Setiap pengkhianatan membawa satu pilihan: ampun… atau penggalan napas terakhir. Ruang makan bawah tanah Blackstone tak pernah sunyi total. Tapi pagi ini, sunyinya berbeda. Helena duduk di antara dua sosok paling berbahaya di meja itu—Kevin di kanan, Dendy di kiri. David di seberangnya, masih memegang cangkir kopi hitam. Alaric, Wolf, dan dua taktikal lain duduk di ujung meja, mulut sibuk, tapi mata tetap awas. Kevin menggigit roti pelan. Perbannya masih terlihat di bawah kerah kaos hitamnya. Dendy sempat melempar komentar ringan waktu Kevin nyaris lupa membawa pelindung dada. “Nyaris lupa bawa pelindung dada?” suara Dendy tenang, tapi senyum tipisnya seperti peluru yang sengaja ditembak pelan. Kevin melirik sekilas, tidak langsung menjawab. Helena, yang sejak tadi menggigit ujung sendoknya, menyikut lengan Kevin ringan.
Terakhir Diperbarui : 2025-07-17 Baca selengkapnya