanya, "Jangan-jangan Hasan mencuri puisi milik Tuan Evan?"Kaisar Sinas mencibir tanpa memberikan jawaban lebih lanjut.Edo diam-diam melirik wajah Kaisar Sinas, dalam hati dia mengutuk Hasan karena kebodohannya yang telah mencuri puisi milik orang lain.Yang Mulia sangat membenci orang-orang yang tidak punya moralitas dan hanya mencari nama demi pujian.Kaisar Sinas tiba-tiba bertanya, "Barda, bagaimana dengan penyelidikanmu terhadap Evan?"Barda segera menjawab, "Hamba telah mengirim orang ke kampung halaman Tuan Evan. Kami berharap dalam beberapa hari ini akan

"Berarti bukan dia," gumam Evan."Dia siapa?"Evan menggelengkan kepalanya. Dia tadi teringat dengan putri Pangeran Felix, tetapi gadis itu masih remaja. Jadi, dia tidak mungkin merupakan Putri Kelima.Evan memutar otaknya dan dia yakin sekali dia tidak mengenal Putri Kelima."Pak Deon, aku yakin ini salah paham .... Aku sama sekali nggak kenal dengan Putri Kelima.""Kamu yakin nggak mengenalnya?" tanya Deon sambil mengernyit."Kalau kubilang nggak, ya nggak.""Terus, kenapa Putri Kelima malah menghukummu?""Mana aku tahu?" sahut Evan dengan kesal.Evan pun membatin, 'Mungkin ada yang salah dengan otak putri kelima itu atau dia gila ….'Meskipun begitu, ada dua kemungkinan yang terpikirkan oleh Evan.Pertama, ada yang menggunakan namanya untuk menyinggung Putri Kelima. Oleh sebab itu, Evan pun tahu-tahu menjadi kambing hitam.Kedua, putri Pangeran Felix pasti bisa menemui Putri Kelima. Mungkin putri Pangeran Felix menceritakan apa yang Evan keluhkan hari ini.Jika kemungkinan kedua yan

'Tentu saja itu nggak termasuk diriku sendiri …' sambung Evan di dalam hati."Kamu kekurangan uang?" tanya sang pangeran dengan penasaran."Enak saja. Memangnya siapa yang nggak butuh uang?" sahut Evan sambil mengeluarkan beberapa koin. "Lihat, ini semua punyaku.""Jangan dikira aku nggak tahu kalau kamu menitipkan 500 tahil perak ke ayahku.""Kak, memangnya 500 tahil perak itu banyak?" sahut Evan sambil memutar bola matanya. "Keluargaku sudah tiada semua dan tinggal aku seorang .... Tentu aku harus beli rumah, 'kan? Rumah di ibu kota itu mahal sekali, 500 tahil perak hanya cukup untuk membeli daerah di sekitarnya.""Lagi pula, suatu saat nanti aku akan menikah dan punya anak, 'kan? Tentu itu berarti aku harus menyiapkan maharnya dulu. Gadis mana yang mau menikahi pria miskin sepertiku?""Segala sesuatunya butuh uang, 500 tahil perakku itu nggak akan cukup."Sudut mulut sang pangeran berkedut sedikit.Semua anggota keluarga Evan sudah meninggal?Sepertinya, hidup Evan di Keluarga Nigra