Share

Bab 3

Penulis: Arisha
Selama dua minggu perjalanan dinas, Aidan selalu menjaga jarak yang pas.

Meskipun kami tinggal di suite yang sama, dia tidak melakukan apa pun padaku, bahkan menghindari sentuhan yang tidak disengaja.

Namun, Aidan selalu bersikap sangat sopan, dia membukakan pintu ruang rapat untukku dan menolongku menolak minuman saat jamuan bisnis.

Bahkan saat klien bersikap tidak sopan padaku, dia langsung menghentikan kerja sama.

Dalam penerbangan pulang, aku bersandar lelah di sandaran kursi. Aidan menyerahkan segelas air hangat kepadaku sembari berkata, "Kamu sudah bekerja keras."

Aku menerima gelas itu dan sempat melirik layar ponsel yang menampilkan pesan dari Rowan.

[Istriku, perjalanan dinasnya lancar? Aku sudah pesan meja di restoran tempat kita merayakan ulang tahun pernikahan, untuk menyambutmu pulang.]

Aku pikir, Rowan masih peduli padaku.

Aku langsung pergi ke restoran, tapi aku diberi tahu bahwa Rowan sudah pergi.

Aku merasa bingung, Dalam sekejap, berbagai kemungkinan buruk melintas di pikiranku.

Rowan kenapa? Apa dia sakit? Apa ada urusan penting di perusahaan yang harus segera diselesaikan?

Jantungku berdegup kencang, tapi aku memaksakan diri untuk tetap tenang.

Aku membuka aplikasi pelacak keluarga dan menemukan Rowan di sebuah bar kecil.

Saat aku sampai di bar, Rowan sudah mabuk berat dan tergeletak di meja.

"Suamiku?"

Aku menariknya bangun dan menepuk wajahnya dengan lembut .

Rowan membuka mata dengan linglung. Begitu melihatku, dia langsung memeluk erat. "Emma, aku dalam masalah besar!"

Seiring penjelasannya yang terputus-putus, hatiku perlahan tenggelam.

Dalam proyek yang Rowan kerjakan, dia tidak melakukan pengecekan latar belakang dan langsung mentransfer uang muka sebesar 30 persen, yang akhirnya menyebabkan kerugian sebesar sepuluh miliar.

Bagi kami sekarang, jumlah itu sama saja dengan angka yang fantastis.

Kami masih memiliki cicilan rumah dan mobil. Bahkan jika digadaikan dan ditambah tabungan, paling hanya terkumpul empat miliar.

"Laporkan ke polisi saja."

"Nggak boleh!" Rowan menggenggam bahuku dengan kuat. "Kalau lapor polisi, aku akan tamat! Karierku, reputasiku, dan hidupku akan hancur! Emma, hanya kamu yang bisa menyelamatkan aku sekarang."

Mata Rowan memerah, aku tiba-tiba merasakan firasat buruk.

"Kalau kamu mau menemani Pak Aidan tidur satu malam saja, dia pasti mau membantu menutupi kerugian ini."

Plak!

Suara tamparan keras terdengar di bar.

Aku menarik kembali tanganku dengan gemetar, lalu menatap pria asing di depanku.

"Rowan, kamu gila, ya?" Suaraku gemetar. "Aku istrimu!"

Rowan berlutut dan memeluk kakiku erat-erat. "Emma, aku mohon, sekali ini saja."

Aku memejamkan mata, lalu menangis tanpa bersuara.

Di telingaku terngiang kembali ucapan Aidan tempo hari, aku yakin Rowan akan dengan sukarela menyerahkanmu ke ranjangku.

Setelah kutepis, Rowan kembali memeluk kakiku erat-erat. Air mata dan ingus membanjiri wajahnya, sampai-sampai ucapannya pun tidak jelas.

"Hanya satu malam saja, Emma. Pak Aidan sudah janji, dia nggak akan melakukan hal lain... Aku mohon."

Aku mencoba menenangkan diri dari rasa pusing yang mendadak menyerang. Aku menarik napas dalam-dalam dan berusaha meyakinkan diriku sendiri.

Rowan hanya panik karena semuanya terjadi begitu mendadak. Setelah dia sadar dari mabuknya, Rowan pasti bisa berpikir lebih rasional. Saat itulah, baru kita pikirkan bagaimana menyelesaikan masalah ini.

Meskipun hatiku sudah terasa dingin, aku masih berusaha membohongi diri sendiri.

Aku memperlambat ucapanku dan mencoba tampil setenang mungkin.

"Rowan, aku nggak menyetujuinya. Aku ini manusia, bukan alat tawar-menawar yang bisa kamu pergunakan. Pikirkanlah baik-baik."

Setelah mengatakannya, aku melepaskan tangannya dan berdiri.

