All Chapters of Magang Jadi Istri CEO: Chapter 131 - Chapter 140

170 Chapters

MJIC - 131 Denial

“Waduh, Mbak Kayla ... kayaknya capek banget, ya, hari ini,” ujar Pak Jaja menyambutku ketika melihatku melangkah ke arahnya, membuka pintu belakang dengan cekatan.Aku menghela napas panjang, seolah setuju dengan ucapannya. “Iya, nih, Pak. Lumayan capek,” jawabku mengerucutkan bibir, lalu masuk, menyenderkan tubuhku,.memejamkan mata dan menarik napas panjang, seolah menghilangkan beban yang hari ini kurasakan.Tin. Tin.“Mari, Pak,” sapa Pak Jaja terdengar begitu renyah, membuatku membuka mata, melihat mobil yang mulai melaju dan meninggalkan halaman kantor dengan perlahan. Di sepanjang perjalanan, hanya ada suara mesin dan musik yang terdengar. Aku menatap kosong keluar jendela, memperhatikan lampu-lampu jalan yang mulai menyala satu per satu. Sementara pikiran terus menerus berputar—dengan kata “hamil” itu yang nggak juga mau hilang dari kepala, walau udah berkali-kali aku bilang ke diri sendiri kalau itu cuma sugesti.“Mbak Kayla kenapa diem aja, atuh? Biasanya juga suka cerita—te

Last Updated : 2025-10-08

MJIC - Kabar Hamil

Setelah merasa sedikit tenang, aku kembali melangkah menuju ruang tamu, tepat saat ponselku bedering dan nama Rayhan muncul di layar, panggilan dari suamiku yang membuat jantungku seketika berdetak lebih kencang. Ah, suamiku sedang apa kamu di sana?“Hey...,” sapa Rayhan begitu aku menggeser tombol hijau, senyum khasnya begitu membuatku tiba-tiba merasa rindu dengan kehadirannya. Dari background sata ini, aku bisa melihat jika dia sudah berada di kamar hotel—kemeja putihnya dengan dua kancing atas yang dibiarkan terbuka, dan rambutnya yang agak berantakan. “Lagi ngapain, hm? Kok kelihatannya pucet banget gitu?” lanjutnya dengan mata yang menajam.Aku buru-buru merapikan posisi dudukku, berusaha tetap tersenyum walau bibirku terasa kering. “Enggak, cuma capek aja ... hari ini capek banget rasanya,” alibiku mencoba bersikap manja seperti biasa.Rayhan menyipitkan matanya lagi, kali ini tatapannya terfokus pada wajahku. “Capek sampe kayak gitu? Kamu kelihatan lemes banget, Kay. Mukamu pu

Last Updated : 2025-10-09

MJIC - 133 Gosip Murahan

Kata-kata itu terasa menusuk lebih dalam dari yang kukira. Aku menundukkan kepala cepat, menggigit bibir bawah, dan menahan air mata yang hampir jatuh di depan mereka. Nafasku berat—dan semua suara di sekitar terdengar seperti gema yang memekakkan. "Eh itu tuh ada anaknya." Aku mengepalkan tanganku, menahan rasa kesal yang kini menyelingkupi dadaku, tapi aku tahu jika aku tak mungkin membalas semua ucapan mereka. Langkahku terayun cepat, menuju ruangan, sebelum kalimat demi kalimat yang mereka lontarkan semakin membuat hatiku sakit. Murahan. Satu kata itu terus menggema di kepalaku, seolah menghancurkan sisa ketenanganku yang berusaha kubangun sejak tadi malam. Aku membenamkan wajahku di atas meja, menutup kedua telingaku rapat. Tapi, sayangnya air mata ini tak lagi bisa kutahan. Sakit. Sakit sekali mendengar hal yang bahkan aku sendiri belum tau kebenarannya. “Kay?” panggil Fina dengan mengusap bahuku pelan. Aku buru-buru menyeka mataku, lalu mengangkat wajahku pelan. “Lo uda

