Udara malam itu terasa menusuk, seolah dinginnya berhasil menembus dinding tebal kamar Neina. Padahal, pendingin ruangan sudah diatur pada suhu yang paling nyaman. Jam di dinding terus berdetak, jarum panjangnya kini menempel di angka setengah satu, sementara jarum pendek merayap di angka dua. Di antara sunyi yang mencekam, hanya terdengar nafas berat Keandra yang tertahan, sesekali diselingi erangan pelan yang penuh penderitaan.Wajah Keandra sangat tak baik-baik saja. Lebam berwarna ungu kehitaman menghiasi pelipis kirinya, dengan sobekan luka yang dalam dan masih mengeluarkan darah. Sudut bibirnya membiru, bengkak, dan sepertinya ada yang robek. Di sisi ranjang, Neina duduk dengan tangan gemetar, menggenggam erat kotak P3K. Jantungnya berdebar kencang, nyaris meledak. Ia mencoba tetap tenang, tetapi setiap kali pandangannya jatuh pada tetesan darah segar yang mengalir di kulit Keandra, rasa panik itu kembali menyerang.Felix, dengan postur tegap dan kedua tangan terlipat di dada,
Last Updated : 2025-08-20 Read more