Share

Chapter 98

Author: Lia.F
last update Last Updated: 2025-07-31 10:19:40

“Sekarang kau telah bersamaku… aku tak akan membiarkan kau pergi lagi dariku, Zamira…” bisik Julian lembut, nadanya mengandung luka dan harapan sekaligus.

Juliete mendongak pelan, menatap wajah pria itu. Ada banyak yang ingin ia protes—tentang cara Julian membawanya ke sini, tentang haknya untuk memilih ke mana ia pergi. Tapi saat menatap mata kelabu kakaknya, semua keberanian itu runtuh.

Ia menggigit bibirnya sendiri. Bingung. Rindu. Terjebak.

Julian bukan hanya kakaknya… dia satu-satunya darah yang tersisa dalam hidupnya.

Namun tetap saja, ada satu nama tak bisa ia abaikan. Jaiden.

“Kak Ali…” bisiknya lirih, suaranya bergetar pelan. “Tapi… bagaimana kau bisa berada di Rusia? Bukankah… bukankah dulu kita di Khandahar? Bagaimana bisa hidup kita jadi sejauh ini terpisah?”

Julian tersenyum kecil. Pahit. Lelah. Ia mengusap rambut Juliete dengan lembut, seperti dulu saat mereka masih anak-anak dan Zamira kecil menangis karena perutnya lapar.

“Aku dibawa keluar dari Khandahar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 99

    Julian menyugar rambutnya kasar, jemarinya berulang kali mencengkeram rambut ikalnya seperti ingin merobek kepalanya sendiri. Di hadapannya, meja kerja penuh dengan berkas, peta pengawasan, dan laporan misi yang bahkan tak sempat ia sentuh sejak Juliete datang. Dentuman telapak tangannya menghantam permukaan meja. Sheila mendekat pelan, lalu meletakkan kedua tangannya di punggung Julian. Dengan lembut, ia mengelus punggung pria itu, mencoba menyalurkan ketenangan meski ia sendiri merasakan badai yang akan datang. “Kenapa kau begitu marah, sayang?” bisiknya pelan, suaranya penuh pengertian. Julian mendongak perlahan, matanya merah karena menahan luapan emosi. “Karena Zamira mengandung bayi dari pria brengsek itu…” Sheila menghela napas pelan, tetap berdiri di belakangnya. “Tapi mereka sudah menikah, Julian. Kau tahu itu. Apa kau sungguh membenci Jaiden Cavendish sampai sejauh ini?” Julian tertawa dingin, bukan karena geli, melainkan karena frustasi. “Aku tidak membencinya s

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 98

    “Sekarang kau telah bersamaku… aku tak akan membiarkan kau pergi lagi dariku, Zamira…” bisik Julian lembut, nadanya mengandung luka dan harapan sekaligus. Juliete mendongak pelan, menatap wajah pria itu. Ada banyak yang ingin ia protes—tentang cara Julian membawanya ke sini, tentang haknya untuk memilih ke mana ia pergi. Tapi saat menatap mata kelabu kakaknya, semua keberanian itu runtuh. Ia menggigit bibirnya sendiri. Bingung. Rindu. Terjebak. Julian bukan hanya kakaknya… dia satu-satunya darah yang tersisa dalam hidupnya. Namun tetap saja, ada satu nama tak bisa ia abaikan. Jaiden. “Kak Ali…” bisiknya lirih, suaranya bergetar pelan. “Tapi… bagaimana kau bisa berada di Rusia? Bukankah… bukankah dulu kita di Khandahar? Bagaimana bisa hidup kita jadi sejauh ini terpisah?” Julian tersenyum kecil. Pahit. Lelah. Ia mengusap rambut Juliete dengan lembut, seperti dulu saat mereka masih anak-anak dan Zamira kecil menangis karena perutnya lapar. “Aku dibawa keluar dari Khandahar