"Rowan, aku nggak menyetujuinya. Aku ini manusia, bukan alat tawar-menawar yang bisa kamu pergunakan. Pikirkan baik-baik."

Sebelum aku keluar dari bar, Rowan mengejarku dan menggenggam tanganku dengan ekspresi penuh penyesalan.

"Istriku, tadi aku salah. Aku kehilang akal. Sejak kita menikah, kita belum pernah ke bar lagi, 'kan? Selagi ada kesempatan, ayo kita santai sebentar hari ini."

Mata Rowan memohon seperti seekor anjing kecil yang menyedihkan.

Aku tidak bergerak dan hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa.

Rowan buru-buru menambahkan, "Aku janji, aku nggak akan lagi memintamu menemani Pak Aidan."

Mendengar itu, beban berat yang mengganjal di hatiku akhirnya sedikit terangkat.

Baguslah kalau dia akhirnya bisa menyadarinya sendiri.

Aku mengikuti Rowan kembali ke meja sambil menggenggam tangannya erat.

"Bagus kalau kamu bisa sadar. Besok kita lapor ke polisi, lalu lihat bagaimana perusahaan akan menanganinya. Kalaupun harus berhenti kerja, kita bisa mulai bisnis bersama."

"Ya, aku ikut saja kata Istriku."

"Ayo, Istriku, coba koktail ini. Rasanya sangat enak, manis asam seperti yang kamu suka."

Aku sama sekali tidak curiga. Aku menerima koktail dari tangannya dan langsung meminumnya.

"Terima kasih, Suamiku."

Begitu cairan itu masuk ke mulutku, aku langsung merasa ada yang tidak beres. Di balik rasa asam manis, tersembunyi rasa pahit samar yang mencurigakan.

Begitu aku sedikit bergerak, kepala langsung terasa berat dan pusing.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dikhianati Demi Jabatan, Dicintai oleh Atasan   Bab 9

    Aidan ternyata membawaku ke kantor catatan sipil.Aku mencengkeram sabuk pengaman dengan erat, jantungku berdegup kencang."Aidan, kenapa kamu membawaku ke sini?""Untuk mengurus status resmi."Dia menarikku masuk ke pintu kantor catatan sipil.Mungkin aku orang pertama dalam sejarah yang bercerai di pagi hari dan menikah lagi di sore harinya.Dengan perasaan bingung, kami foto bersama. Saat buku nikah diletakkan di tanganku, aku masih tidak percaya. Jadi aku benar-benar menikah lagi dengan cara semudah ini?Selain itu, dengan Aidan? Bosku sendiri?Aku diam-diam mencubit pahaku, sakit, ini nyata.Aidan yang melihatnya menepis tanganku sambil tertawa."Emma, aku tadi mendengar ucapan Rowan. Aku ingin bilang, aku serius denganmu. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku sudah merencanakannya sejak lama.""Mari berkenalan lagi. Nyonya Davies, aku Aidan Davies."Cara kami berdua berinteraksi tidak banyak berubah.Kami berangkat dan pulang kerja bersama, hanya teman makan malamnya yang

  • Dikhianati Demi Jabatan, Dicintai oleh Atasan   Bab 8

    Aidan bekerja sangat efisien. Pagi-pagi sekali, bahkan sebelum kami selesai sarapan, Pak Jaden sudah datang ke rumahnya sambil membawa laptop.Saat melihatku, dia tampak tidak terkejut sama sekali, lalu menyapaku sambil tersenyum."Selamat pagi, Bu Emma."Aku meletakkan roti lapis di tanganku. "Pak Jaden, maaf merepotkanmu.""Nggak merepotkan, sama sekali nggak merepotkan. Pak Aidan sudah sejak lama berkonsultasi denganku soal urusan ini. Percayalah, untuk urusan hukum seperti ini, kamu nggak perlu khawatir!"Pengacara Jaden tersenyum licik.Pengacara Jaden membawa surat cerai. Setelah membaca dan memastikan tidak ada masalah, aku langsung menandatanganinya.Dari harta bersama selama aku dan Rowan menikah, aku hanya mengambil tabunganku sendiri sebesar dua miliar, dan aku meninggalkan rumah untuk Rowan.Lagi pula, rumah itu memang dibeli dengan kredit atas nama Rowan, dan cicilannya juga dia yang membayar. Jadi, bagi Rowan, ini sama sekali tidak merugikan.Kami tidak kembali ke rumah,

