All Chapters of Married with a Strange Man: Chapter 21 - Chapter 30

~🖤~Siapa yang telah menelanjangiku ?!***Saat akan memasuki mobil, Diana melihat toko kue. terdapat beberapa cake berjajar di tiap etalase, para pelanggan juga lumayan banyak. Tiba-tiba ia ingin membelinya. Akhirnya Diana menyeberangi jalan.Baru saja di tengah jalan, matanya tertuju kepada dua manusia yang sedang duduk di kursi restoran. Restoran itu tepat berada di sebelah kanan seberang jalan, Suaminya terlihat mengobrol asyik dengan perempuan berkerudung. Diana seperti tahu dengan perawakan wanita itu, sayangnya wanita itu memunggungi Diana.Detik ini juga Diana sadar, senyum Darren bukan untuknya. Lelaki itu mencintai perempuan yang sedang mengobrol dengannya. Siapa pun akan menyadari tatapan penuh cinta yang diberikan Darren kepada perempuan itu. Wanita itu mengenakan gamis yang begitu panjang, dari belakang saja terlihat cantik, apalagi dari depan. Begitu alim dan penurut. Tidak sepertinya, ia masih sering memakai kemeja dan celana bahan, yang membedakannya adalah dulu Diana

"Ngapain bahas ini di meja makan sih Di ?" geram Darren. Sebenarnya ia sangat malu, pasti pelayannya tahu apa yang ia lakukan semalam. Ia seperti stalker mesum yang masuk ke dalam kamar gadis pujaannya. Kalau saja ia bukan suaminya Diana, mungkin saat ini ia akan mendekam di penjara.Buru-buru Diana menatap sinis suaminya. "Apaan sih ini orang ? Males banget liat mukanya," batinnya."Cepet jawab jujur, sebelum saya marah. Saya tuh paling nggak suka disentuh sembarang orang," ancam Diana, matanya menatap lekat ke arah pelayan. Bukannya mengaku, mereka malah tetap diam menunduk."Kalau nggak saya check sendiri, kalian tidak tahu kan saya memasang kamera tersembunyi ? Setelah makan saya akan mengetahui siapa pelakunya."Seketika Darren merasa jantungnya berdetak kencang. Ia pun berusaha menetralkan perasaannya. "Sudah, tugas kalian selesai, kembali ke mess."Diana menatap curiga ke arah Darren. Sebenarnya ingin menginterogasi mereka, tapi lagi-lagi dengan kuasanya, Darren menyuruh mereka

~🖤~Penyusup mesum!***Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Meskipun Diana masih marah dengan Darren, Diana tetap membuatkannya makanan. Saat ini ia sedang berkutat bersama dua pelayannya. Sebenarnya bisa saja Diana memasak sendiri, lagipula masakan buatannya lebih enak dari mereka. Bukannya ia sombong, tapi mereka sendiri yang mengatakan hal itu. Tapi alasan utamanya adalah ia tidak ingin hanya berduaan bersama suaminya.Makanan pun telah selesai. Satu persatu piring ia bawa ke meja makan. Sejak lima menit yang lalu, Darren turun dan duduk di meja makan."Kalian boleh pergi," ucap lelaki itu.Kini tinggal Darren dan Diana saja yang berada di dapur. Dengan buru-buru Diana menyendokkan nasi ke mulutnya. Rencananya untuk menjauhi Darren harus ia mulai malam ini juga. Sambil mengunyah makanan, matanya menatap Darren dengan tajam. Kali ini ia tidak boleh kalah. Meskipun bibi Elina selalu mengajarinya untuk mudah memaafkan, tapi Diana tetap tidak pada pendiriannya. Maksimal tiga hari ia

~🖤~Hukuman apa yang cocok untuk seorang pembohong ?***Dengan stelan kantornya, Darren menuruni tangga. Matanya menatap Diana yang saat ini terlihat lebih ceria. Sangat berbeda dengan minggu kemarin, gadis itu bahkan tidak mau menatapnya. Darren akui itu semua karena kesalahannya.Merasa ditatap, Diana langsung tersenyum."Sini Darren," ucap Diana seperti ajakan seorang sahabat untuk duduk sebangku saat di sekolah.Tanpa membalas, Darren pun mengangguk. Ia duduk tepat di sebelah Diana.Diana menyantap makanannya dengan lahap. Ia tahu kegiatan yang akan dijalankan dapat menguras tenaganya. Ia tidak ingin menjadi beban grup karena melewatkan sarapannya."Berangkat jam berapa ?""Sebentar lagi, abis makan," balas Diana sambil menunjukkan piring yang tinggal sesendok nasi.Mendengar hal itu, Darren yang awalnya ingin menyendokkan nasi ke atas piringnya langsung berhenti."Aku berangkat sekarang," ucap Diana sambil mengantarkan piring ke wastafel. Lalu ia mengambil tas dan menghampiri Da

Hari ketiga Diana terbaring di ruangan serba putih, gadis itu masih enggan untuk membuka matanya. Gadis itu terlihat sangat anteng. Mungkin menurutnya lebih baik hidup di alam sana, bebas tanpa ada seorang pun yang mengekang dan memarahi. Tidak akan ada lagi yang memukul hingga seluruh tubuhnya memar.Selama tiga hari Vina sama sekali tidak absen untuk merawat putrinya. Setelah insiden di gudang malam itu, sikap Irwan dan Vina berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak hanya itu, Rosa yang biasanya cuek, tiap sore mengunjungi rumah sakit untuk sekedar membacakan ayat suci, mencoba merayu Tuhan-nya. Juga Farrel, lelaki itu selalu mengunjugi adiknya. Biasanya ia paling anti berada di satu ruangan dengan Diana, apalagi berdua saja, paling lama mungkin hanya sampai lima belas menit. Tapi kali ini setiap hari, paling sebentar Farrel akan menjaga Diana selama satu jam. Lelaki itu akan menggantikan ibunya ketika pulang.Beberapa sahabat-sahabatnya Diana juga datang. Mereka hanya bisa menat