Rowan langsung mengambil ponselku dan menelepon Aidan."Pak Aidan, barusan saya melihat Anda dari atas. Kenapa nggak mampir sebentar? Maafkan Emma kalau dia kurang sopan, saya meminta maaf atas namanya."Kalau dihitung-hitung, seharusnya Aidan belum tiba di rumah. Di seberang telepon, dia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah dan serak."Rowan, kalau ada urusan, bicaralah langsung padaku. Jangan menyusahkannya.""Baik, Pak Aidan, Anda memang murah hati. Kalau begitu, mohon putar balik sebentar, mari kita bicara. Tenang saja, Emma masih istri saya, tentu saya nggak akan menyusahkannya."Tidak lama kemudian, bel rumah berbunyi.Rowan membuka pintu dan melihat Aidan berdiri di ambang pintu sambil terengah-engah, dengan peluh di pelipisnya.Tatapan kami bertemu dan aku menggeleng pelan untuk mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.Wajah Aidan langsung terlihat sedikit lega, lalu dia menoleh ke arah Rowan."Rowan, kalau ada yang ingin kamu sampaikan, katakan
Read more