Last Updated : 2025-10-11

MJIC - 134 Testpack

Fina melangkahkan kaki mendekatinya, tatapannya begitu yakin, seolah ia tak takut dengan apapun yang akan di hadapinya. “Kalau lo masih terus ngomongin pribadi orang di jam kerja kayak gini, gue bisa laporin langsung ke HRD. Sekalian aja biar mereka tahu siapa yang nyebarin gosip ini ...,” ujarnya menudingkan telunjuk di depan staf itu, membuatnya memundurkan wajahnya dan bersandar pada sandaran kursi.Ruangan makin terasa tegang. Tak ada yang berani bicara atau sekedar memisahkan keduanya ... termasuk aku yang, tak memiliki tenaga sedikitpun. Aku cuma bisa menundukkan kepala, menggenggam tangan satu sama lain untuk menghilangkan rasa takut yang ada di dalam diriku."Ya udah, gue diem,” ujar staf itu pendek membuatku enatapnya, melihat ia yang menyilangkan tangannya di depan dada. "Biar lo puas," lanjutnya nyalang.Fina menjentikkan jarinya, "Bagus! Gue nggak takut sama lo!" lanjutnya tak kalah berani, lalu ia kembali dengan menimbulkan suara heels kembali terdengar mendekat ke arahku.

Last Updated : 2025-10-13

MJIC - 135 Garis Dua

“Kita nggak maksa, kok,” jawab Mbak Nadira, suaranya terdengar lembut tapi tetap tak memberi ruang untukku bisa menolak. “Tapi mungkin jalan ini lebih baik buat kamu, biar jelas dan nggak jadi bahan omongan di kantor lagi.”Aku menunduk, tanganku gemetar ketika mengambil benda yang bahkan aku nggak punya pikiran buat makai secepat itu. Dunia rasanya berhenti sejenak—napasku tersendat, perutku semakin bergolak, dan aku cuma bisa mengangguk kecil.“Baik, Mbak,” lirihku tanpa suara.“Ayo,” ujar Mbak Rika bangkit dari duduknya. “Kita ke kamar mandi,” lanjutnya ketika aku menatapnya bingung.Mereka mengantarku ke toilet kecil yang berada di dalam ruangan HRD. Setiap langkah yang kupijak terasa seperti jalan menuju ke tiang gantungan. Tubuhku terasa dingin, jantungku berdebar tak karuan, dan rasa mual itu—entah karena gugup atau kenyataan yang sebentar lagi akan terungkap—kembali menyeruak ke tenggorokan, membuatku harus menahannya sebisa mungkin.Aku menatap kosong pintu kamar mandi di dep

Last Updated : 2025-10-14

MJIC - 136 Oh My God

“Dua garis?” ucap Mbak Nadira, nadanya naik satu oktaf. “Kamu hamil?” lanjutnya menatapku tajam, meminta penjelasan.Aku menelan ludah dengan susah payah, badanku kaku, tenagaku seakan menghilang entah kemana. Aku menatap manik Mbak Nadira takut, lalu menundukkan kepala pelan. “Saya ... nggak tahu, Mbak. Saya baru juga—”“Baru tahu?” potong Mbak Nadira cepat, suaranya terdengar dingin dan tajam. “Kayla, apa kamu pikir ini hal yang sepele? Kantor udah heboh dari kemarin sama gosip kamu, gosip udah nyebar ke mana-mana, dan sekarang hasilnya dua garis?” ujarnya membuatku memejamkan mata, takut.Aku memundurkan badanku setengah langkah, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk mataku. “Sa-saya nggak bermaksud, Mbak. Saya juga kaget ....”“Kaget?” jawab Mbak Nadira terdengar sinis, “Tatap saya!” lanjutnya tegas.Aku mengangkat wajahku pelan, menatapnya yang kini sudah bersedekap dada.“Kamu pikir dengan kamu bilang kaget kayak gitu, semuanya bisa selesai? Kamu sadar posisi

Last Updated : 2025-10-15

MJIC - 137 Siasat Fina

Tanganku bergetar hebat sewaktu menunjukkan benda itu pada Fina. “F-Fin ...,” bisikku lirih. “Itu ... beneran dua garis, kan?” lanjutku, meski dalam hati aku ingin Fina menjawabnya dengan kata tidak.Fina mengambil testpeck di tanganku dengan cepat, lalu mengamatinya cukup lama. “Astaga, Kay ...,” ujarnya terkejut. “Iya ... iya, ini dua garis. Gila, beneran dua garis ini!” ulangnya masih tak percaya, menatapku dan benda itu bergantian.Aku menatapnya dengan wajah pucat. “Berarti ... gue ...?” tanyaku, meminta kejelasan.“Lo hamil,” bisiknya lirih, tapi terdengar sedikit gemetar, antara panik dan nggak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia memegangi keningnya sendiri, memijitnya pelan, lalu berjalan mondar-mandir ke sana kemari sambil sesekali mengamati benda di tangannya. “Ya Tuhan, gimana ini, Kay? Mereka udah gosipin lo seharian, terus ternyata—”“Jangan keras-keras ngomongnya, Fin!” potongku cepat sambil menatap panik ke arah pintu, takut jika ada pegawai lain yang mendengarnya. “

Last Updated : 2025-10-16

MJIC - 138 Kalau Keluarga Tau Gue Hamil?

