All Chapters of Malam Terakhir di Singgasana: Chapter 41 - Chapter 50

Lyra mengulurkan tangan kanannya untuk menunjukkan padanya bahwa tangannya juga terluka.Melihat bahwa dia menolak dengan segala cara, Farida tidak dapat menahan amarahnya dan memukulnya dengan tongkat di tangannya, "Kau membangkang ya. Nggak ada seorang pun di seluruh binatu ini yang berani menolak perintahku. Kau baru tinggal di sini dua hari, sudah berani menginjak-injak kepalaku ya?"Tongkat itu menghantam tubuh Lyra tanpa ampun, hingga mengeluarkan suara berderak saat mengenai tubuhnya. Setiap hantaman itu terasa menyakitkan.Lyra menggertakkan giginya dan menahannya, tetapi dia menolak untuk menyerah.Kepala Pelayan di sebelahnya merasa tidak tega, jadi dia menghentikan Farida dan dengan ramah menasihatinya, "Lyra, Farida itu sedang menghargaimu, jadi dia menyuruhmu pergi bertugas ke ruang setrika. Kalau kamu belum bisa melakukannya, belajar saja dari orang-orang di sana. Kenapa harus merepotkan Farida dan membuat semua orang merasa nggak enak." Dita juga datang untuk membujukny

Selir Sienna beranjak untuk menyambut Kaisar. Sebelum dia mencapai pintu, Kaisar sudah melangkah masuk.Dia masih mengenakan jubah bangau bercorak naga hitam semalam. Sosoknya yang sudah tinggi dan tegap, dan dipadukan dengan jubah yang indah dan mewah itu, dia tampak semakin tinggi dan agung, seperti gunung. Aura Kaisar memenuhi seluruh ruangan, semua orang berlutut di lantai, tidak ada yang berani melihat ke atas.Di belakangnya mengikuti bukan hanya Damian, tetapi juga Roni.Roni mengenakan seragam resmi Kepala Kasim berwarna merah, yang disulam dengan motif naga berwarna-warni. Naga itu memamerkan taring dan cakarnya, dan ditambah wajah Roni yang mempesona, kesombongan disertai dengan kelembutan feminin, menciptakan kontras yang kuat namun saling melengkapi.Ketika Kaisar dan kedua kasim berdiri di aula, istana yang besar itu tampak terisi penuh sekaligus.Selir Sienna melangkah maju dan berlutut untuk memberi hormat, matanya menatap mereka berdua, dan dia berkata dengan senyum man

Lyra menundukkan kepala, dan tetap diam, menunggu Kaisar memberi keputusan.Tebakannya benar, Damian memang diperintah oleh Kaisar, dan Kaisar sangat ingin membunuh Farida untuk membungkamnya hanya demi melindungi Damian.Karena dia masih membutuhkan Damian untuk melakukan pekerjaan kotornya.Damian menyeka keringatnya dan mulai membujuk Lyra dengan sungguh-sungguh, "Nona Lyra, jangan keras kepala, cepat tunduk pada Yang Mulia dan kembalilah bersama Yang Mulia. Kau tahu, tanpa Yang Mulia yang melindungimu, kau nggak akan bisa bertahan hidup sehari pun di tempat itu."Dia hanya sibuk untuk buat Kaisar senang, tetapi lupa bahwa dia sekarang berada di Istana Tulip.Ketika Selir Sienna mendengar bahwa dia ingin Lyra kembali bersama Kaisar, dia langsung marah, "Dasar bajingan, apa yang kau katakan?" Damian menyadari bahwa dia telah mengatakan hal yang salah dan mengangkat tangannya untuk menampar wajahnya sendiri, "Ampun, Nyonya. Ampun. Hamba nggak bermaksud begitu, hamba hanya mengatakann

"Apa yang sedang dilihat Yang Mulia?" tanya Roni sambil ikut berbalik.Sosok kurus kelabu menghilang begitu saja di sudut tembok istana di kejauhan.Kaisar menggenggam erat manik-manik doa di tangannya dan menyipitkan matanya dengan marah.Dia berpikir, 'Bagaimana dia bisa berlari begitu cepat dan menghilang dalam sekejap?'Ternyata dia hanya mengelabuinya.Hah!Wanita bodoh!Dia hanya punya beberapa trik, tapi dia menggunakan semuanya untuk melawan Kaisar."Yang Mulia?" Roni memanggilnya lagi, takut dia akan menyuruh seseorang mengejar Lyra lagi.Kaisar tidak mengatakan apa pun, tetapi hanya menarik kembali pandangannya dengan sikap meremehkan.Selama orang itu masih berada di Kompleks Istana, mau bersembunyi atau melarikan diri ke mana pun, tetap akan berada dalam genggamannya. Jadi mengapa dia harus terburu-buru?Dia sudah berkata akan menunggu hari ketika wanita itu datang untuk memohon padanya.Ketika dia kembali ke Biro Pelayanan Wanita di malam hari, Heni melihatnya kembali send

Agam merasa sangat kesakitan sehingga dia menutupi lukanya dan berteriak pada Lyra, "Dasar wanita jalang, kau sudah malas hidup ya? Berani sekali melukaiku. Katakan, dari mana kau dapatkan pisau itu? Apa kau tahu hukuman apa yang pantas karena menyembunyikan senjata di istana?”Ruangan itu terlalu gelap, dia tidak bisa melihat Lyra dengan jelas, dan sebaliknya, Lyra juga tidak bisa melihatnya dengan jelas, jadi dia hanya menatap ke depan dengan belati di tangannya tanpa berkata apa-apa.Agam takut dengan pisau di tangan Lyra, dan tidak berani melangkah maju dengan gegabah. Dia mengeluarkan pemantik api dan menyalakannya. Dia melihat tangan kanannya terluka dari lengan hingga telapak tangan dengan luka yang dalam. Darah pun menetes ke bawah.Dia sangat kesakitan hingga dia berteriak pada Lyra dengan wajah yang ganas, "Lemparkan pisau itu ke sini, atau aku akan membunuhmu!"Lyra tentu saja tidak mendengarkannya, dia memegang erat belatinya untuk menghadapi orang itu."Kau nggak mau denga