  • Dikhianati Demi Jabatan, Dicintai oleh Atasan   Bab 7

    Rowan langsung mengambil ponselku dan menelepon Aidan."Pak Aidan, barusan saya melihat Anda dari atas. Kenapa nggak mampir sebentar? Maafkan Emma kalau dia kurang sopan, saya meminta maaf atas namanya."Kalau dihitung-hitung, seharusnya Aidan belum tiba di rumah. Di seberang telepon, dia terdiam beberapa detik sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah dan serak."Rowan, kalau ada urusan, bicaralah langsung padaku. Jangan menyusahkannya.""Baik, Pak Aidan, Anda memang murah hati. Kalau begitu, mohon putar balik sebentar, mari kita bicara. Tenang saja, Emma masih istri saya, tentu saya nggak akan menyusahkannya."Tidak lama kemudian, bel rumah berbunyi.Rowan membuka pintu dan melihat Aidan berdiri di ambang pintu sambil terengah-engah, dengan peluh di pelipisnya.Tatapan kami bertemu dan aku menggeleng pelan untuk mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.Wajah Aidan langsung terlihat sedikit lega, lalu dia menoleh ke arah Rowan."Rowan, kalau ada yang ingin kamu sampaikan, katakan

  • Dikhianati Demi Jabatan, Dicintai oleh Atasan   Bab 6

    "Riwayat hidupmu, aku sendiri yang konfirmasi. Jadi, Emma Ashley, aku memang sudah mengincarmu sejak awal, kamu paham?"Aku sedikit terpaku. Ternyata, semua ini bukan keisengan sesaat darinya.Bahkan setelah pulang ke rumah, aku masih sulit memercayainya.Rowan berdiri di depan pintu dan membuatku terkejut."Emma, akhirnya kamu pulang. Aku sangat merindukanmu."Padahal aku hanya pergi menghadiri jamuan bisnis, bukan perjalanan dinas yang lama. Sikap Rowan yang berlebihan ini membuatku merasa seolah-olah aku telah mengkhianatinya.Aku tidak menggubrisnya dan langsung masuk ke kamar untuk berganti pakaian."Emma, barusan aku lihat mobil Pak Aidan dari balkon. Apa yang kalian bicarakan sampai lama sekali di mobil?"Aku mengerutkan kening dan menahan amarah."Apa urusannya denganmu? Bukankah kamu sendiri yang menyerahkan aku ke ranjangnya? Untuk apa kamu berlagak peduli?"Rowan menyilangkan tangannya, dia bersandar di dinding dengan sikap masa bodoh."Itu beda. Bahkan kalau pergi ke tempat

  • Dikhianati Demi Jabatan, Dicintai oleh Atasan   Bab 5

    Aku tidak menjawabnya. Aku hanya menutup mata dalam diam dan air mata jatuh membasahi bantal.Aidan memalingkan wajah, lalu menyelimutiku dengan kain.Akhirnya, sedikit rasa aman menyelimutiku."Emma, kamu kalah."Benar. Aku kalah. Kalah telak. Aku tidak pernah menyangka hubungan kami yang hampir sepuluh tahun, dari pacaran hingga menikah, kalah oleh sebuah pekerjaan.Aidan tidak menyentuhku. Dia berbaring di sofa sepanjang malam.Aku sedikit berterima kasih padanya, karena setidaknya Aidan masih memberiku sedikit martabat terakhir.Keesokan paginya, setelah efek obat hilang dan Aidan belum bangun, aku diam-diam mengenakan pakaian dan bersiap untuk pergi.Baru saja sampai di dekat sofa, tanganku ditarik. Aku kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas tubuh Aidan, dengan tanganku bertumpu di dadanya."Kamu nggak benar-benar mengira aku pria baik-baik hanya karena semalam aku bersikap baik, 'kan?"Aku gugup dan menghindari tatapan Aidan yang membara."Pak Aidan, terima kasih. Bisaka

  • Dikhianati Demi Jabatan, Dicintai oleh Atasan   Bab 4

    Aku menggelengkan kepala, berusaha menyadarkan diri, lalu menarik lengan baju Rowan."Suamiku, kenapa kepalaku tiba-tiba begitu pusing?""Maafkan aku, Emma. Tolong bantu aku untuk terakhir kalinya. Setelah ini, aku janji nggak akan pernah lagi menyerahkanmu kepada orang lain. Aku sudah bertahan selama bertahun-tahun, aku nggak boleh kehilangan pekerjaan ini."Mata Rowan memerah dan dipenuhi kegilaan. Semua ini sudah lama dia rencanakan.Perlahan aku kehilangan kendali atas tubuhku, tubuhku terkulai di atas meja dengan napas yang berat dan tersengal-sengal."Kamu menambahkan apa ke dalam minuman itu?"Rowan menatapku penuh iba, lalu merapikan anak rambutku yang berantakan ke belakang telinga."Tenang saja, Emma. Hanya sedikit obat perangsang, hanya satu malam saja."Aku memukulnya dengan lemah."Rowan, kamu gila! Aku ini istrimu!"Rowan mengangkat tubuhku, lalu berjalan keluar dari bar."Justru karena kamu istriku, kamu pikir aku nggak merasa tertekan? Aku juga nggak punya pilihan, Emma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status