“Kay..,” panggil Fina dari ambang pintu mengalihkan fokusku pada film yang masih menyala, menampilkan drama korea kesukaanku.Aku menoleh padanya, dan mendapati wanita itu tengah melangkah dengan membawa sebuah gelas berisi susu cokelat di dalamnya. “Lo udah enakan belum? Nih, gue bawain susu buat lo.”Aku mengerutkan keningku. “Susu?” tanyaku tak percaya.Fina mengangguk singkat, lalu duduk di samping ranjang dan menyodorkannya padaku. “Susu hamil. Gue tadi di minimarket bawah. Katanya itu merk yang paling bagus buat yang hamil awal-awal banget gitu, sekalian biar perut lo nggak kosong,” jelasnya membuatku semakin bingung.Aku menatapnya tak berkedip. “Lo ... kok serius banget, sih, Fin?”“Ya jelas lah!” jawabnya sambil menarik napas panjang. “Gue aslinya panik juga, tahu. Tapi kalau lo diem aja kayak gini, malah bikin gue makin khawatir ... nggak ada asupan apapun yang masuk ke tubuh lo ... lo sama anak lo mau nyerap nutrisi dari mana?” omelnya mendekatkan gelas pada bibirku. “Nih m

Last Updated : 2025-10-18

MJIC - Lo Gila Kay

Fina menatapku dengan tatapan yang nggak lagi sekadar khawatir — tapi penuh campuran antara bingung, marah, dan kecewa yang nggak bisa disembunyikan. Matanya membulat, sementara bibirnya terbuka sedikit. “Kay ...,” panggilnya pelan. “Lo belum ngomong ke keluarga lo ... sama sekali?” tanyanya memastikan.Aku menghela napas panjang, lalu menggeleng pelan, “Belum. Gue masih nunggu waktu yang tepat,” lirihku frustasi.“Waktu yang tepat?” ulang Fina dengan nada sinis. “Kay, lo udah nikah, ya walaupun kontrak ... tapi hubungan kalian udah sejauh itu. Sekarang lo udah hamil, dan keluarga lo bahkan nggak tahu kalo lo udah sah jadi istri orang lain. Lo sadar nggak kalo masalah ini serius banget?” tanyanya memojokkanku, membuatku semakin tak bisa beprikir jernih.Aku mengalihkan tatapanku pada lantai yang semakin terasa dingin. “Gue tahu, Fin ... tapi gue cuma—”“Cuma apa?” potong Fina cepat. “Cuma pengen nyembunyiin semuanya terus-terusan?”Aku refleks menggelengkan kepala cepat, “Gue nggak ke

Last Updated : 2025-10-19

MJIC - 140 Tangis Pecah

“Apa?” ujarku memotong, daguku terangkat, menantangnya tanpa rasa takut yang sedari tadi menyelimutiku.“Gue cuma khawatir sama lo, Kay ...,” jawab Fina menatapku dalam.Aku menggeleng singkat, “Khawatir?” jawabku menaikkan sebelah bibirku. “Jangan sok peduli, Fin. Kalo lo emang peduli, lo nggak akan ngomong kayak tadi. Lo nggak akan bikin gue ngerasa sekotor itu,” lanjutku menunjuk diriku sendiri. Lalu melangkah menabrak bahu dan melewatinya begitu saja.“Kay,” lirih Fina yang masih bisa kudengar.Aku bergegas keluar kamar dan beranjak ke dapur, menghindari Fina agar emosiku tak semakin memuncak.“Kay! Kay!” panggil Fina keras. “Tungguin gue!” lanjutnya diiringi langkah kaki yang tergesa.Aku mendudukkan diri di meja makan, lalu mengalihkan pandangan dan menatap Fina dengan dada yang berdegup keras. “Fin, cukup deh. Kalo lo cuma mau nyalahin gue, mending lo pulang aja.”Fina terbelalak, langkahnya terhenti tepat satu meter di depanku. “Lah gue nyalahin lo?” tanyanya menunjuk dirinya

Last Updated : 2025-10-20

...

12 13 14 15 16 17

SCAN CODE TO READ ON APP