Naila masih sibuk di depan meja rias, jemarinya bergerak cepat tapi tetap hati-hati, seperti seorang pelukis yang sedang menyentuh kanvas terakhirnya.Di permukaan meja, berbagai botol kaca dan plastik berbaris rapi: toner, serum, pelembap, foundation, blush on, hingga lip tint kesayangannya yang warnanya sudah mulai pudar di ujung. Bau lembut skincare bercampur dengan aroma khas parfum yang ia semprotkan tadi pagi.Galih, yang sudah selesai lebih dulu, berdiri di ambang pintu sambil menatap punggung istrinya. Ia sempat melangkah mendekat, niatnya mau bantu, tapi sebelum sempat menyentuh apa pun, suara lembut tapi tegas memotong.“Jangan sentuh, nanti malah berantakan semua. Kamu aja nggak tahu mana pelembap, mana serum,” ucap Naila tanpa menoleh, bibirnya tersenyum geli.Galih mengangkat tangan, menyerah. “Baiklah. Aku nonton aja, deh.” Ia bersandar di meja rias, memperhatikan pantulan wajah Naila di cermin. Lampu-lampu kecil di s
Terakhir Diperbarui : 2025-10-09 Baca selengkapnya