Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin

Mendadak Jadi Istri Suami Kontrakku Yang Dingin

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-11
Oleh:  Myafa Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
21Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Demi biaya perawatan sang ayah, Alana rela ikut kakaknya menghadiri pesta ulang tahun seorang teman. Ia tak tahu, kehadirannya malam itu bukan sekadar menemani, tapi ia dijual oleh kakaknya. Namun takdir bermain lain. Dalam keadaan mabuk, Alana salah masuk kamar dan justru menghabiskan malam bersama Dave-pria asing yang tak ia kenal . Pagi harinya, kemarahan sang kakak meledak karena gagal mendapatkan uang. Alana pun terjebak dalam kebingungan dan keputusasaan. Hingga Dave datang kembali, menawarkan bantuan, tapi itu tidak gratis. “Aku mau kamu menikah denganku.”

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Salah Kamar

“Sudah, Kak. Aku tidak mau lagi.”

Alana menyingkirkan gelas dari hadapan dengan dorongan pelan. Tangannya gemetar, matanya memohon pengertian, tetapi tidak ada sedikit pun rasa iba dari wanita di hadapannya.

“Kamu tahu kita butuh uang, Alana.” Jenni, kakak tirinya kembali menggeser gelas itu ke hadapan Alana. “Minum saja. Setidaknya tunjukkan kalau kamu menghargai undangan temanku.” 

Alana menatap cairan bening dalam gelas, lalu ke arah wanita yang sejak tadi tersenyum tipis. Alana menyerah, kemudian menenggak isi gelas itu sambil menahan napas.

Saat ini, Alana sedang mendatangi sebuah pesta yang diadakan teman dari Jenni. Alana tidak menyukai pesta, tetapi Jenni mengatakan jika mereka datang dan menikmati pesta ini, mereka akan mendapatkan uang dari temannya Jenni itu.

Demi ayahnya yang sedang terbaring di rumah sakit, Alana terpaksa datang ke pesta ini.

Jenni mengamati Alana yang mulai limbung setelah meminum bergelas-gelas. Sudut bibirnya terangkat sinis. “Cepat juga pengaruhnya,” gumamnya pelan tidak terdengar oleh Alana, namun dengan kekhawatiran yang dibuat-buat Jenni langsung menopang tubuh Alana. “Sebaiknya kamu ke kamar dulu saja.”

Alana mendongak menatap Jenni. “Aku ke kamar ya, Kak?” pamitnya, lalu berbalik dan berjalan dengan susah payah ke lift untuk menuju kamarnya di lantai dua hotel itu.

Sedang mulut Jenni semakin terangkat senang melihat kepergian Alana. Kemudian Jenni berbalik pada pria bertubuh kekar yang berdiri tak jauh darinya. “Kamar 204. Gunakan sesukamu.”

Pria itu menyeringai menerima access card yang disodorkan. Tanpa suara, ia melangkah pergi. 

Sementara itu, Alana berdiri dengan kesadaran yang mulai menipis di dalam lift. 

Pintu lift terbuka di lantai dua, langkahnya mulai limbung saat berjalan keluar lift. Tubuhnya terhuyung, namun sebelum sempat menyentuh lantai, sepasang tangan kokoh menahannya dengan sigap.

“Kamu baik-baik saja?”

Suara itu dalam dan tenang. Alana mengerjap, mencoba fokus menatap seseorang di hadapannya dengan pandangan kabur. Ia mengangguk pelan.

“Maaf,” gumamnya, berusaha menegakkan tubuh.

Lelaki itu hanya diam, matanya tak lepas dari wajah Alana.

Saat pandangannya perlahan mulai jelas, dahi Alana berkerut menatap pria itu. Namun, fokusnya kembali hilang. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah pergi.

Sepanjang koridor, tubuhnya oleng, tangannya menelusuri tembok lorong demi menjaga keseimbangan.

“Kenapa tidak terbuka?” desis Alana pelan.

“Karena itu bukan kamarmu.” Suara bariton tadi kembali terdengar.

Alana menoleh bingung. Laki-laki itu sudah berada di belakangnya, lalu menempelkan kartunya ke pintu. Pintu pun terbuka.

“Oh.” Alana terkekeh ringan. “Salah, ya?”

Setelah itu tanpa ragu, ia masuk ke dalam kamar dan melepas sepatu hak tingginya di depan pintu. Langkahnya kembali tak terarah.

Pria itu menyusul masuk. Diam-diam, ia menyingkirkan sepatu Alana dari jalur kakinya, lalu menutup pintu. Gerakannya tenang, nyaris tak bersuara.

Tubuh Alana kembali goyah. Pria itu refleks menangkapnya. “Kamu minum berapa banyak?”

