Aurelia berdiri kaku, menahan napas. Rasa takut, marah, dan kebingungan kini tergantikan oleh sensasi asing yang hangat dan merusak. Dia tahu, sejak hari ini, permainannya sudah selesai. Dia tidak akan bisa lagi menyangkal bahwa Abimanyu, si bodyguard yang menyebalkan, telah menjadi jangkar bagi hidupnya. Air mata Aurelia menetes perlahan. Bukan karena sedih atau takut, melainkan karena pengakuan itu terasa seperti izin untuk akhirnya tidak harus kuat sendirian. “Aku membutuhkanmu,” bisik Aurelia, suara yang nyaris tidak ada. Itu adalah penyerahan diri. Abimanyu menutup matanya, melepaskan napas yang sudah ia tahan sejak lama. Pria itu tersenyum, senyuman pertama yang dilihat Aurelia, sangat tipis dan lembut. Ia memeluk Aurelia, pelukan yang berbeda dari semalam. Kali ini, itu adalah pelukan yang dipenuhi cinta dan janji, bukan hanya tugas. Sejak malam itu, tembok di antara mereka runtuh. Abimanyu tetap waspada, tetapi tidak lagi kaku. Aurelia tetap keras kepala, tetapi tidak lagi
Last Updated : 2025-11-08 Read more