Lorong rumah sakit itu terasa sunyi, hanya bunyi roda kursi yang berderit pelan mengisi ruang yang penuh hawa antiseptik. Eliza baru saja keluar dari ruang terapi bersama psikolognya, wajahnya pucat dan tatapannya kosong. Anita berjalan di samping, mendorong kursi roda putrinya dengan sabar.Namun, langkah mereka terhenti begitu melihat sosok yang sejak tadi duduk menunggu di kursi besi lorong. Nicholas.Pria itu berdiri terburu-buru, tubuhnya tampak letih, matanya sembab, namun tetap menyala dengan rasa bersalah dan kerinduan. Begitu Eliza menyadari kehadirannya, napasnya tercekat. Ia menunduk, berusaha menghindari tatapan itu.“Eliza…” suara Nick lirih, bergetar. Ia melangkah mendekat dengan ragu, seolah takut gerakannya sendiri akan membuat gadis itu semakin jauh.Namun Eliza cepat-cepat berbisik pada ibunya, “Ma, tolong… jangan biarkan dia dekat. Tolong dorong aku pergi.” Suaranya tajam, berisi luka yang belum kering.“Eliza, dengarkan aku sebentar saja,” Nick memohon, langkahnya
Last Updated : 2025-09-12 Read more