Lorong ke ruang senjata Blackstone masih lengang.Lampu temaram memantulkan siluet tiga pria berbeda luka, berbeda diam, tapi sama-sama membawa beban yang belum selesai.David melangkah duluan. Walau masih ada perban di perutnya, jas gelapnya tetap rapi.Dendy menyusul tenang, satu tangan menyentuh sisi dada kanannya—seperti mengingat sisa tembakan malam itu.Kevin datang paling akhir. Punggungnya masih diperban ketat. Langkahnya pelan, tapi tidak ragu.Pintu otomatis terbuka.Dan di dalam sana, Helena sudah berdiri.Tegak di depan meja senjata, rambut terikat asal, dan matanya fokus menata amunisi seperti sedang menyusun strategi perang di pikirannya sendiri.Ia menoleh saat mendengar langkah kakaknya.Sorotnya langsung melunak.“Perutmu masih nyeri?” tanyanya pelan, tapi tulus.David tersenyum tipis. “Sedikit. Tapi bukan nyeri yang bisa menghentikan Morgan.”
Last Updated : 2025-07-26 Read more