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 97

    “Zelda, tambahkan satu sendok gula lagi. Aku butuh manis hari ini,” ucap Margaret sambil mengaduk pelan kopinya, duduk di kursi rotan di teras belakang Thornvale Court. Angin pagi yang sejuk membuat aroma kopi dan wisteria yang mekar berbaur. “Ku dengar Julian adalah salah satu pria pengimpor wanita secara ilegal… untuk dijual.” Marvis melontarkan kalimat itu begitu saja, suaranya tenang, tapi penuh arti. Jaiden tak menjawab. Tangannya masih memegang pisau yang tadi ia gunakan untuk menusuk apel. Tapi kini benda itu sudah tak berbentuk. Tercabik di atas piring porselen putih. Dia tahu siapa Julian. Tentu saja dia tahu. Justru karena itu pikirannya kalut sejak kemarin—sejak Juliete menghilang tanpa jejak. Cekungan gelap di bawah matanya makin dalam, akibat dua malam tanpa tidur. “Kalau bisa, sore ini juga aku berangkat ke Moskow.” Suaranya terdengar serak, penuh tekanan, seolah bicara pada apel yang kini hancur di hadapannya. “Tenang.” Marvis mencondongkan tubuh ke depan, nad

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 96

    “Kenapa kau memanggilku dengan nama itu? Dan siapa kau sebenarnya?” Juliete bertanya dengan nada curiga, matanya menelusuri setiap inci tubuh wanita asing itu. Wajahnya memang cantik, tapi ada sesuatu di balik senyumnya yang membuat udara dalam ruangan terasa menusuk. Gadis itu tersenyum tipis. Sebuah senyum yang ramah. Ia mengambil botol wine dari meja kecil di sudut ruangan, lalu menuangkannya ke dalam dua gelas kristal tinggi. Cairan merah pekat itu seolah memantulkan cahaya dingin dari lampu gantung di langit-langit. “Minumlah. Ini tidak beracun,” ucapnya sambil menyerahkan salah satu gelas pada Juliete. Gerakannya tenang. Juliete tidak menyentuh gelas itu. Ia hanya menatapnya—datar, tapi waspada. Wanita itu mengangkat bahu ringan, lalu meneguk gelasnya sendiri perlahan. Ia duduk di sofa, menyilangkan kaki dan menatap Juliete dari ujung rambut sampai kaki. “Namaku Sheila,” katanya akhirnya. “Aku kekasih Julian.” Ia menekankan kata kekasih seolah ingin menancapkan posis

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 95

    “Kau hanya anak muda yang terlalu sombong, kau pikir hanya kerja kerasmu yang membangun ini semua? Alih-alih kau merasa bangga, Cavendish sudah berdiri sejak abad ke 18, tanpa campur tanganmu pun, nama ini adalah sejarah kau tau…?” “Kalau memang seperti itu, aku akan dengan sukarela membuang nama belakangku ini… aku bahkan tak sudi memiliki darah dari seorang pria busuk sepertimu. Dan sejak awal aku hanya anak tangga untuk semua kepentinganmu kan!” Jaiden menggeram kini langkahnya mendekat ke arah sang kakek. Berdiri tepat di seberang meja kerjanya. Mereka kini berhadapan. Saling menatap dalam sejurus pandangan tajam. August tak bergeming. Wajah tuanya tetap keras, nyaris angkuh. Ia tak pernah takut pada siapapun—termasuk cucunya sendiri. “Kau hanya anak kecil yang mudah terbakar emosi. Tak tahan sedikit tekanan, lalu menyalahkan orang lain atas semua nasib burukmu.” Suaranya masih datar, tapi dalam. Jaiden tertawa kering, menyeringai seperti binatang terluka yang kehilangan

  • Pengantin Pewaris Cavendish    Chapter 94

    Jaiden berdiri di hadapan Joane, tubuh wanita itu terikat kuat di kursi logam, rambutnya berantakan dan wajahnya penuh luka. Tidak sulit menangkap wanita ini—Joane sudah bersiap melarikan diri sejak kabar tentang hilangnya Juliete tersebar. Tapi bukan Jaiden Cavendish namanya jika ia tidak bisa menyeret siapa pun ke nerakanya sendiri. “Di mana kalian menyembunyikan Juliete?” desis Jaiden dingin, mencengkeram dagu Joane dengan keras, membuat wanita itu terpaksa mendongak menatapnya. Namun Joane malah menyeringai kecil, seolah tak takut pada ancaman kematian di depan matanya. “Oh… jadi kau kehilangan istrimu?” ejeknya pelan, penuh sindiran, membuat rahang Jaiden mengeras. PLAK! Tamparan keras mendarat telak di pipi Joane. Kepala wanita itu terlempar ke samping, darah merembes dari sudut bibirnya, tapi senyum itu belum hilang sepenuhnya. Para bodyguard di ruangan itu diam. Mereka tahu aturan: jika Jaiden marah, jangan ikut campur—bahkan Daniel pun tak bergerak. Daniel yang pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status