Lahat ng Kabanata ng Jerat Cinta Sang Mafia: Kabanata 41 - Kabanata 50

Summer mengernyit heran pada Angela yang datang dengan sebuah koper di depan rumahnya. Angela hanya berbalik pada Summer lalu menundukkan kepalanya.“Apa yang kamu lakukan di sini?” hardiknya pada Angela. Pelayan di rumahnya lalu sedikit membungkuk dan menjelaskan seraya mengambil koper yang berada di tangan Angela.“Nona Summer, Nona Angela akan tinggal di sini.”“Apa?” pekik Summer melotot.Angela jadi makin kecut. Ia tidak berani bicara apa pun sama sekali selain mengikuti pelayan itu masuk ke dalam. Sedangkan Summer masih tidak terima dan langsung marah. Ia mengikuti Angela ke dalam lalu menghalanginya.“Tunggu!” teriaknya membentak Angela. Ia menarik tangan Angela dan itu menghentikannya di ruang depan.“Kamu tidak berhak masuk ke rumah ini!”“Ada apa ini?” Alexander datang tepat saat keributan itu nyaris terjadi. Summer langsung menunjuk pada Angela dan mema

“Aku akan mengembalikan uang itu, Tuan. Aku tidak mau mengambilnya,” ujar Angela akhirnya bicara setelah beberapa saat meneteskan air mata.“Apa itu maksudnya kamu akan tetap tinggal di sini?” sahut Malcolm menyindir.“Aku tidak mau berada di sini, Tuan ....”“Cukup. Jangan panggil aku Tuan kalau di rumah ini. Aku bukan majikanmu.” Malcolm menyela dengan raut makin kesal. Angela pun hanya diam dan serba salah. Ia tidak bisa berbuat apa pun selain ingin pergi dari rumah Winston.“Tuan Alexander yang membawaku kemari. Dia bilang aku aman di sini. Aku tidak pernah berniat sama sekali untuk membuat Nona Summer pergi,” ujar Angela lagi masih melirih sedih. Malcolm menarik napas panjang lalu menyandarkan punggung ke kursi.“Aku dan Ibuku sudah merencanakan untuk pindah dari kota ini.”“Apa?” Kening Malcolm kini berubah mengernyit.“Siapa yang mengusirmu keluar dari kota ini? Apa The Midas yang melakukannya?” hardik Malcolm jadi malah marah. Angela segera menggeleng.“Bukan. Dia tidak tahu a

“Angela, aku mendengar jika Tuan Hoffman memintamu untuk bekerja di kantornya tapi kamu tidak datang,” ujar Alexander kala memanggil Angela ke ruang kerjanya. Angela mengangguk lalu menundukkan kepalanya lagi.“Apa kamu bersedia bekerja di sana untuk sementara? Jika masalah dengan proyek Oddysey selesai, aku rasa kamu bisa bekerja kembali pada Winston Corp,” sambungnya lagi.Angela hanya tersenyum miris dan tidak menjawab. Alexander menghela napas panjang lalu menoleh pada Dirk Hoffman yang duduk tak jauh dari meja kerjanya.“Tuan Hoffman datang untuk menjemputmu. Aku berharap kamu mau bekerja untuknya.”Angela menoleh pada Dirk Hoffman yang kemudian tersenyum pada Angela. Ia berdiri lalu mendekat pada Angela yang masih diam.“Apa kamu mau bekerja sebagai Sekretarisku? Aku membutuhkan staf yang sangat teliti sepertimu,” ujar Dirk Hoffman meminta dengan sopan. Angela mengatupkan bibirnya lalu menganggu

Isabella baru saja keluar dari kantornya setelah jam makan malam. Ia harus lembur mengerjakan beberapa pekerjaan menggantikan Malcolm yang sedang mengerjakan pekerjaannya di luar. Dengan raut kelelahan, Isabella harus menyetir pulang sendirian. Ia bahkan belum sempat makan malam dan besok pagi harus berangkat lebih awal.Setelah menyetir beberapa saat, Isabella melewati sebuah restoran Meksiko yang dulu seriang ia kunjungi. Isabella tersenyum dan menepi. Ia ingin membeli makanan untuk dibawa pulang. Setelah mengantre dan hendak kembali ke mobil, seseorang berdiri bersandar di sisi mobilnya. Isabella spontan berhenti.“Selamat malam, Nona Hobaz,” sapa Knight santai sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana.Kening Isabella langsung mengernyit. Ia tidak mengenal pria itu sama sekali.“Maaf, Anda siapa?” Knight lantas menegakkan punggungnya dan berjalan mendekati Isabella lalu mengulurkan sebelah tangannya.“Namaku

Dengan langkah kesal, Malcolm masuk ke ruang kerja Ayahnya lalu separuh membanting sebuah dokumen ke atas meja di depannya. Alexander yang sedang melakukan pekerjaannya langsung kaget dan menaikkan pandangannya pada sang anak.“Aku mau bicara pada Ayahku!” pungkas Malcolm dengan tegas pada asisten pribadi Alexander yang sedang membantu Ayahnya itu. Sang asisten kemudian mengambil dokumen yang sedang dikerjakan oleh Alexander dan keluar dari ruangan tersebut.“Ada apa, Malcolm?” tanya Alexander tenang.“Apa kamu sengaja menyingkirkan Angela dengan menfitnahnya? Kamu bilang jika Angela sudah membuat perhitungan yang salah dan akan merugikan perusahaan kita. Nyatanya itu tidak benar!” sahut Malcolm seraya menahan kesal.Alexander menghela napas panjang dan tidak mengangguk. Ia mengambil dokumen yang separuh dilemparkan oleh Malcolm lalu membacanya.“Dari mana kamu dapatkan ini?”Malcolm langsung mendengkus sinis seraya membuang muka. Ia bersedekap dan mulai berkonfrontasi dengan Alexande