Lahat ng Kabanata ng Terjebak di Tubuh Sugar Baby Om CEO: Kabanata 51 - Kabanata 60

Langit desa malam itu sepi, diguyur gerimis kecil yang jatuh pelan-pelan seperti bisikan doa yang tak selesai. Bau tanah basah meresap lewat celah jendela kamar, membawa serta kenangan masa kecil Bella—tentang sawah, suara kentongan ronda, dan tawa ringan Bagas saat masih kecil memanggilnya "Mbak" dengan logat cadel. Ini aneh, makin lama ia tinggal di dunia ini makin banyak kenangan Bella asli di dalam pikirannya. Sementara itu, kenangannya sebagai Mila mulai pudar perlahan. Ia jadi khawatir sekaligus senang karena mendapat informasi dari pemilik asli tubuhnya. Di pinggir ranjang, Bella duduk menatap koper yang berdiri diam di sudut. Koper itu sudah dikunci sejak siang, tapi isinya kosong. Hanya selimut tipis dan baju ganti seadanya—sekadar pengalih agar semua orang percaya ia benar-benar akan berangkat ke Australia besok pagi. Padahal yang akan ia lakukan adalah hal yang berbeda: pergi diam-diam ke Jakarta, dengan satu ransel dan banyak rahasia. Pintu kamarnya diketuk pelan. “Bel

Entah apa yang dipikirkan oleh Regen sehingga membiarkan Eva, Kelly dan Gina main ke apartemen itu. Setelah Kelly membantunya kabur, Regan masih mengijinkan Kelly datang, merupakan hal yang tk terduga. "Ya ampun, Bella. Aku hawatir banget lu nggak bisa dihubungin!" ujar Gina. "Serius gue tanya. Niatnya lu emang mau kabur? Kalau iya, terus kenapa balik lagi?" tanya Eva. "Iya, gue juga nggak ngerti. Gue kira lu Udah bener-bener lepas dari Sugar Daddy elu itu," ujar Kelly. Bella tidak tahu harus bagaimana, tapi dengan kondisi yang ia alami kemarin-kemarin, mereka cukup Solid sebagai shabat. Meskipun dalam beberapa hal, mereka memilih menghindari masalah dan membiarkannya menghadapi masalah sendiri. Mereka benar-benar masih memiliki hati untuk berada di sisinya. Jadi, ia tidak bisa mengabaikan peran mereka dalam hidupnya sekarang. Meskipun mereka bukanlah teman sejati dari versi Mila. "Jadi, gimana?" tanya Kelly. "Sebenarnya gue emang mau kabur sih, tapi gue kira dia kay

"Sayangku... welcome." Setelah itu, Regan terus memeluknya dan tak membiarkan tubuh Bella jauh darinya. Ia tiur dengan nyenyak dengan posisi itu. Masalahnya, sekarang mereka tiduran di sofa. Itu terjadi karena tadi saat Bella membuka pintu Regan tiba-tiba masuk dan sempoyongan sehingga ia memapahnya sampai Sofa tapi Regen malah mendorong sekarang Reagan benar-benar memeluknya kepalanya bersandar di dada sampai membuat Bella agak risih dengan kondisi itu Jujur saja, bau alkohol membuatnya gampang pusing. Namun, Bella benar-benar terjebak dalam pelukan Regan yang erat itu. Bella hanya bisa melepas jas, kaos kaki dan sabuk milik Regan, sementara kemejanya ia sendiri yang melepasnya dalam keadaan mabuk itu. Tidak ada pilihan lain, Bella pun ikut tertidur sampai pagi. Baru ketika ada suara aktivitas dari Bi Yeyen--yang baru sampai apartemen, membuat Bella terbangun dan sekaligusvmembangunkan Regan. Regan masih tertidur memeluknya Bella, ia bergumam. "Lima menit lagi." Bella pun

Pagi hari yang sibuk, Regan sudah rapat sejak jam tujuh pagi, dan selesai jam sembilan. Setelah itu, ia harus mengecek persiapkan peluncuran produk baru yang tentu sangat menguras pikiran. Saat ia keluar ruangannya, ia berjalan menuju devisi administrasi untuk mengecek Tim Humas terkait peluncuran produk baru itu. Namun, sebelum ia menghubungi Manajer--matanya melihat ke arah Bella. Perempuan itu menyanggul rambut panjangnya dengan bolpoin. Pakaiannya sangat sopan, seperti biasa semenjak Bella lupa ingatan, ia selalu menggunakan pakian sopan dan tertutup. Ia memakai jas coklat tua, dengan kemeja coklat susu, dan celana kain berwarna senada dengan kemejanya. Saat serius bekerja, ia terlihat sangat manis. Meski begitu, Regan merasa kasihan dengan beban tugasnya yang hampir mengubur dirinya. Namun sekali lagi, ia tak bisa memberikan perhatian lebih padanya. Ini akan jadi masalah. Maka ia pun fokus kembali pada pekerjaannya. Sayangnya ia lupa kalau Brand Ambassador dari prod

"Bu... bu...bukan, Bu."Jawaban Bella terdengar lemah dan tergagap. Terlalu cepat dan gugup. Ibu-ibu itu menatapnya dengan pandangan menyelidik, tapi kemudian hanya tertawa sejenak dan meninggalkannya begitu saja.Dari sudut ruangan gym, Regan yang sedari tadi hanya memperhatikan, menghela napas pelan. Ia tidak marah karena Bella berbohong. Tidak juga karena status mereka disembunyikan. Tapi entah kenapa, ada rasa kosong yang tiba-tiba menggerogoti dadanya.Ia tidak ingin Bella mengaku di depan umum. Tapi... Ia juga tidak ingin Bella menyangkalnya.Kontradiksi itu menghantam logikanya. Apa sebenarnya yang ia inginkan? Bahkan ia sendiri bingung. Ia tahu hubungan mereka tidak seharusnya diumbar. Apalagi dengan posisinya sebagai CEO dan Bella... sebagai orang yang hanya ‘sementara’ di sampingnya. Namun hatinya tetap tak rela.. Hari berganti.Senin pagi datang dengan brutal seperti biasanya.Bagi banyak orang, Senin adalah hari yang menyebalkan. Tapi bagi Bella, Senin berarti kembali k