Dengan suara yang tertahan, ia berujar, "Dia pasti datang menjemputku. Aku tahu, dia takkan membiarkanku meregang nyawa di tanganmu."Tiba-tiba, Olivia sudah berdiri persis di belakangnya. Ia merendahkan diri, bibirnya nyaris menyentuh daun telinga Neina, lalu berbisik, "Tentu saja dia akan datang. Justru kehadirannya sangat aku nantikan. Namun, begitu ia berani melibatkan pihak berwajib, aku pastikan kau takkan sempat lagi menatap wajahnya."Neina tersentak, suaranya bergetar, "Dia tidak mungkin—""Dia memang cerdik, tapi sayangnya ia terlalu mencintaimu," potong Olivia cepat dengan nada yang jelas menunjukkan kepahitan. "Dan cinta, sering kali membuat seseorang menjadi bodoh.""Dan semua yang memang sudah seharusnya jadi milikku, akan aku rebut. Saat dia muncul nanti."Malam itu, udaranya sungguh mencekik. Langit pekat tanpa satu pun bintang; hanya bias rembulan yang tampak malu-malu menyelinap di antara awan kelabu.Jarum jam di dasbor mobil Keandra sudah menunjuk pukul 03.00 dini
Terakhir Diperbarui : 2025-11-11 Baca selengkapnya