Henry mendekat perlahan. Nafasnya berat, penuh hasrat menjijikkan yang tak lagi disembunyikan. Ia berjongkok di depan Juliete yang masih terikat, lalu meraih wajahnya dengan kasar. “Sekarang… kita akan bersenang-senang, Nyonya Cavendish,” desisnya, menampar pipi Juliete tanpa ampun. Juliete menjerit pelan, darah meresap di sudut bibirnya. Tapi matanya masih menyala dengan kebencian. “Dasar pengecut,” gumamnya pelan. Henry tak suka ejekan itu. Ia meraih kerah baju Juliete, menariknya kasar, hingga sebagian tubuh Juliete terangkat dari lantai. Jari-jarinya mulai menjamah dengan paksa dan kini, ketakutan itu nyata menyergap Juliete. Dia berontak, tapi ikatan di tangan dan kaki membuatnya nyaris tak berdaya. “Lepaskan aku!” teriak Juliete, air mata mulai menggenang di sudut matanya. Ini bukan karena lemah, ini karena marah. Henry menamparnya sekali lagi. Dia mulai meraba tubuh Juliete, membuka paksa kancing kemeja wanita itu. Namun, bukan Juliete namanya jika tak melawan. Bersus
Terakhir Diperbarui : 2025-07-27 Baca selengkapnya