Daryan menyandarkan punggung pada pintu kamar, menunduk dalam-dalam. Rahangnya masih mengeras, tapi dadanya sesak. Dia ingin kembali masuk, memeluk anak-anaknya, meminta maaf. Tapi amarahnya pada Savana belum padam. “Kenapa aku harus marah di depan mereka?” desisnya pelan, menyesal. Ia akhirnya melangkah pergi, menuju ruang kerja. Sementara di dalam kamar, Savana masih memeluk kedua anaknya yang terlalu kaget melihat kemarahan ayah mereka. “Udah, sayang. Jangan sedih, ya?” bisiknya pelan, kedua tangannya mengusap lembut kedua punggung kecil anak mereka. “Papa kenapa, Ma? Kenapa Papa marah-marah, serem ... Vara takut,” rengek sang anak sambil terus memeluk sang ibu erat. Savana diam, tak sanggup menjawab karena ini masalah orang dewasa. Entah dari mana suaminya tahu soal itu, dia juga bertanya-tanya. “Ma, kenapa Papa marahin Mama? Papa jahat, bentak-bentak Mama!” uc
Last Updated : 2025-10-27 Read more