Langkah kecil terdengar mendekat dari arah kamar. Suara gesekan kunci memecah keheningan pagi yang masih berat. Perlahan, pintu terbuka. Dari celah sempit itu, muncul wajah mungil Gavin—matanya sembab, bulir air mata masih menempel di pipinya yang dingin.Begitu pandangannya bertemu Galih, tangis yang tadi tertahan pecah seketika.“Papa…” suaranya parau, patah di ujung kalimat. “Aku nggak mau Mama pergi.”Galih berjongkok cepat, meraih tubuh kecil itu dan memeluknya seolah dunia sedang runtuh di antara mereka. Bahunya terasa gemetar halus, tapi pelukannya tetap kuat. Ia mencium kepala Gavin yang masih lembap oleh air mata.“Papa juga nggak mau, Jagoan,” bisiknya lembut, nyaris tak terdengar. “Tapi Mama harus berangkat kerja. Kalau kamu kangen, kita bisa video call, kan? Dan nanti, kalau ada waktu, Papa janji kita ke sana buat ketemu Mama.”Gavin menggeleng, suara kecilnya nyaris tenggelam
最終更新日 : 2025-10-11 続きを読む