Aku melirik ke arahnya — wajahnya antara nggak percaya, panik, tapi matanya bersinar. Dia lalu menunduk, menyentuh perutku dengan hati-hati. “Ya Tuhan ... kecil banget ya, Sayang,” gumamnya nyaris tak terdengar.“Masih sekitar lima minggu, ya,” jelas dokter. “Makanya belum terdengar detak jantungnya, tapi kantungnya sudah kelihatan jelas.”Rayhan langsung mengangguk-angguk mengerti penjeasan dokter. “Oke, oke ... lima minggu. Noted, Dok,” katanya sok serius, membuat dokter menahan tawa.Aku menatapnya sambil tersenyum geli. “Ray, ini bukan rapat bulanan,” godaku.“Ya ampun, tapi kamu liat sendiri, Kay? Itu anak kita!” katanya sambil menunjuk layar dengan mata berbinar. “Aku udah bisa ngebayangin nanti kamu jalannya pelan banget, perut kamu buncit, terus aku panik tiap kamu minta makan jam dua pagi—”“Rayhan!” potongku cepat, merasakan pipiku memanas.“Wah, sepertinya calon ayahnya udah siap mental, ya,” celoteh dokter dengan kekehan.“Siap banget, Dok,” jawab Rayhan mantap. “Mau lembur
Last Updated : 2025-11-11 Read more