All Chapters of Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin: Chapter 41 - Chapter 50

Apa yang dikatakan Maria membuat darah Dave mendidih. Rahangnya seketika mengeras ketika melihat Alana bersama Akram di taman. Tanpa menjawab ucapan temannya itu, Dave mengayunkan langkah menghampiri Alana. Langkahnya begitu tergesa-gesa. Derap kaki yang terdengar itu, mengalihkan pandangan Alana. Ia begitu terkejut ketika melihat Dave di sana. Seketika tubuhnya membeku. Terlebih lagi suaminya itu tampak berjalan dengan wajah penuh amarah.“Dave,” panggilnya. Dave mengabaikan panggilan itu. Tatapannya dilayangkan pada pria yang duduk di bangku taman itu. Akram yang jadi objek pandang pun membalas tatapan itu, tapi tatapannya tenang. Tak terpengaruh dengan amarah yang terlihat dari sorot mata Dave. Melihat Akram, Dave benar-benar semakin kesal. Tanpa banyak bertanya, ia menarik tangan Alana. Membawanya pergi dari taman. Cara Dave begitu kasar sekali, sampai-sampai tubuh Alana tersentak dan nyaris tersungkur. Beruntung Alana dapat menyeimbangkan tubuhnya. Melihat itu, Akram tak

“Maafkan aku.” Tiba-tiba saja suara Dave menggema di dalam kamar. Alana masih terisak. “Aku tidak tahu jika hidupmu seberat itu.” Dave terus membelai lembut rambut Alana. Alana hanya mengangguk ketika berada di dalam pelukan Dave. Cukup lama Alana berada di dalam pelukan Dave. Ia tampak nyaman berada dalam pelukan Dave.Saat isak tangisnya mulai terhenti, ia mulai tersadar jika sudah terlalu lama di pelukan Dave. Perlahan, ia menjauh dari tubuh Dave. Ada rasa canggung ketika menyergap. Ia pun berusaha menutupi kecanggungan itu dengan menghapus air matanya. Di saat Alana canggung, Dave tampak tenang. “Sepertinya kamu harus istirahat untuk menenangkan dirimu.” Dave mengalihkan pandangan pada koper yang tadi diambilnya. Alana menatap Dave. Matanya memicing. “Kita tidak jadi pulang?” tanyanya. “Tidak, kita akan tetap di sini malam ini, tapi kamu tidak boleh keluar.” Suara Dave begitu tegas. Ucapannya terdengar tak terbantahkan. Dominasi Dave memang begitu kuat. Hingga Alana tid

Maria seketika pucat melihat Alana yang keluar dari kamar mandi. Tatapan Alana begitu tajam dan menghujam. “Jawab, apa yang aku katakan padamu dan kamu sampaikan pada Dave?” Alana sedikit meninggikan suaranya.Maria bungkam. Sorot matanya begitu ketakutan. Karena memang tidak ada yang dikatakan Alana, ia tidak berani menjawab ucapan Alana. Saat tidak kunjung dapat jawaban dari Maria, Alana beralih pada Dave. “Apa yang dia katakan padamu?” tanyanya. “Aku akan jelaskan di dalam.” Dave menarik tangan Alana lembut. Berusaha menenangkan Alana.“Aku mau dengar sekarang, Dave.” Alana menyingkirkan tangan Dave. Kemudian dia beralih pada Maria lagi. “Katakan apa yang aku katakan.” “Kamu tidak mengatakan apa-apa,” jawab Maria lirih. Alana mendesah kasar. Kesal dengan apa yang dilakukan Maria. “Lalu apa yang kamu katakan pada Dave?” tanyanya lagi. “Aku mengatakan jika kamu pacaran dengan anak orang kaya.” Maria menjelaskan tanpa berani melihat Alana.Alana terperangah. Tak habis pikir deng

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Dave yang menjauhkan wajahnya dari wajah Alana. “Apa sakit?” Dave memegangi Dahi Alana. Apa yang dilakukan Dave membuat Alana semakin tak karuan. Jantungnya berdegup semakin kencang ketika tangan Dave memegang dahinya. Alana segera menjauhkan tubuhnya dari Dave. Berusaha untuk menghindari sentuhan yang membuat jantungnya tidak aman. “Aku tidak apa-apa,” jawab Alana seraya memegangi dahinya. “Coba aku lihat dahimu.” Dave menyingkirkan tangan Alana. Lagi-lagi Dave menunjukan perhatiannya. Alana tidak dapat menghindar. Membiarkan Dave melihat dahinya. Alana hanya membeku sambil memandangi Dave yang begitu perhatian padanya. “Untung tidak apa-apa,” ucap Dave seraya tersenyum tipis. Tangannya menjauh dari dahi Alana. Suara Dave itu menyadarkan Alana yang terus memandangi Dave. “Iya, untung tidak apa-apa.” Alana sedikit canggung. Namun, ia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya. Terlebih lagi ada teman-temannya. Pemandangan itu terlihat jelas oleh A

“Terima kasih kalian semua sudah hadir.” Akram menatap semua karyawan. Alana tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Akram. Pandangannya justru tertuju pada seseorang yang masuk ke restoran. “Semoga pertemuan ini dapat membuat kinerja kita semua akan lebih baik.” Akram tersenyum ketika menatap semua karyawan. Alana masih fokus memerhatikan orang yang masuk ke restoran. Ia membulatkan matanya ketika melihat siapa yang dilihatnya. Kenapa Dave datang ke restoran ini juga? Apa Dave sengaja? Masalahnya, Alana tidak mengatakan ke restoran mana ia akan datangi. Jadi tidak mungkin jika Dave sengaja. “Alana, bagaimana perasaanmu bisa berkumpul di sini?” Akram menatap Alana. Ia sengaja mengajukan pertanyaan, karena sejak tadi ia melihat Alana tidak fokus padanya yang sedang berbicara. Sayangnya, Alana tidak mendengarkan apa yang dikatakan Dave. Ia masih fokus melihat ke arah di mana Dave berada. Sampai-sampai Alana tidak dengar apa yang dikatakan oleh Akram.Semua mata tertuju pada A