Aku cuma bisa ngakak palsu. “Bukan ... bukan gitu,” ujarku melambaikan tangan dengan takut. "Maksud gue, sopir pribadi ... bos, gitu. Ada jedanya dikit buat nyapa kalian," jelasku entah kemana.Fina mengangguk dengan tawa menyedihkan, "Ohhh ... ngomong dong, gue pikir supirnya Pak Rayhan, yaudah, yuk. Ojol gue udah nunggu, nih," ajaknya yang membuatku bisa bernafas lega.Aku berjalan dengan langkah yang tergesa. Tanganku sibuk mengacak isi tas untuk mengambil ponsel yang entah terselip di mana.“Mana sih?” ujarku membolak-balik isi tas. “Ah, ini dia.”Aku mencari kontak dengan nama ‘bunda’ dan menekan tombol pangggilan.“Halo, Kek,” sapaku begitu telepon mulai tersambung.“Ini, Bunda. Kamu nyari kakek, Nay?”Aku mengerutkan kening sejenak, “Oh, Bunda,” jawabku ber-oh ria. “Aku nginep di tempat temenku, Bun. Biar ke kantornya lebih deket,” jelasku padanya.“Iya, Kayla. Bunda dukung. Biar kamu nggak capek di perjalanan hati-hati, ya. Kamu yang baik sama temen kamu itu. Ya udah Bunda mau
Last Updated : 2025-05-21 Read more