Setelah lima tahun menikah, Rowan ingin menyerahkan aku kepada atasannya. Pertama kali, dia berkata, "Emma, kalau kamu temani dia minum, proyek itu akan menjadi milikku." Kedua kalinya, "Emma, temani dia tidur satu malam saja, jadi semua utangku akan lunas." Rowan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, tetapi dia mengingkarinya. "Emma, gimana kalau kamu memberinya seorang anak? Jadi dia bisa mengangkatku menjadi manajer umum." Pada hari Rowan dipromosikan menjadi manajer umum, aku menceraikannya, lalu menikah dengan atasannya.
Lihat lebih banyakAidan ternyata membawaku ke kantor catatan sipil.Aku mencengkeram sabuk pengaman dengan erat, jantungku berdegup kencang."Aidan, kenapa kamu membawaku ke sini?""Untuk mengurus status resmi."Dia menarikku masuk ke pintu kantor catatan sipil.Mungkin aku orang pertama dalam sejarah yang bercerai di pagi hari dan menikah lagi di sore harinya.Dengan perasaan bingung, kami foto bersama. Saat buku nikah diletakkan di tanganku, aku masih tidak percaya. Jadi aku benar-benar menikah lagi dengan cara semudah ini?Selain itu, dengan Aidan? Bosku sendiri?Aku diam-diam mencubit pahaku, sakit, ini nyata.Aidan yang melihatnya menepis tanganku sambil tertawa."Emma, aku tadi mendengar ucapan Rowan. Aku ingin bilang, aku serius denganmu. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku sudah merencanakannya sejak lama.""Mari berkenalan lagi. Nyonya Davies, aku Aidan Davies."Cara kami berdua berinteraksi tidak banyak berubah.Kami berangkat dan pulang kerja bersama, hanya teman makan malamnya yang
Aidan bekerja sangat efisien. Pagi-pagi sekali, bahkan sebelum kami selesai sarapan, Pak Jaden sudah datang ke rumahnya sambil membawa laptop.Saat melihatku, dia tampak tidak terkejut sama sekali, lalu menyapaku sambil tersenyum."Selamat pagi, Bu Emma."Aku meletakkan roti lapis di tanganku. "Pak Jaden, maaf merepotkanmu.""Nggak merepotkan, sama sekali nggak merepotkan. Pak Aidan sudah sejak lama berkonsultasi denganku soal urusan ini. Percayalah, untuk urusan hukum seperti ini, kamu nggak perlu khawatir!"Pengacara Jaden tersenyum licik.Pengacara Jaden membawa surat cerai. Setelah membaca dan memastikan tidak ada masalah, aku langsung menandatanganinya.Dari harta bersama selama aku dan Rowan menikah, aku hanya mengambil tabunganku sendiri sebesar dua miliar, dan aku meninggalkan rumah untuk Rowan.Lagi pula, rumah itu memang dibeli dengan kredit atas nama Rowan, dan cicilannya juga dia yang membayar. Jadi, bagi Rowan, ini sama sekali tidak merugikan.Kami tidak kembali ke rumah,
Rowan langsung mengambil ponselku dan menelepon Aidan."Pak Aidan, barusan saya melihat Anda dari atas. Kenapa nggak mampir sebentar? Maafkan Emma kalau dia kurang sopan, saya meminta maaf atas namanya."Kalau dihitung-hitung, seharusnya Aidan belum tiba di rumah. Di seberang telepon, dia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah dan serak."Rowan, kalau ada urusan, bicaralah langsung padaku. Jangan menyusahkannya.""Baik, Pak Aidan, Anda memang murah hati. Kalau begitu, mohon putar balik sebentar, mari kita bicara. Tenang saja, Emma masih istri saya, tentu saya nggak akan menyusahkannya."Tidak lama kemudian, bel rumah berbunyi.Rowan membuka pintu dan melihat Aidan berdiri di ambang pintu sambil terengah-engah, dengan peluh di pelipisnya.Tatapan kami bertemu dan aku menggeleng pelan untuk mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.Wajah Aidan langsung terlihat sedikit lega, lalu dia menoleh ke arah Rowan."Rowan, kalau ada yang ingin kamu sampaikan, katakan
