Zergan keluar dari kamar dengan langkah lebar tapi terukur. Malam masih menggantung di langit Frendell, tapi pikirannya sudah penuh siaga. Di lorong panjang yang sunyi, ia mendapati Naira duduk setengah mengantuk di kursi dekat dapur kecil.“Naira,” ucapnya pelan namun cukup tegas untuk membuat gadis itu bangkit.“Yang Mulia?”“Jagalah dia sebentar. Jangan biarkan dia sendirian jika gelisah. Jika ia bangun, katakan aku akan kembali sebentar lagi.”Naira menunduk. “Ya, Tuanku.”Zergan berjalan cepat ke arah kantor kerjanya. Di sana, lampu minyak sudah menyala, dan suara gesekan kertas terdengar dari balik pintu yang setengah terbuka.Saat ia masuk, Ruth sedang duduk di sofa panjang, kaki dinaikkan ke meja, dan satu gulungan laporan terbuka di pangkuannya. Matanya tidak lepas dari angka-angka yang tertera, namun telinganya peka.“Baru jam segini dan kau sudah berkeliaran seperti hantu,” gumamnya. “Kau tidak biasa meninggalkan ranjang malam-malam kecuali ada pembunuh di kastil.”Zergan t
Terakhir Diperbarui : 2025-07-08 Baca selengkapnya