Tatapan Alana kabur, tetapi wajah pria itu kembali terlintas. Kini bibirnya menyunggingkan senyum kecil. “Kamu … mirip seseorang.”

Jari-jarinya menyentuh wajah pria itu perlahan. Tetapi, tangannya panas, dan napasnya memburu.

“Panas,” gumamnya, menarik tangannya dan meremas ujung bajunya sendiri.

Pria itu kemudian menyalakan pendingin ruangan, namun ketika berbalik, ia melihat Alana mulai membuka pakaiannya.

“Panas sekali,” ulangnya lirih.

Tatapan pria itu berubah tajam, tetapi ekspresi wajahnya tidak tertebak.

Ia melangkah mendekat.

“Sepertinya kamu sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.”

Alana hanya memejam, tidak bisa mencerna ucapan pria itu. Tubuh Alana mulai bergetar karena efek minuman dan sesuatu yang lain.

“Tolong aku,” pintanya. Matanya sayu penuh harap. Tubuhnya bergerak untuk menghilangkan panas yang menyerang tubuhnya, namun gerakannya justru jadi semakin memperlihatkan lekuk tubuhnya yang menggoda.

Pria itu menatapnya lama. Tidak berkata apa-apa, seperti sedang menimbang sesuatu. Sekilas, rahangnya mengeras. Lalu, perlahan, ia menarik napas, menunduk, dan mendekatkan wajahnya ke Alana.

“Aku mohon, tolong aku.” Ucapan terakhir Alana sebelum pria itu mulai mencium bibir Alana.

Setelah itu, di dalam kamar temaram itu desahan berat pria dan erangan wanita menggema.

****

Alana mengerjap pelan. Kepalanya berat, tenggorokannya kering, dan tubuhnya terasa pegal. Saat mencoba bangkit, ia menyadari sesuatu yang aneh. Tersadar, Alana langsung mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya dan pikirannya langsung kosong.

Tubuhnya menegang.

Dia menunduk pelan, lalu…

Mata Alana membelalak. Napasnya mulai memburu saat kepalanya menoleh ke samping.

Seorang pria tengah tertidur di sebelahnya. Dada bidang dan wajah tampan pria itu langsung membuat jantung Alana berdegup kacau. Rambut hitam sedikit berantakan, alis tebal, rahang tajam, dan ... tubuhnya yang telanjang di balik selimut?!

Alana menahan napas. Kepanikan mulai naik ke ubun-ubun.

Astaga. Astaga. Astaga.

Dia mencengkeram kepala. “Apa yang terjadi tadi malam?!”

Karena pergerakan Alana, pria itu terbangun. Matanya terbuka pelan. Tatapannya datar dan dalam. Tidak ada ekspresi terkejut, tidak juga bersalah. Dia hanya menatap lurus pada Alana, seperti tak ada yang luar biasa terjadi.

“Sudah sadar?” tanyanya, suaranya berat dan dalam.

Alana menelan ludah. “K-kita... semalam...?”

Pria itu tidak menjawab. Ia hanya bangkit dari ranjang, mengambil kemeja yang tergantung di kursi, lalu mengenakannya santai.

“Aku... aku tidak ingat apa-apa!” seru Alana.

Pria itu menghentikan gerakan kancingnya. Sekilas, sudut bibirnya terangkat. “Tentu saja.”

Kalimat itu terdengar ambigu. Seolah ia tahu sesuatu yang Alana tidak tahu.

“Katakan padaku apa yang terjadi?” Jantung Alina berdegup kencang. Tangan Alana bergetar, mempererat genggaman selimut di dadanya.

“Bukannya ini hal yang biasa untukmu?” Tatapan pria itu tajam, namun suaranya begitu tenang.

“Apa maksudmu?” Nada suara Alina menjadi sedikit tinggi. Tidak mengerti dengan ucapan pria di hadapannya ini.

Pria itu hanya berjalan mendekat, lalu menatapnya dari dekat.

Alana terdiam. Napasnya terhenti saat merasakan wangi tubuh pria itu menyeruak di antara jarak mereka yang hampir tak ada.

“Kamu masih tidak berubah rupanya, Alana.” Satu sudut bibir pria itu terangkat tipis. Tatapan matanya kini merendahkan Alana.

Alana tercenung ketika pria itu memanggil namanya. Namun, sebelum Alana sempat bertanya lagi, pria itu lebih dulu berbalik membuka pintu kamar dan melangkah keluar, meninggalkan Alana yang masih linglung di atas kasur.

Alana menatap pintu yang tertutup rapat di depannya, lalu bergumam pelan, “Aku ... pernah kenal dia?”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
6 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status