"Riwayat hidupmu, aku sendiri yang konfirmasi. Jadi, Emma Ashley, aku memang sudah mengincarmu sejak awal, kamu paham?"Aku sedikit terpaku. Ternyata, semua ini bukan keisengan sesaat darinya.Bahkan setelah pulang ke rumah, aku masih sulit memercayainya.Rowan berdiri di depan pintu dan membuatku terkejut."Emma, akhirnya kamu pulang. Aku sangat merindukanmu."Padahal aku hanya pergi menghadiri jamuan bisnis, bukan perjalanan dinas yang lama. Sikap Rowan yang berlebihan ini membuatku merasa seolah-olah aku telah mengkhianatinya.Aku tidak menggubrisnya dan langsung masuk ke kamar untuk berganti pakaian."Emma, barusan aku lihat mobil Pak Aidan dari balkon. Apa yang kalian bicarakan sampai lama sekali di mobil?"Aku mengerutkan kening dan menahan amarah."Apa urusannya denganmu? Bukankah kamu sendiri yang menyerahkan aku ke ranjangnya? Untuk apa kamu berlagak peduli?"Rowan menyilangkan tangannya, dia bersandar di dinding dengan sikap masa bodoh."Itu beda. Bahkan kalau pergi ke tempat
Aku tidak menjawabnya. Aku hanya menutup mata dalam diam dan air mata jatuh membasahi bantal.Aidan memalingkan wajah, lalu menyelimutiku dengan kain.Akhirnya, sedikit rasa aman menyelimutiku."Emma, kamu kalah."Benar. Aku kalah. Kalah telak. Aku tidak pernah menyangka hubungan kami yang hampir sepuluh tahun, dari pacaran hingga menikah, kalah oleh sebuah pekerjaan.Aidan tidak menyentuhku. Dia berbaring di sofa sepanjang malam.Aku sedikit berterima kasih padanya, karena setidaknya Aidan masih memberiku sedikit martabat terakhir.Keesokan paginya, setelah efek obat hilang dan Aidan belum bangun, aku diam-diam mengenakan pakaian dan bersiap untuk pergi.Baru saja sampai di dekat sofa, tanganku ditarik. Aku kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas tubuh Aidan, dengan tanganku bertumpu di dadanya."Kamu nggak benar-benar mengira aku pria baik-baik hanya karena semalam aku bersikap baik, 'kan?"Aku gugup dan menghindari tatapan Aidan yang membara."Pak Aidan, terima kasih. Bisaka
Aku menggelengkan kepala, berusaha menyadarkan diri, lalu menarik lengan baju Rowan."Suamiku, kenapa kepalaku tiba-tiba begitu pusing?""Maafkan aku, Emma. Tolong bantu aku untuk terakhir kalinya. Setelah ini, aku janji nggak akan pernah lagi menyerahkanmu kepada orang lain. Aku sudah bertahan selama bertahun-tahun, aku nggak boleh kehilangan pekerjaan ini."Mata Rowan memerah dan dipenuhi kegilaan. Semua ini sudah lama dia rencanakan.Perlahan aku kehilangan kendali atas tubuhku, tubuhku terkulai di atas meja dengan napas yang berat dan tersengal-sengal."Kamu menambahkan apa ke dalam minuman itu?"Rowan menatapku penuh iba, lalu merapikan anak rambutku yang berantakan ke belakang telinga."Tenang saja, Emma. Hanya sedikit obat perangsang, hanya satu malam saja."Aku memukulnya dengan lemah."Rowan, kamu gila! Aku ini istrimu!"Rowan mengangkat tubuhku, lalu berjalan keluar dari bar."Justru karena kamu istriku, kamu pikir aku nggak merasa tertekan? Aku juga nggak punya pilihan, Emma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen