Keheningan yang menekan kembali memenuhi ruang kerja itu. Keheningan yang bukan lagi sebuah kekosongan, melainkan sebuah medan perang, di mana setiap napas adalah peluru yang siap meluncur. Olivia berdiri dengan napas terengah, wajahnya masih basah oleh air mata, namun sorot matanya telah berubah. Air mata kesedihan yang tadi mengalir deras kini telah mengering, menyisakan jejak asin di pipinya yang memerah. Mata itu, yang semula dipenuhi keputusasaan, kini berkilat dengan cahaya keras, penuh dendam, seakan kesedihan tadi sudah berubah menjadi bara yang siap menyala.Keandra menyadarinya. Ia mengamati perubahan sikap istrinya itu dengan waspada, alisnya sedikit berkerut, tangannya terkepal di sisi tubuh. Ada aura dingin yang terpancar dari Olivia, aura yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. "Apa yang kau rencanakan, Livia?" tanyanya dingin, suaranya mengandung nada peringatan yang tersembunyi.Olivia tersenyum miring, sebuah senyum yang tidak sampai ke matanya. Bibirnya bergetar, n
Last Updated : 2025-09-22 Read more